• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Senin, 16 Juni 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Syi'ar Sirah

Meneladani Said bin Amir, Gubernur Termiskin

Oleh Dini Koswarini
2 tahun lalu
in Sirah
Waktu Baca: 6 menit baca
A A
0
Nabi Sulaiman, Kecerdasan Nabi Sulaiman, Fakta Nabi Dzulkifli, Umar bin Khattab, Abu Jahal, Abu Dzar Al-Ghifari, Fakta Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar Ash-Shiddiq, Rasulullah, Utsman bin Affan, Keutamaan Utsman bin Affan, Nabi Musa, Nabi Khidir, Umar bin Khattab, Abu Hurairah, Ali bin abi Thalib, umar bin khattab, Said bin Amir, Mukjizat Nabi di Gua Tsur, Nabi Ishaq, Ustman bin Affan, Utsman bin Affan, Abdullah ibn Umar, Nabi Ibrahim, Umar bin Khathab. Ashabul Kahfi, Saad bin Abi Waqqash, Ali bin Abi Thalib, Abu Qilabah, Kehebatan Umar bin Khattab, Imam Hasan Al-Bashri, Nabi Adam, Kisah Maryam, Perang Jamal, Ali bin Abi Thalib, Sahabat Nabi, Umar bin Khattab, Baiat Aqabah, Mushab Ibn Umair, Fakta Nabi Isa, Umar bin Khattab, Nabi Yusuf, Perjanjian Hudaibiyah, Ibnu Abbas, Luqman, Abu Bakar, Abu Sufyan bin Harits, Abu Hurairah

Foto: Pinterest

0
BAGIKAN

 

Oleh: Alim Witjaksono
Aktivis kemanusiaan dan penikmat sastra milenial Indonesia, juga menulis esai dan prosa di berbagai media luring dan daring
iyusrustamalim@gmail.com

TADINYA, Said bin Amir hanya rakyat biasa seperti kita. Ia memiliki keberanian mengkritisi sikap para sahabat Nabi lainnya, termasuk sikap politik Umar bin Khattab ketika diangkat menjadi pemimpin (khalifah). Dulu, ia tergolong sahabat Nabi yang berada di baris depan dalam menyokong perjuangan kaum muslimin. Namun, ketika Rasulullah wafat, kemudian berganti dengan Abu Bakar dan Umar, Said bin Amir melihat adanya gelagat Islam politik yang mewarnai kekisruhan dan kegaduhan di beberapa wilayah. Akhirnya, ia memilih undur-diri dan tak mau lagi berurusan dengan dunia politik.

Ketika Umar bin Khattab naik di tampuk kekuasaan, Said bin Amir merasa gembira seakan melihat seberkas sinar terang pada sikap dan kepribadian Umar yang tegas. Pada tahun-tahun sebelumnya, setelah hijrah mengikuti rombongan Nabi ke Madinah, Said dikenal proaktif pada kebijakan maupun keputusan politik Rasulullah yang tak lepas mengedepankan prinsip-prinsip musyawarah secara adil. Bahkan, dalam kebijakan-kebijakan soal perang dan pertempuran sekalipun.

ArtikelTerkait

Fatimah Tidak Izinkan Abu Bakar Masuk ke Dalam Rumah, tanpa Izin Suami

Nabi Muhammad ﷺ dan Permusuhan Abu Jahal

Kemuliaan Khadijah binti Khuwailid r.a.

Ibnu Abbas, Asisten Kecil Nabi, Hafal Ribuan Hadis

Sebagaimana Umar, khalifah sebelumnya Abu Bakar juga mengenal kecerdasan dan ketangkasan Said bin Amir. Kedua sahabat itu selalu mendengar petuah dan arahan yang disampaikan Said sebagai orang yang jenius, taat, penuh perhitungan dan pandai mengukur risiko. Setelah Umar bin Khattab dilantik, ia mendatangi kediamannya seorang diri seraya memberi nasehat kepada Khalifah yang terpilih: “Wahai Umar! Pusatkan perhatianmu kepada rakyat yang telah memilih dan mempercayaimu. Cintailah mereka seperti engkau mencintai dirimu dan keluargamu. Tolaklah kesenangan pada sesuatu, sebagaimana keluargamu menolak kesenangan yang bisa menggelincirkan hidupmu.”

