• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Minggu, 15 Juni 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Dari Anda Renungan

Abu Dzar Al-Ghifari dan Kesendirian yang Dikabarkan

Oleh Mila
7 tahun lalu
in Renungan
Waktu Baca: 3 menit baca
A A
0
Foto: ABC

Foto: ABC

2
BAGIKAN

Oleh: Tri Silvia
Ummahat Peduli Umat

“Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya pada Abu Dzar, ia berjalan sendirian, ia meninggal sendirian, dan ia akan dibangkitkan sendirian…”

HENTAK fikiran beradu, menyatu, mengalun, membawa imajinasi ke tempat yang sulit terdeteksi sebelumnya. Tempat gelap dan sunyi. Tempat dimana segala hasut dan fitnah bertebaran, lengkap dengan bumbu-bumbu kemunafikan. Alhasil, diri semakin kehilangan arah, gundah yang menyapa semakin menguasai diri, untuk kemudian mengikis ketakutan pada-Nya, sedikit demi sedikit.

Itulah kiranya kondisi diri saat kesendirian menyapa. Mengerikan, namun nyata. Banyak orang yang jatuh pada kemaksiatan dan kemunafikan saat ditinggal dalam kesendirian. Hal yang berbeda dialami seorang sahabat Rasulullah mulia. Abu Dzar Al-Ghifari.

ArtikelTerkait

Jangan Terlalu Memuji Seorang Tokoh, Apalagi Sambil Menjatuhkan Tokoh yang Lainnya

Kenapa Sih Maen HP Pas Shalat Jumat?

Kenapa Shalat Shubuh Terasa Berat bagi Orang Munafik?

Air Mata Rasulullah ﷺ: Ketika Allah Memanggil Anak-anaknya

Kesendiriannya telah jelas dikabarkan oleh Rasulullah. Namun tak sedikitpun air mata tertumpah atau kekecewaan menjelma atas dirinya. Tak sedikitpun muncul rasa ingin berbalik dari keimanan dan ketakwaan pada Allah.

Kabar tersebut justru ia jadikan pecutan dalam hidup, untuk terus berpegang pada prinsip dan keyakinannya, loyal pada ketentuan syariat dan berusaha mewujudkannya dalam berbagai sendi kehidupan.

Berawal dari kisah perjalanan jihad kaum muslim melawan pasukan Romawi di Perang Tabuk. Panjangnya perjalanan juga kondisi cuaca yang sangat panas dan gersang jadi kendala besar kaum muslimin untuk berangkat ke medan Tabuk. Besarnya jumlah kekuatan musuh pun, pelak jadi batu sandungan bagi mereka yang imannya masih setengah-setengah. Mereka mencari alasan untuk tidak ikut serta dalam perang kali ini.

Namun tak ada yang mampu menghalangi titah Rasulullah. Keputusan untuk memerangi Romawi tetap dijalankan. Kaum muslimin pun berdiri tegak menjemput syahid, berangkat ke medan perang, termasuk Abu Dzar.

Dikisahkan bahwa Abu Dzar sempat tertinggal pasukan. Untanya yang berjalan lambat memaksanya untuk berpisah dari rombongan. Kabar itupun hinggap di telinga Rasulullah, kemudian beliau pun berkata, “Biarkan dia. Jika pada dirinya terdapat kebaikan, maka Allah akan menyusulkannya kepada kalian. Jika tidak, maka Allah akan menghibur kalian daripadanya.”

Tak lama setelah itu, tepatnya saat Rasulullah saw berhenti di salah satu jalan. Seorang pasukan melihat bayangan hitam kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, ada orang berjalan kaki sendirian.” Rasulullah saw bersabda, “Dialah Abu Dzar.” Ketika orang-orang telah melihatnya, mereka berkata, “Wahai Rasulullah demi Allah, betul ia Abu Dzar.” Rasulullah saw bersabda, “Semoga Allah merahmati Abu Dzar yang berjalan kaki sendirian, mati sendirian, dan dibangkitkan sendirian.”

