STRATEGI paling dahsyat dalam menghadapi musuh bukanlah kekuatan fisik, melainkan penghancuran mental tanpa pertempuran. Musuh yang dicekam oleh ketakutan, kegelisahan, dan kecemasan, akan merasa kalah bahkan sebelum bertempur. Ketika mental jatuh, seluruh kekuatan fisik dan fasilitas pun menjadi tak berguna.
Orang yang kalah mental akan merasa tak memiliki apa-apa lagi: tidak punya kekuatan, tidak punya sumber daya, dan tidak layak menang. Ia akan merasa sebagai pihak terlemah. Karena itu, melemahkan manusia cukup dengan melemahkan keyakinannya saja.
Dalam konteks ini, perang non-militer bahkan lebih menentukan dibanding perang fisik. Kemenangan dalam perang opini dan narasi adalah modal besar untuk menang dalam konfrontasi nyata. Cara melakukannya? Melalui informasi, propaganda, manipulasi data, narasi dukungan besar, dan klaim-klaim dari pihak yang dianggap kuat.
Strategi inilah yang pernah digunakan oleh kaum Yahudi terhadap penduduk Madinah (suku Aus dan Khazraj) sebelum hijrahnya Rasulullah ï·º. Dengan hanya menyebar klaim-klaim menakutkan dan mitos keagungan, mereka berhasil menguasai perang urat syaraf. Mental juang penduduk Madinah runtuh, padahal secara fisik dan militer, mereka berasal dari garis keturunan pejuang kuat dari Yaman.
Yahudi berkata, “Akan datang Nabi akhir zaman. Bersamanya, kami akan membunuh kalian seperti kaum ‘Aad dan Iram dihancurkan.” Nama-nama itu bukan sembarang ancaman. Mereka menyebut kaum yang memang pernah ditimpa azab karena membangkang kepada nabi mereka—dan penduduk Madinah masih memiliki ingatan historis bahwa mereka berasal dari keturunan yang berkaitan dengan kaum tersebut.
Hal ini juga terungkap dalam pertemuan Baitul Aqabah kedua. Ketika Rasulullah ï·º menawarkan Islam dan meminta komitmen pertolongan, Al-Bara’ bin Ma’rur, mewakili penduduk Madinah, berkata dengan yakin, “Kami adalah orang-orang yang mahir berperang dan mengepung musuh. Kami mewarisinya sejak dulu.”
Namun pertanyaannya: mengapa kekuatan dan keberanian ini bisa melemah? Jawabannya adalah: karena narasi dan klaim kebohongan yang terus-menerus disebarkan oleh Yahudi.
Mereka mengklaim sebagai umat pilihan dan kekasih Tuhan. Mereka menyatakan bahwa hanya mereka yang pasti masuk surga, dan kalau pun masuk neraka, itu hanya sementara—beberapa hari saja. Mereka juga menyebarkan keyakinan bahwa Nabi akhir zaman akan muncul dari kalangan mereka, dan dengan itu tak seorang pun akan mampu mengalahkan mereka.
BACA JUGA:Â Â Palestina dan Khazanah Generasi Muslimin
Narasi inilah yang menghancurkan mental juang suku Aus dan Khazraj. Mereka ditaklukkan bukan oleh senjata, melainkan oleh klaim sepihak yang terus dipropagandakan.
Pertanyaannya kini:
Apakah pola yang sama sedang dimainkan kembali oleh Yahudi Israel hari ini? Klaim dan kebohongan apa yang sedang direkayasa untuk melemahkan ]perlawanan umat Islam dan membenarkan penjajahan atas Palestina? []