KENAPA sih suka banget main HP pas waktu motoran atau nyetir?
Di suatu negeri antah-berantah bernama Jalan Raya Indonesia, hiduplah seorang tokoh legendaris bernama Bro Fahrul. Julukannya keren: Si Raja Jalanan. Tapi bukan karena jago ngebut atau punya motor gede, melainkan karena satu keahlian unik—bisa scrolling TikTok sambil belok di perempatan. Sungguh skill kelas dunia.
Setiap pagi, Bro Fahrul akan menaiki motornya dengan semangat 45. Tapi bukan ke kantor, bukan ke kampus. Tujuannya mulia: mencari sinyal dan like. Begitu duduk di atas jok motor, dia bukan nyalain mesin dulu, tapi… cek notifikasi dulu dong, Bestie! Baru hidup, ini mesin ketinggalan zaman yang mengganggu eksistensinya di dunia maya.
Sementara itu, di belakang Bro Fahrul, ada antrean mobil dan motor yang sudah meleleh seperti keju mozzarella karena lampu hijau tak kunjung direspon. Tapi Bro Fahrul tetap khusyuk. Matanya penuh cinta menatap layar, jarinya menari seperti sedang main piano Beethoven.
BACA JUGA: Kenapa Aku Enggan Berjilbab?
“Klakson itu adalah musik latar hidupku,” katanya suatu hari, ketika ditanya kenapa cuek aja diklaksonin berkali-kali. “Itu cara rakyat menyemangatiku agar tetap aktif di dunia maya.”
Kalau ada undangan dari dunia nyata untuk memperhatikan jalan? Wah, itu namanya pengkhianatan terhadap followers!
“Orang yang tidak melihat notifikasi saat berkendara adalah orang yang tidak menghargai algoritma!”
— Bro Fahrul, Influencer Jalanan
Tentu saja, Bro Fahrul punya komunitas: HP Riders Brotherhood. Anggotanya banyak. Mereka menyebar dari Sabang sampai Merauke. Ada yang spesialis scrolling, ada yang jago balas chat sambil nyalip truk, dan ada juga yang bisa selfie di kecepatan 80 km/jam. Mereka adalah pahlawan zaman baru—berani bertaruh nyawa demi satu balasan DM.
Salah satu anggota bernama Mba Jule, pernah mengunggah story:
“Lagi di jalan, eh doi chat. Ya masa nggak bales? Cinta butuh pengorbanan.”
Tak lama setelah story itu, ada story lanjutan: foto lutut diperban dan motor ditarik tukang derek.
Satire kehidupan modern ini makin seru saat Bro Fahrul sempat diundang jadi pembicara di seminar bertema “Teknologi dan Keselamatan Berkendara”. Dalam pidatonya, dia dengan bangga berkata:
“Saya percaya bahwa jari manusia punya insting yang bisa membedakan mana belok kanan dan mana ‘swipe right’. Kalau Tuhan nggak mau kita main HP sambil nyetir, kenapa Dia kasih kita dua tangan?”
Saat itu seluruh ruangan hening, antara ingin tepuk tangan atau lempar sandal.
Tapi tak selamanya sang pahlawan berjaya. Suatu ketika, saat Bro Fahrul sedang asyik ngedit caption “#RideAndReply”, seekor ayam kampung nyelonong ke jalan. Refleksnya telat, bannya ngelock, dan… BANG!
Ayam selamat. Bro Fahrul? Tergeletak sambil masih memegang HP, membuka aplikasi Notes, menulis:
“Jika ini akhirku, tolong upload status terakhirku. Jangan lupa tag mantan.”
Narasi Bro Fahrul adalah parodi dari kenyataan. Di balik kelucuan dan kekonyolannya, ada realita pahit: main HP saat berkendara membunuh lebih cepat dari hutang KTA.
WHO mencatat, penggunaan HP saat berkendara meningkatkan risiko kecelakaan hingga 4x lipat. Tapi mungkin Bro Fahrul dan teman-temannya menganggap nyawa bisa di-backup di Google Drive.
BACA JUGA: Kenapa Aku Tidak Mau Olahraga?
Mungkin kita perlu merenung:
“Bukan karena kita tidak bisa lepas dari HP, tapi karena kita terlalu malas melepas ego.”
— Seseorang yang pernah nyaris ditabrak pengendara scrolling TikTok
Jadi, wahai para Raja Jalanan dan Pewaris Notifikasi, mari kita sepakat:
Kalau tidak bisa berhenti main HP, minimal berhenti motornya dulu. Kalau tak bisa peduli diri sendiri, ingatlah: korbanmu bisa siapa saja—ibu yang bawa anak, bapak yang baru pulang kerja, atau bahkan dirimu sendiri.
Dan ingat kata bijak terakhir dari Mbah Google Maps:
“Fokuslah ke depan, bukan ke layar. Jalanan bukan tempat update status.” []