Sahabat yang bernama asli Jundub bin Janadah ini memang benar berjalan sendiri ditengah panasnya perjalanan. Ia harus melakukannya karena unta yang ia bawa tak sanggup lagi mengejar ketertinggalan dari pasukan Rasulullah. Bukan hal yang mudah, namun bukan tak mungkin pula bagi seorang Abu Dzar. Abu Dzar adalah seorang pemuda Bani Ghifar yang terkenal sebagai komplotan perampok, mereka seringkali menghabisi kafilah-kafilah dagang yang ada di seantero padang pasir.

Kehidupan yang buruk di tengah masyarakat buruk, tidak menjadikan ia pribadi yang busuk. Kebaikan telah ada di dalam diri seorang Jundub, jauh sebelum masuknya ia ke dalam Islam. Kesengsaraan para korban perampokan yang ia lakukanlah yang kemudian menjadi titik balik seorang Jundub. Ia sadar dan berhenti merampok, pun ia mengajak rekan-rekannya mengikuti jejak sebagaimana yang ia kerjakan. Tak pelak hal itu menimbulkan goncangan di sukunya, yang memaksa Jundub meninggalkan tanah kelahiran.

Advertisements

“Sungguh Allah memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendakiNya…”. Itulah perkataan Rasul saat Jundub menyatakan keislaman. Begitu cepat ia menerima kebenaran hingga ia pun termasuk salah satu sahabat yang pertama memeluk Islam.

Lalu bagaimana dengan kabar tentang kematian yang sendirian? Itupun terbukti pada masa Utsman bin Affan, yang kemudian menambah keimanan kaum muslim atas apa yang dikabarkan oleh Rasulullah. Sebagaimana yang di riwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, “Ketika Utsman mengasingkan Abu Dzar ke ar-Rabadah. Di ar-Rabadah Abu Dzar merasa hidupnya sudah tidak lama lagi. Ia tidak ditemani seorang pun kecuali istri dan anaknya. Abu Dzar berpesan kepada keduanya ; (Jika kelak aku telah meninggal), maka mandikanlah aku, kafanilah aku, kemudian letakkanlah aku di tengah jalan. Lalu katakanlah kepada rombongan orang yang pertama melintasi kalian, “ini Abu Dzar, ia sahabat Rasulullah, untuk itu, tolonglah kami menguburnya.” Ketika Abu Dzar meninggal, maka keduanya melakukan apa yang dipesan Abu Dzar. Kemudian keduanya menaruh jenazah Abu Dzar di tengah jalan. Abdullah bin Mas’ud bersama para rombongan Iraq datang. Mereka tidak melihat apa-apa kecuali jenazah yang ada di tengah jalan. Ketika unta hampir menginjaknya, tiba-tiba seorang anak mendekati mereka, lalu berkata, “Ini Abu Dzar, ia sahabat Rasulullah, untuk itu, tolonglah kami menguburnya.” Melihat itu, Abdullah bin Mas’ud mulai menangis hingga air matanya bercucuran, ia berkata, “Rasulullah saw benar. (Beliau bersabda) Abu Dzar yang berjalan kaki sendirian, mati sendirian dan dibangkitkan sendirian.” Kemudian, ia dan para sahabatnya berhenti, lalu menguburnya.”

Itulah kisah Jundab bin Janadah atau yang lebih dikenal dengan nama Abu Dzar al-Ghifari. Namanya tak asing di telinga, seorang sahabat yang termasuk as-sabiqunal awwalun (orang yang masuk Islam pertama kali). Pengorbanan untuk membawa masyarakatnya ikut merasakan indahnya Islam telah ia laksanakan, berbuah manis dengan banyaknya Bani Ghifar yang bertaubat dan memilih untuk mengikutinya.

Kesendiriannya berbuah manis ketakwaan, yang ia bawa hingga akhir hayatnya. Ini membuktikan kepada kita semua, bahwa kesendirian tak selalu berbuntut keterpurukan. Ia ada sebagai ujian, dalam mendekatkan diri kepada Allah. Wallahu a’lam bis shawab. []

Referensi: Siroh Nabawiyah Sisi Politis Perjuangan Rasulullah saw, Prof. DR. Muh. Rawwas Qol’ahji (hal.429)
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Abu_Dzar_Al-Ghifari

Tags: abu dzar al ghifarisahabat
ShareSendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Mengenal Abbas bin Firnas, Sang Penerbang Pertama

Next Post

Ini Masa Hidup Dajjal di Dunia

Mila

Mila

Terkait Posts

tokoh

Jangan Terlalu Memuji Seorang Tokoh, Apalagi Sambil Menjatuhkan Tokoh yang Lainnya

14 Juni 2025
maen HP

Kenapa Sih Maen HP Pas Shalat Jumat?

