• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Senin, 9 Juni 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Kolom

Tidak Ada Paksaan dalam Agama

Oleh Yudi
5 tahun lalu
in Kolom
Waktu Baca: 4 menit baca
A A
0
Ilustrasi: Unsplash

Ilustrasi: Unsplash

1
BAGIKAN

PADA postingan kali ini saya akan mencoba menyampaikan tafsir surah al-Baqarah ayat 256. Berikut ayatnya:

لا إكره فى الدين ، قد تبين الرشد من الغي ، فمن يكفر بالطغوت ويؤمن بالله فقد استمسك بالعروة الوثقى لا انفصام لها ، والله سميع عليم

Frase laa ikraaha fid diin kadang digunakan sebagai dalih (bukan dalil) oleh pengusung pluralisme untuk membenarkan ide mereka. Kata mereka, Al-Qur’an sendiri menjamin kebebasan beragama bagi setiap individu, buktinya Al-Qur’an melarang untuk melakukan paksaan (ikraah) dalam memeluk dan memilih agama. Bahkan, lebih jauh, mereka juga menyatakan bahwa ayat ini merupakan salah satu dasar dibolehkannya seorang muslim meninggalkan agamanya alias murtad atau mengikuti ajaran yang menyimpang seperti Ahmadiyah.

Tidak Ada Paksaan dalam Agama 1 Tidak Ada Paksaan dalam Agama

ArtikelTerkait

5 Strategi Menghancurkan Militer Penjajah Israel dalam Perspektif Al-Qur’an

Jejak Palestina di Nusantara

Propaganda Kebohongan Yahudi di Madinah

Penjajahan Yahudi Israel di Palestina: Babak Penyiapan Jiwa Kebangkitan Islam

Benarkah hal tersebut? Jawabannya, tidak. Sudah merupakan prinsip dasar bagi kalangan pengusung ide liberalisme dan pluralisme untuk menyimpangkan dan menyesatkan pemahaman umat dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an dan Al-Hadits dengan tafsir seenak perut mereka sendiri. Tujuannya adalah untuk menghancurkan umat Islam dari dalam.

BACA JUGA: Kisah Akhir Khayat Seorang yang Hobi Mencela Agama

Lalu apa pemahaman yang benar terhadap ayat ini? Berikut saya akan sedikit jelaskan berdasarkan kitab-kitab tafsir yang mu’tabar.

Kata ad-diin dalam ayat ini, menurut Imam al-Qurthubi, bermakna al-mu’taqad (keyakinan/aqidah) dan al-millah (jalan hidup) (lihat al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an juz 4 hal 280). Ath-Thabari dalam kitab tafsir beliau, mengutip Abu Ja’far, menyatakan makna ad-diin adalah Islam (lihat Tafsir at-Thabari juz 5 hal 415). Dari penjelasan tersebut, frase laa ikraaha fid diin artinya tidak ada paksaan dalam memeluk aqidah Islam. Mengapa? Jawabannya ada di kelanjutan ayat, qad(t) tabayyanar rusydu minal ghayyi.

Ar-rusyd artinya al-haqq (kebenaran), sedangkan al-ghayy artinya ad-dhalal (kesesatan). Jadi frase qad(t) tabayyanar rusydu minal ghayyi berarti sesungguhnya telah jelas kebenaran dari kesesatan, telah jelas yang haq dari yang batil. Frase ini dengan sangat jelas menyatakan diinul Islam sebagai kebenaran dan diin ghairil Islam sebagai kesesatan, frase ini juga menyatakan bahwa yang benar itu telah jelas dan yang sesat itu juga telah jelas (silakan lihat tafsir ath-Thabari dan kitab tafsir lain tentang penjelasan hal ini). Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, ulama mujtahid abad ke-20 sekaligus muassis Hizbut Tahrir, dalam kitab beliau Nizham al-Islam bab Thariqul Iman telah menjelaskan dalil aqli dan naqli yang menunjukkan kebenaran diinul Islam. Artinya, untuk mengetahui dan mengikuti kebenaran Islam tidak perlu paksaan, karena Allah telah menunjukkan jalan kebenaran tersebut dengan jelas dan mampu kita indra dan pikirkan melalui akal kita, afala ta’qiluun?

