BERAPA banyak pasukan besar yang dapat dikalahkan oleh pasukan kecil dengan izin Allah? Misalnya Israel?
Inilah prinsip dasar dalam strategi kemiliteran Islam yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Allah tidak menilai kemenangan dari jumlah atau kekuatan fisik semata, tetapi dari keimanan, strategi, dan keadilan dalam perjuangan.
Salah satu fondasi penting tentang kekalahan pasukan besar dijelaskan dalam Surat An-Nahl, yang memaparkan bagaimana Allah menghancurkan musuh-musuh-Nya dari berbagai arah yang tak terduga. Ini menjadi acuan strategis sekaligus spiritual dalam melihat bagaimana kekuatan zionis bisa dihancurkan.
Berikut adalah lima strategi kehancuran yang Allah singkapkan dalam Al-Qur’an:
1. Kehancuran dari Pondasi Kekuatannya
> “Sungguh, orang-orang yang sebelum mereka telah mengadakan tipu daya, maka Allah menghancurkan rumah-rumah mereka mulai dari pondasinya, lalu atap rumah itu runtuh menimpa mereka dari atas, dan azab itu datang kepada mereka dari arah yang tidak mereka sadari.” (QS. An-Nahl: 26)
Kekalahan militer seringkali dimulai dari dalam — ketika pondasi moral, akhlak, dan keadilan sebuah kekuatan hancur. Seperti Tank Merkava, kendaraan tempur Namer, atau sistem pertahanan Iron Dome Israel, semuanya bisa ditembus oleh infrastruktur sederhana jika Allah menghendaki. Pondasi yang rapuh akan meruntuhkan seluruh bangunannya.
2. Dibinasakan dari Dalam Tanah (Terowongan)
> “Apakah orang-orang yang membuat tipu daya yang jahat itu merasa aman dari dibenamkannya bumi oleh Allah bersama mereka…?” (QS. An-Nahl: 45)
Hari ini, para pejuang Palestina menggunakan strategi bawah tanah—terowongan—untuk membalikkan keadaan. Berapa banyak tentara penjajah yang terbunuh di bawah tanah, tanpa bisa melihat lawannya? Mereka dibenamkan dari tempat yang tidak pernah mereka perkirakan.
3. Serangan dari Arah yang Tidak Disadari
> “…atau (terhadap) datangnya azab kepada mereka dari arah yang tidak mereka sadari,” (QS. An-Nahl: 45)
Serangan titik nol, infiltrasi langsung ke jantung wilayah musuh, dan penyusupan yang membingungkan intelijen Israel, semuanya menggambarkan bagaimana Allah bisa mendatangkan kehancuran dari arah yang tidak diperkirakan musuh.
4. Dihancurkan Saat Konvoi dan Pergerakan Terbuka
> “…atau Allah mengazab mereka ketika mereka dalam perjalanan; sehingga mereka tidak berdaya menolak azab itu,” (QS. An-Nahl: 46)
Konvoi militer Israel, patroli perbatasan, dan pergerakan logistik menjadi sasaran empuk. Serangan yang dilancarkan saat mereka tidak siap adalah bagian dari strategi perang gerilya yang mendapatkan legitimasi dalam sejarah Islam.
5. Dikalahkan dengan Ketakutan yang Mencekam
> “…atau Allah mengazab mereka secara bertahap. Maka sungguh, Tuhanmu Maha Pengasih, Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl: 47)
Ketika rasa takut menjalar ke dalam hati para tentara, bahkan sebelum peluru ditembakkan, maka kekalahan telah dimulai. Israel kini menghadapi jutaan warganya yang hidup dalam bunker, sirine yang terus meraung, dan trauma kolektif yang makin menumpuk. Ini adalah bentuk azab bertahap yang menguras kekuatan moral dan psikologis mereka.
BACA JUGA: Penjajahan Yahudi Israel di Palestina: Babak Penyiapan Jiwa Kebangkitan Islam
Penutup:
Tipu Daya yang Menghancurkan Diri Sendiri
Pasukan besar bisa dikalahkan pasukan kecil karena tipu daya jahat yang mereka perbuat.
Dunia telah menyaksikan dan memvonis Israel sebagai pelaku genosida dan kejahatan perang. Ketika tipu daya telah terang-benderang, maka proses kehancuran alami pun dimulai.
Saat manusia menetapkan batas kejahatannya, Allah menetapkan awal kehancurannya. Maka kemenangan bukanlah soal waktu, tapi soal keyakinan dan keberpihakan kepada kebenaran. []