Sikap zuhud dan kesederhanaan Said memang sudah pembawaan pada dirinya, bukan semata-mata retorika politis belaka. Suatu waktu, Umar bin Khattab memanggil Said untuk sebuah keperluan. Mereka membicarakan gelagat Bani Umayah yang cenderung ambisius di dunia politik praktis, hingga Umar menghendaki sistem pemerintahan dikelola oleh figur-figur yang sederhana dan bersahaja (zuhud).

BACA JUGA: 5 Gelar Umar bin Khattab di Kalangan Muslim

Sebagai pemimpin dan khalifah, Umar memanfaatkan hak vetonya untuk menggeser posisi Mu’awiyah (selaku gubernur Damsyik) serta menggantikannya dengan Said bin Amir. Namun di sisi lain, meskipun memiliki keutamaan, nama Said bin Amir kurang dikenal luas di kalangan rakyat biasa, termasuk kaum muslimin di Madinah. Ia hanya seorang bersahaja yang dikenal oleh para sahabat sekeliling Nabi saja. Sebagai pendatang Muhajirin yang miskin, ia cenderung introvert, penyendiri dan enggan menonjolkan diri.

ayah terbaik Kekuatan Ilmu, Kemiskinan yang Aku Khawatirkan, Umar bin Abdul Azis, Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Affan, Nabi Yakub, Khalid bin Walid, Nabi Sulaiman, Nabi Daud, Nabi Shaleh, Imam Syafi'i, Said bin Amir
Foto: Pinterest

Khalifah Umar seketika menerima banyak protes dan kritikan dari orang-orang yang kurang kompeten. Ia memanfaatkan kewenangannya untuk bersikukuh membela pelimpahan yang telanjur dia putuskan atas diri Said bin Amir: “Boleh saja kalian tidak mengenal Said bin Amir, tetapi Allah dan para malaikat sangat mengenal tipikal orang semacam dia!”

Ternyata, cobaan yang dihadapi Umar bukan saja dari lawan-lawan politiknya, melainkan sebaliknya, dari pihak Said dan kerabatnya juga telah mengemukakan penolakannya untuk dipilih selaku gubernur Damsyik, “Tolong jangan bebani saya dengan ujian seberat ini, wahai Umar,” ujar Said.

Sontak Khalifah Umar bangkit dari tempat duduknya, dan berkata tegas, “Demi Allah, saya tidak mau menarik keputusan ini, wahai Said! Kalau orang-orang semacam Anda menolak untuk membantu saya, lalu untuk apa kalian semua memilih dan melantik saya dengan amanat kepemimpinan ini?”

Semua diam terhenyak. Tak seorang pun berani menyanggah dan menanggapi pernyataan sang khalifah.

Advertisements

Gubernur zuhud

Tak ada pilihan bagi Said selain menerima jabatan gubernur Damsyik. Ia berangkat bersama istrinya yang cantik, yang masih berstatus pengantin baru. Umar memberikan perbekalan secukupnya, karena mereka berdua memang tidak memiliki uang yang cukup untuk bekal perjalanan ke kota itu.

Setelah beberapa bulan menjabat gubernur, dan secara ekonomi keluarga Said mulai mapan, istrinya mengusulkan agar menabung sebagian dari penghasilan suaminya selaku gubernur.

Namun beginilah jawab sang suami, “Bagaimana kalau kita investasikan sebagian dari penghasilan kita kepada orang lain. Damsyik ini adalah kota yang cukup makmur, perdagangan dan perekonomiannya mulai beranjak naik. Lebih baik kita gunakan uang ini sebagai modal usaha yang kita amanatkan kepada orang lain.”

Lewat perjalanan waktu, uang yang rencananya dipakai modal usaha, dimanfaatkan Said membeli perbekalan kebutuhan keluarganya dalam jangka waktu tertentu. Kemudian sebagiannya, disedekahkan kepada fakir-miskin.

Setelah beberapa bulan berselang, sang istri menangkap isyarat seakan-akan suaminya telah membohongi dirinya. Karena sesungguhnya, Said tak pernah menginvestasikan uangnya kepada siapa pun. Ia hanya tersenyum ketika sang istri mendesaknya agar menjelaskan apa adanya.

“Saya tidak berbohong, wahai istriku,” jawab Said. “Saya telah menginvestasikan uang itu dengan membelanjakannya di jalan Allah, yang tentu keuntungannya akan lebih besar untuk kita berdua di akhirat nanti.”

Sang istri merasa kecewa atas kejujuran suaminya itu. Pada saat demikian, Said merasa tergoda oleh kecantikan istrinya, dan ia mengakui secara jujur bahwa ia sangat mencintainya, serta khawatir akan kehilangan dirinya.

