BERIKUT adalah ciri-ciri suami yang ingin poligami tapi sebenarnya tidak mampu, namun sering membicarakannya ke sana ke mari:
1. Sering Mengutip Ayat dan Hadis Tapi Tidak Konsisten dalam Amal
Dia gemar mengutip ayat tentang poligami, tetapi lupa bahwa syariat juga memerintahkan adil, menafkahi, dan menjaga amanah rumah tangga. Dalam praktiknya, kewajiban pada istri pertama saja belum tertunaikan dengan baik.
2. Suka Membanding-bandingkan Istri
Dia sering menyindir atau membandingkan istrinya dengan perempuan lain, seolah-olah sedang mencari-cari pembenaran untuk mencari istri kedua, padahal bukan karena kebutuhan, tapi karena hawa nafsu.
BACA JUGA: Realita Poligami di Indonesia
3. Finansial Pas-pasan Tapi Mimpi Tinggi
Uang belanja pas-pasan, utang masih menumpuk, nafkah belum teratur, tapi sudah bicara tentang poligami. Cita-cita langit, tanggung jawab masih di dasar bumi.
4. Jadikan Poligami Sebagai Candaan atau Gertakan
Sering menjadikan poligami sebagai bahan lelucon di depan istri atau teman-teman, padahal niatnya serius, hanya saja tidak punya nyali dan kesiapan. Ini bisa melukai hati pasangan dan mencederai makna sakral poligami dalam Islam.
5. Suka Pamer di Media Sosial atau Grup
Membuat status, komentar, atau membagikan konten-konten yang memuliakan poligami, seolah-olah dirinya sudah sangat siap dan layak. Padahal, realitanya jauh dari tanggung jawab yang semestinya.
6. Tidak Fokus pada Rumah Tangga yang Ada
Istri dan anak-anak butuh perhatian dan waktu, tapi dia malah sibuk cari “calon istri kedua” dengan alasan dakwah, ukhuwah, atau syariat. Padahal rumah tangga yang sekarang saja belum ia bina dengan benar.
7. Menggunakan Agama Sebagai Tameng
Ketika dinasihati, ia akan berkata, “Jangan halangi syariat,” padahal sebenarnya bukan sedang memperjuangkan sunnah, tapi menghalalkan ambisi pribadi yang belum pada tempatnya.
BACA JUGA: Kenapa Lelaki Cenderung Ingin Poligami, walaupun Miskin?
Penutup
Poligami bukan sekadar hak, tapi juga tanggung jawab besar. Bila seseorang terus berbicara tentang poligami tapi tidak mampu secara lahir batin, finansial, dan emosional, maka ia sedang mengecilkan makna ibadah ini. Rasulullah ﷺ pun beristri lebih dari satu bukan karena nafsu, tapi karena misi mulia dan kemampuan luar biasa.
Lebih baik memperbaiki diri dan keluarga terlebih dahulu, sebelum menambah amanah baru yang bisa berujung pada kezaliman. []