APAKAH hubungan antara Palestina dan Nusantara sekadar pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Grand Mufti Palestina pada 1940-an? Ternyata tidak. Jauh sebelum itu, Palestina telah meninggalkan jejak yang dalam dalam sejarah keilmuan, dakwah, dan pembentukan sistem kenegaraan di Nusantara—khususnya sejak era Walisanga.
Palestina merupakan salah satu pilar penting dalam perkembangan Islam di Nusantara. Banyak ulama Palestina yang datang dan menetap di wilayah ini, sekaligus berkontribusi besar dalam dakwah dan pendidikan. Sebaliknya, ulama Nusantara juga banyak yang melakukan rihlah keilmuan ke Palestina, menimba ilmu di tanah suci ketiga umat Islam tersebut.
Pembentukan kesultanan-kesultanan Islam seperti Banten dan Demak tidak lepas dari peran para ulama asal Palestina. Dalam gelombang pertama Walisanga yang diutus oleh Khalifah Muhammad I dari Dinasti Turki Utsmani, terdapat dua nama penting yang berasal dari Palestina: Maulana Hasanuddin dan Maulana Aliyuddin. Keduanya berdakwah di wilayah Banten, menetap, dan akhirnya wafat di sana. Mereka turut mempersiapkan berdirinya Kesultanan Banten yang kelak dipimpin oleh keturunan Sunan Gunung Jati.
Salah satu tokoh Walisanga lainnya yang memiliki garis keturunan Palestina adalah Sunan Kudus. Ia dikenal sebagai ulama ahli fiqh yang sangat teguh dalam menegakkan syariat Islam. Ia juga menjabat sebagai panglima perang dan hakim di Kesultanan Demak. Uniknya, di tengah keteguhannya dalam agama, Sunan Kudus menunjukkan sikap toleransi tinggi dengan melarang umat Islam menyembelih sapi—sebagai bentuk penghormatan kepada umat Hindu—dan menggantinya dengan kerbau. Petuah ini terus diwariskan hingga kini.
Di pesisir utara Jawa, terdapat sebuah bukit tempat berdirinya pesantren yang diberi nama Muria. Nama ini diambil dari sebuah bukit di Palestina, tempat berdirinya Masjidil Aqsa—menunjukkan adanya hubungan spiritual dan simbolik antara kedua kawasan ini.
Ulama-ulama besar Nusantara seperti Syeikh Nawawi al-Bantani, Muhammad Arsyad al-Banjari, dan Muhammad Husain al-Palembang juga pernah menuntut ilmu hingga ke Palestina. Ini menunjukkan bahwa hubungan intelektual dan spiritual antara Palestina dan Nusantara telah berlangsung sejak lama.
BACA JUGA:Â Â Penjajahan Yahudi Israel di Palestina: Babak Penyiapan Jiwa Kebangkitan Islam
Jejak Palestina dalam sejarah keilmuan, dakwah, dan pembentukan sistem pemerintahan di Nusantara sangatlah besar. Kini, saatnya kita membalas kebaikan itu. Bukan sekadar solidaritas kemanusiaan, tetapi juga sebagai bentuk balas budi sejarah: menjadi pembela Palestina dalam arti yang sejati. []