Di tengah kecamuk godaan memenuhi hasrat dan keinginan istrinya, hampir saja ia terjerumus pada gaya hidup mewah dan hedonistik. Namun kemudian, ia berkata tegas mengingatkan sang istri:

“Wahai istriku, saya punya sahabat-sahabat baik yang lebih dulu meninggalkan saya. Saya tidak ingin menyimpang dari jalan mereka, dari jalan yang telah diamanatkan Rasulullah, Abu Bakar, dan para sahabat lainnya. Kalaupun saya mati saat ini juga, di akhirat nanti akan banyak bidadari cantik yang siap melayani orang-orang baik dan jujur selama hidup di dunia. Kalaupun saya harus memilih, tidak mungkin saya mengorbankan bidadari-bidadari di surga untuk mempertahankan satu wanita di dunia ini. Lebih baik saya meninggalkan yang satu untuk mendapatkan mereka di akhirat kelak!”

BACA JUGA: Wasiat Abu Bakar Sebelum Meninggal Dunia

Keturunan Syarif dan Syarifah, Nabi Palsu, Bahasa Arab, Ali bin Abi Thalib, Abu Hurairah, Nabi Musa, , Keutamaan Imam Hasan dan Imam Husein, Said bin Amir
Foto: Pinterest

Sang istri kemudian luluh hatinya. Ia menyadari, tidak ada jalan lain yang membawa maslahat dan kedamaian, selain mengikuti apa-apa yang menjadi pilihan sang suami, yang sejak dulu mengajarkannya agar hidup sederhana.

Inspeksi sang khalifah

Pada suatu hari, Khalifah Umar bin Khattab mengadakan inspeksi ke seluruh wilayah pemerintahannya. Ketika berkunjung ke kota Damsyik, ia mendengar sebagian penduduk sangat menyukai gaya kepemimpinan Gubernur Said bin Amir. Namun, sebagian lain mempersoalkan serta memberikan kritik tajam.

Umar menampung semua aspirasi masyarakat, lantas mengajukan beberapa catatan yang perlu diketengahkan di hadapan sang gubernur. Di antaranya, sering kali Said melakukan tugasnya ketika matahari sudah tinggi (agak siang). Ia juga tidak terbiasa melayani masyarakat pada malam hari. Dalam satu bulan, kadang-kadang sehari atau dua hari ia meliburkan diri dan tidak mau menemui warga sama sekali. Di samping itu, fisiknya agak lemah, karena beberapa kali ia menangis dan jatuh pingsan, tanpa diketahui sebab musababnya.

Setelah membayangkan sosok gubernur atas keluhan-keluhan warganya, Umar tersenyum lembut. Karena pada prinsipnya, ia memahami tipikal kepemimpinan Said, serta membayangkan gambaran dirinya yang – dalam hal tertentu – tak jauh beda dengan tabiat dan karakter sahabatnya itu.

Umar sudah menebak apa yang menjadi jawaban Said ketika dikonfrontasikan di hadapan bawahannya, guna mempertanggungjawabkan apa-apa yang dipersoalkan mereka. Dan beginilah jawaban Said bin Amir: “Sesungguhnya saya tidak ingin dan tidak suka menyebutkan alasan-alasannya. Mengapa saya mempunyai cara-cara seperti yang telah saya lakukan. Tapi karena didesak kalian dan atas perintah Khalifah Umar, saya akan menjelaskannya, dan semoga Allah mengampuni dan memaafkan langkah-langkah yang saya tempuh selama ini…”

Mengenai ia melakukan tugasnya agak kesiangan, karena keluarganya tidak mampu membayar dan mempekerjakan seorang pelayan atau asisten rumah-tangga. Bagi Said, jasa, ilmu dan kepemimpinan tak terbilang dengan nilai uang, dan ia tak mampu mengukur seberapa besar ia harus membayar jasa seorang pembantu di rumah tangganya. Untuk itu, sejak pagi buta, Said mempersiapkan masakan untuk sarapan keluarganya. Gubernur itu mengaduk tepung sendiri, mengeramnya selama beberapa waktu, kemudian mencetak dan memasak roti untuk sarapan keluarganya.

Mengenai ia tidak mau melayani pada malam hari, karena sebagian dari waktu malamnya dipergunakan untuk keluarga sambil berzikir, mengkhususkan diri beribadah kepada Allah Swt. Kemudian, mengenai dirinya pernah meliburkan diri, karena ia harus mencuci pakaiannya sendiri serta menjemurnya seharian hingga kering.