13 Juni 2025
Itikaf, Ciri Malam Lailatul aQadar,, Munafik

Kenapa Shalat Shubuh Terasa Berat bagi Orang Munafik?

12 Juni 2025
Rasulullah, Nabi Muhammad

Air Mata Rasulullah ﷺ: Ketika Allah Memanggil Anak-anaknya

11 Juni 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

ngupil, hidung

Dampak Buruk Ngupil bagi Kesehatan dan Tips Aman Bersihkan Hidung

Oleh Yudi
15 Juni 2025
0

Cinta, Fireworks

Fireworks in Your Eyes (Sebuah Puisi Cinta dari Seorang Suami kepada Istrinya)

Oleh Saad Saefullah
15 Juni 2025
0

kemiskinan ekstrem, masyarakat miskin, kaya, miskin

8 Perbedaan Mencolok antara Orang Kaya dan Orang Miskin di Indonesia

Oleh Yudi
15 Juni 2025
0

Donasi

UPDATE LAPORAN DONASI: Selamatkan Media Islam: Saatnya Kita Bergerak untuk Islampos!

Oleh Saad Saefullah
15 Juni 2025
0

jantung, nyeri dada

7 Alasan Mengapa Banyak Penderita Sakit Jantung Tidak Sadar

Oleh Yudi
15 Juni 2025
0

Terpopuler

7 Kalimat yang Jangan Diucapkan Sembarangan oleh Suami kepada Istri!

Oleh Yudi
12 Juni 2025
0
hak dan kewajiban suami istri, NAFKAH, talak, rumah tangga, suami, aurat

Mengurus anak, rumah, dan mendukung suami secara emosional adalah kontribusi besar yang tak bisa diukur dengan uang.

Lihat LebihDetails

5 Pekerjaan Haram yang Jarang Disadari

Oleh Yudi
13 Juni 2025
0
hati, jin, api, murtad, pekerjaan

Bekerja di bank konvensional atau lembaga keuangan yang berbasis bunga (riba) juga termasuk dalam pekerjaan yang haram menurut banyak ulama.

Lihat LebihDetails

10 Hal yang Sebaiknya Kamu Lakukan di Pagi Hari

Oleh Haura Nurbani
12 Juni 2025
0
Sunnah, Marah, Pagi Hari

Dalam Islam dan kehidupan sehari-hari, kerja cerdas dan kerja keras memiliki keutamaan masing-masing, namun keduanya saling melengkapi. Berikut penjelasannya:

Lihat LebihDetails

Apa Itu Nimbus, Varian Baru Covid 19 yang Lagi Merebak?

Oleh Saad Saefullah
13 Juni 2025
0
Syarat Taubat Diterima, Waktu Mustajab untuk Berdoa, Hukum Menggunakan Masker ketika Shalat, Waktu Berdoa yang Mustajab, Hadits tentang sabar, Sedekah Shubuh, ibadah, keutamaan berdoa, Syarat Taubat, Waktu Mustajab untuk Berdoa di Hari Jumat, Hukum Menghadiahkan Al-Fatihah untuk Diri Sendiri, Doa Memohon Ampunan pada Allah SWT, Perkara Iman, Istighfar,Hukum Meminta Doa dari Orang Lain, Nimbus

Dalam beberapa waktu terakhir, muncul kabar tentang varian baru Covid-19 bernama "JN.1 Nimbus".

Lihat LebihDetails

7 Tanda Tubuh yang Rentan Terkena Diabetes

Oleh Yudi
13 Juni 2025
0
diabetes

Menurut para ahli, pria dengan lingkar pinggang di atas 90 cm dan wanita di atas 80 cm memiliki risiko yang...

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.