PERTANYAAN seperti “Kenapa suami sukanya minta jima terus sama istri?” seringkali muncul dari rasa penasaran, lelah, atau bahkan bingung di pihak istri. Untuk menjawabnya secara jujur dan seimbang, kita perlu melihat dari sisi biologis, psikologis, dan juga spiritual dalam hubungan suami-istri.
1. Secara Biologis:
Laki-laki umumnya memiliki hasrat seksual yang lebih stabil dan tinggi karena hormon testosteron yang memang dominan. Hormon ini memengaruhi dorongan seksual, sehingga tidak aneh kalau suami lebih sering menginginkan hubungan intim.
2. Ekspresi Cinta dan Kedekatan:
Bagi sebagian besar pria, jima (hubungan intim) bukan hanya soal fisik, tapi juga cara mereka mengekspresikan rasa cinta, keintiman, dan kedekatan emosional dengan istri. Bahkan, ada suami yang merasa lebih dicintai dan dihargai saat istri merespons kebutuhan biologisnya dengan penuh kasih sayang.
BACA JUGA: Benarkah Istri yang Menopause Sudah Tidak Ada Keinginan untuk Jima?
3. Laki-laki Terangsang Secara Visual dan Mudah Tergoda:
Pria umumnya mudah terpicu secara visual. Ketika mereka melihat istri tampil menarik atau bersikap manja, hal itu bisa menyalakan gairah mereka dengan cepat.
4. Tempat Penyaluran yang Halal:
Dalam Islam, jima adalah bentuk ibadah dan salah satu cara menjaga diri dari zina dan maksiat. Seorang suami yang menjaga diri dari yang haram akan menjadikan istrinya sebagai satu-satunya tempat halal untuk menyalurkan kebutuhan itu.
“Istri itu ladang bagi suaminya, maka datangilah ladangmu itu kapan saja kamu kehendaki…” (QS. Al-Baqarah: 223)
5. Tanda Masalah atau Ketidakseimbangan?
Namun, jika permintaan jima suami terasa berlebihan dan melelahkan secara fisik atau emosional, penting untuk dikomunikasikan dengan lembut. Bisa jadi:
Suami sedang mengalami stres dan mencari pelarian lewat seks.
Ada masalah emosional yang belum tersampaikan.
Atau memang ada kebutuhan biologis yang lebih tinggi dari rata-rata.
BACA JUGA: 7 Dampak Medis dan Psikologis Jika Suami Istri Lama Tidak Berjima’
📌 Apa yang Bisa Dilakukan Istri?
Jaga komunikasi: ungkapkan rasa lelah dengan jujur tapi tetap lembut.
Perhatikan pola: jika permintaan jima meningkat drastis, mungkin ada hal yang mengganggunya.
Pelajari fiqih hak dan kewajiban suami-istri agar bisa saling mengerti, bukan sekadar “melayani” tapi juga “menguatkan” satu sama lain. []