Selanjutnya, mengenai tiba-tiba menangis dan jatuh pingsan, Said terdiam sejenak, menghela nafas dengan pandangan menerawang jauh. Kemudian, ia menguraikan memori dan ingatannya sewaktu hidup di masa Orde Jahiliyah dulu, ketika ia belum memeluk Islam. Dan ia pun menjelaskan: “Suatu hari seorang sahabat Rasul, Khubaib bin Anshari diarak beramai-ramai di atas tandu. Tubuhnya disiksa dan dicincang hingga tewas. Melihat peristiwa itu, saya hanya berpangku tangan, tak bisa berbuat apa-apa. Seakan-akan saya merasa tega membiarkan sahabat Nabi diperlakukan sewenang-wenang seperti itu. Ketika terlintas dalam ingatan saya, bagaimana orang-orang berbuat zalim dan saya tak punya kewenangan untuk menghentikan rakyat melakukan kezaliman itu, tiba-tiba tubuh saya gemetar dan lunglai, hingga saya terjatuh tak sadarkan diri.”

BACA JUGA: Mahar Abdurrahman bin Auf untuk Menikah, Emas Seberat Biji Kurma

Setelah memberikan penjelasan tersebut, Said berlinangan air mata hingga membasahi wajahnya. Umar tak kuasa menahan diri, ia segera merangkul dan memeluk Said sambil berseru dengan gembira, “Rupanya benar firasatku. Berkat taufik Allah, selama ini saya tidak salah memilih… subhanallah, ya, saya tidak salah memilih Anda sebagai Gubernur di sini….”

Bantuan dari negara

Lewat perjalanan waktu, beberapa pejabat tinggi Madinah mengusulkan, meskipun kehidupan Said bin Amir begitu zuhud dan bersahaja, setidaknya para kerabatnya, atau paling tidak, pihak keluarga dan saudara istrinya, perlu diberi tunjangan untuk kemakmuran dan kesejahteraan mereka. Demikianlah hingga Khalifah Umar mengajukan usulan tersebut.

Abu Dzar Al-Ghifari, Umar bin Khattab, Nabi Sulaiman, Amalan Malam Jumat, Umar bin Abdul Azis, Nabi Yusuf, Fakta Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar Ash-Shiddiq, Nabi Adam, Keutamaan Amalan di Bulan Rajab, Nabi Idris, unta Rasulullah, Ali bin Husain, Utsman bin Affan, Nabi Muhammad, Bulan Dzulhijjah, Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Bilal bin Rabbah, Burung Hudhud, doa Rasulullah, Nabi Zulkifli, Nabi, Said bin Amir
Foto: PInterest

“Apa yang mereka maksudkan dengan kemakmuran dan kesejahteraan?” tolak Said, “Tolong jangan paksakan saya untuk memiliki persepsi yang sama tentang makna kemakmuran hidup.”

Apa yang dinyatakan Said dapat dipahami oleh pemimpin sekalas Umar bin Khattab. Said mengemukakan pernyataan religius yang sulit dipahami oleh para politisi dan penguasa di zaman hiper modern sekarang ini.

Meskipun kemudian, Umar tetap pada keputusannya mengirim tim delegasi dari Madinah ke Damsyik, agar mencatat orang-orang miskin yang layak menerima bantuan. Beberapa hari kemudian datanglah para delegasi itu, setelah lengkap daftar nama-nama yang layak menerima bantuan dari pemerintah pusat. Sang ketua memberitahukan Khalifah Umar perihal adanya satu penduduk miskin di Damsyik yang belum tercatat dalam daftar tersebut.

“Lho? Kenapa kalian tidak catat?”

“Dia menolak untuk dicatat, wahai Amirul Mukminin.”

“Apakah dia punya banyak kebun?”

“Dia tidak punya sama sekali.”

“Mungkin punya simpanan uang?”

“Sama sekali tidak. Karena itu, semestinya dia juga tercatat ke dalam daftar yang layak menerima bantuan dari pemerintah pusat.”

“Lalu, kenapa kalian tidak catat?”

“Orang itu adalah gubernur sendiri, Said bin Amir.”