Jadi frase ini dengan sangat jelas mencela orang-orang yang masih mengambil diin selain Islam, karena dengan hal tersebut mereka telah menutup diri dari kebenaran dan tak mau menggunakan akal mereka untuk mencari kebenaran.

Faman(y) yakfur bith-thaaghuuti wa yu’min(m) billahi faqadis tamsaka bil ‘urwatil wutsqaa lan(m) fishaama lahaa, wallahu samii’un ‘aliim. Frase ini adalah untuk orang-orang yang mengikuti diinul Islam, yaitu orang-orang yang mengingkari thaghut (apapun yang disembah selain Allah subhanahu wa ta’ala) dan beriman kepada Allah ta’ala (hanya meyakini Allah sebagai ilah dan rabb). Mereka telah berpegang pada al-‘urwah al-wutsqa (pegangan yang paling kuat) yaitu al-Iman, al-Islam dan kalimat tauhid laailaahaillallah. Al-‘urwah al-wutsqa ini juga yang dinamakan dengan ash-shirath al-mustaqim (jalan yang lurus) (silakan lihat tafsir ath-Thabari, al-Qurthubi dan Ibnu Katsir).. Frase al-‘urwah al-wutsqa dilanjutkan dengan lan(m) fishaama lahaa, yang tidak akan putus. Ini merupakan penguat yang menunjukkan bahwa diinul Islam ini merupakan pegangan yang paling kuat dan tidak akan pernah putus, artinya selama seseorang memegang Islam, dia pasti akan selamat.

Ayat ini ditutup dengan penyebutan sifat Allah subhanahu wa ta’ala yaitu samii’ (maha mendengar) dan ‘aliim (maha mengetahui). Imam al-Qurthubi menyatakan bahwa disebutkannya sifat ini untuk menunjukkan bahwa Allah maha mendengar ucapan seseorang yang menyatakan kufr terhadap thaghut dan beriman kepada Allah serta mengetahui keyakinan seseorang yang ada di dalam hati tentang kekafirannya terhadap thaghut dan keimanannya kepada Allah ta’ala.

Advertisements

Tentang ikraah (paksaan) dalam memeluk Islam, secara umum hal ini dilarang, namun ada dua pengecualian menurut Syaikh ‘Atha Abu ar-Rasytah dalam kitab tafsir beliau Taysir fi Ushul at-Tafsir, yaitu:

1. Ketundukan ahludz dzimmah (non muslim yang tinggal di negara Islam) kepada hukum-hukum Islam selain perkara keyakinan. Dikecualikan juga adalah peribadatan mereka di tempat-tempat ibadah mereka, minuman dan makanan mereka. Selain perkara-perkara tersebut (keyakinan, ibadah, minuman dan makanan), mereka diwajibkan dan dipaksa untuk tunduk dan mengikuti hukum Islam dalam kehidupan umum mereka. Dalil dalam hal ini adalah firman Allah dalam surah at-Taubah ayat 29 sebagai berikut:

حتى يعطوا الجزية عن يد وهم صغرون

Artinya: “Sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk (kepada hukum Islam)”. (TQS. At-Taubah [9]: 29)

BACA JUGA: Keutamaan Mengajar dan Belajar Ilmu Agama

2. Orang-orang musyrik Arab, mereka dipaksa untuk memeluk Islam, jika tidak mereka akan dibunuh. Dalilnya adalah:

ستدعون إلى قوم أولى بأس شديد تقتلونهم أو يسلمون

Artinya: “Kalian akan diajak untuk (memerangi) kaum yang mempunyai kekuatan yang besar, kalian akan memerangi mereka atau mereka menyerah (masuk Islam)”. (TQS. Al-Fath [48]: 16)

Kaum yang dimaksud dari ayat diatas adalah kalangan musyrik Arab.