Sang khalifah tersentak kaget, ia menghempaskan punggungnya lunglai di atas kursi kekuasaan. []

Tags: gubernur zuhudHapus term: Gubernur Termiskin Gubernur TermiskinHapus term: Gubernur zuhudsaid bin amir
ShareSendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

3 Hal yang Perlu Dilakukan Istri ketika Suami Tak Mesra lagi

Next Post

3 Mata yang Tidak Menangis di Hari Kiamat

Dini Koswarini

Dini Koswarini

Terkait Posts

Penjagaan Allah terhadap Nabi, Abu Bakar

Fatimah Tidak Izinkan Abu Bakar Masuk ke Dalam Rumah, tanpa Izin Suami

12 Juni 2025
Nabi, Utsman bin Affan, Unta, Abdullah bin Ubay, Abu Jahal

Nabi Muhammad ﷺ dan Permusuhan Abu Jahal

10 Juni 2025
Cara Cari Jodoh, Renungan, Khadijah binti Khuwailid

Kemuliaan Khadijah binti Khuwailid r.a.

1 Juni 2025
Nabi Zakaria, Ibnu Abbas

Ibnu Abbas, Asisten Kecil Nabi, Hafal Ribuan Hadis

23 Mei 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Laporan Donasi Islampos: Terima Kasih Telah Menjadi Bagian dari Perjuangan Dakwah! 1 Said bin Amir

Laporan Donasi Islampos: Terima Kasih Telah Menjadi Bagian dari Perjuangan Dakwah!

Oleh Dini Koswarini
16 Juni 2025
0

Palestina, Ismail Haniyeh, Lemah

Kenapa Orang-orang Eropa pada Membela Palestina?

Oleh Dini Koswarini
16 Juni 2025
0

buka puasa, qadha, lapar, puasa

10 Tips agar Rajin Puasa Sunnah Senin dan Kamis

Oleh Yudi
16 Juni 2025
0

Sumber Dosa, Hasan Al-Bashri

Imam Hasan Al-Bashri dan Nasihatnya tentang Tetangga, Utang, dan Kematian

Oleh Dini Koswarini
16 Juni 2025
0

junub, kamar mandi, adzan, mandi junub

Mengapa Jatuh di Kamar Mandi Itu Berbahaya untuk Keselamatan Jiwa?

Oleh Yudi
16 Juni 2025
0

Terpopuler

7 Kalimat yang Jangan Diucapkan Sembarangan oleh Suami kepada Istri!

Oleh Yudi
12 Juni 2025
0
hak dan kewajiban suami istri, NAFKAH, talak, rumah tangga, suami, aurat

Mengurus anak, rumah, dan mendukung suami secara emosional adalah kontribusi besar yang tak bisa diukur dengan uang.

Lihat LebihDetails

7 Alasan Mengapa Banyak Penderita Sakit Jantung Tidak Sadar

Oleh Yudi
15 Juni 2025
0
jantung, nyeri dada

Beberapa orang mengalami silent ischemia, yaitu kondisi saat aliran darah ke otot jantung terganggu tanpa menyebabkan rasa sakit.

Lihat LebihDetails

Cara Singkat Tulis ‘Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ﷺ di Microsoft Word, Ini Dia

Oleh Saad Saefullah
19 Oktober 2024
1
Nabi Muhammad Keutamaan Membaca Sholawat, Waktu Terbaik Bershalawat, Sholawat, Ciri Fisik Rasulullah, Wasiat Nabi Sebelum Wafat, Cara Bershalawat yang Benar kepada Nabi, Keistimewaan Rasulullah, Kebiasaan Nabi Muhammad ﷺ, Rasulullah

Selain untuk membuat karakter shalawat tersebut, kita juga bisa membuat lafadz Allah (ﷲ), Muhammad (ﷴ), Basmalah (﷽), Jalla Jalaluhu (ﷻ)...

Lihat LebihDetails

Mengapa Childfree Dilarang dalam Islam?

Oleh Dini Koswarini
14 Juni 2025
0
Ibrahim bin Rasulullah, childfree

Dalam perspektif Islam, keputusan childfree sebagai gaya hidup permanen dan disengaja tanpa alasan syar’i tidak dibenarkan dan bahkan dilarang.

Lihat LebihDetails

Apa Ciri-ciri Suami yang Ingin Poligami tapi Tidak Mampu namun Selalu Ngomong ke Sana ke Mari?

Oleh Saad Saefullah
15 Juni 2025
0
Kencing Batu, Poligami

Berikut adalah ciri-ciri suami yang ingin poligami tapi sebenarnya tidak mampu, namun sering membicarakannya ke sana ke mari!

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.