Demikianlah penjelasan yang benar terhadap surah al-Baqarah ayat 256. Sama sekali keliru jika ada yang menggunakan ayat ini sebagai hujjah untuk membela ide pluralisme dan liberalisme, bahkan jelas sekali ayat ini kontradiktif dengan pemahaman orang-orang bodoh tersebut. Semoga kita mendapatkan taufiq dari Allah subhanahu wa ta’ala agar tetap berpegang pada al-‘urwah al-wutsqa sampai akhir hayat kita. Amiin Ya Rabbal ‘Aalamiin. []

Web: Abufurqan.net

Facebook: Muhammad Abduh Negara III

Tags: agamaIslam
ShareSendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Status Hadits “Tuntutlah Ilmu dari Buaian Sampai Liang Lahat” dan “Menuntut Ilmu Itu Wajib bagi Setiap Muslim dan Muslimah”

Next Post

Pemprov Jabar Fasilitasi Tenaga Medis dengan Hotel Berbintang

Yudi

Yudi

Terkait Posts

Perbuatan Buruk Kaum Yahudi, israel, Malaikat Jibril

5 Strategi Menghancurkan Militer Penjajah Israel dalam Perspektif Al-Qur’an

9 Juni 2025
Palestina, Ismail Haniyeh, Lemah

Jejak Palestina di Nusantara

7 Juni 2025
Nabi Adam, Yahudi

Propaganda Kebohongan Yahudi di Madinah

6 Juni 2025
Genosida, Nasrulloh Baksolahar, Palestina, Israel

Penjajahan Yahudi Israel di Palestina: Babak Penyiapan Jiwa Kebangkitan Islam

4 Juni 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Olahraga, Pola Hidup Sehat, Kuisioner

Kenapa Aku Tidak Mau Olahraga

Oleh Dini Koswarini
9 Juni 2025
0

Perbuatan Buruk Kaum Yahudi, israel, Malaikat Jibril

5 Strategi Menghancurkan Militer Penjajah Israel dalam Perspektif Al-Qur’an

Oleh Saad Saefullah
9 Juni 2025
0

Hukum Melafadzkan Niat, Syaban, Hukum Baca Doa Iftitah dalam Shalat, Tata Cara Shalat Hajat

Kenapa Aku Harus Terus Memperbaiki Shalatku?

Oleh Haura Nurbani
8 Juni 2025
0

Ciri Motor yang Harus Segera Diservis, Motor

Si Raja Jalanan dan HP Sakti Mandraguna, Kenapa Sih Maen HP Waktu Berkendara?

Oleh Haura Nurbani
8 Juni 2025
0

Penyebab Suami Loyo di Tempat Tidur, Jima, nusyuz

Kenapa Suami Sukanya Minta Jima Terus sama Istri?

Oleh Yudi
8 Juni 2025
0

Terpopuler

Wajah Baru PKS: Muda, Syar’i, dan Siap Menang di 2029 (?)

Oleh Saad Saefullah
7 Juni 2025
0
PKS

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sudah mengumumkan kepengurusan baru. Di pusat dan sepertinya segera diikuti oleh tingkat provinsi dan kabupaten.

Lihat LebihDetails

Al-Qur’an Buktikan Alam Semesta Terus Mengembang

Oleh Sodikin
7 September 2018
0
galaksi kanibal

Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan...

Lihat LebihDetails

Tips Ga Bayar Utang: Rahasia Sukses Para Ahli Kabur Amanah

Oleh Dini Koswarini
6 Juni 2025
0
Cara Mengelola Keuangan, Utang

Utang itu kan hanya angka—dan angka bisa dilupakan?

Lihat LebihDetails

Jangan Datangi Istri Sepulang Safar, Kenapa?

Oleh Yudi
5 Maret 2020
0
Foto: khairilz.net

Jika salah seorang dari kalian lama bepergian, janganlah ia mendatangi istrinya di malam hari

Lihat LebihDetails

Durasi Tidur Siang yang Ideal, Berapa Lama Ya?

Oleh Dini Koswarini
8 Juni 2025
0
Akibat Bangun Pagi, Ciri Tubuh yang Sehat, Tidur Siang

Dalam berbagai riwayat, Rasulullah dikenal memiliki rutinitas tidur siang, terutama sebelum melaksanakan salat Zuhur.

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.