• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Minggu, 15 Juni 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Kolom

Mempertimbangkan Hisab Astronomis dalam Penentuan Awal Ramadhan

Oleh Yudi
4 tahun lalu
in Kolom
Waktu Baca: 3 menit baca
A A
0
bulan rajab

Foto: Unsplash

0
BAGIKAN

ADA yang bertanya, untuk menentukan kapan kita shalat, kita cukup mengacu pada jadwal waktu shalat, tanpa harus mengamati pergeseran matahari secara langsung, atau menancapkan tongkat di bawah terik matahari untuk melihat panjang bayangannya.

Lalu mengapa untuk menentukan awal puasa, kita harus melihat hilal (bulan sabit tanda munculnya awal bulan), mengapa tidak cukup dihitung saja secara astronomis?

Mempertimbangkan Hisab Astronomis dalam Penentuan Awal Ramadhan 1

Dua hal ini memiliki perbedaan. Untuk masuknya waktu shalat, yang diperintahkan adalah shalat pada waktunya, tanpa ada perintah pada kita untuk melakukan tindakan tertentu untuk mengetahui waktu shalat tersebut.

ArtikelTerkait

Rakyat Eropa Terus Menyuarakan Palestina

Syarat Memenangkan Pertempuran Marathon di Khaibar

Membangun Legitimasi dalam Menghadapi Yahudi Madinah

Bangsa-bangsa Arab Abaikan Rakyat Palestina?

Penjelasan waktu-waktu shalat oleh para fuqaha, yang mengikuti pergeseran matahari atau melihat warna langit, mengacu pada Hadits-Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak menuntut kita untuk melihat pergeseran matahari atau warna langit itu secara langsung setiap waktu shalat.

BACA JUGA: Apa Itu Rukyat, Hilal dan Hisab?

Karena itu, mengacu pada jadwal waktu shalat yang sudah ditetapkan melalui perhitungan astronomis, sudah cukup.

Sedangkan penentuan awal puasa Ramadhan, ada perintah spesifik untuk melihat (ru’yah) munculnya hilal secara langsung. Nabi bersabda:

صوموا لرؤيته وأفطروا لرؤيته

Artinya: “Berpuasalah karena melihat hilal dan berbukalah (‘Idul Fithr) karena melihat hilal.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Karena itu, mayoritas fuqaha klasik menyatakan bahwa awal Ramadhan hanya bisa ditetapkan (itsbat) dengan ru’yah hilal atau menyempurnakan bilangan Sya’ban menjadi 30 hari jika hilal di malam ke-30 tidak terlihat.

Tidak bisa dengan perhitungan astronomis, karena itu menyelisihi nash Hadits yang memerintahkan ru’yah.

Advertisements

Namun hal ini sebenarnya masih bisa dikritisi. Yang patut ditanyakan adalah, apakah perintah melihat hilal itu perkara ta’abbudi, yang tinggal kita terima saja dan tidak boleh ditinggalkan, sebagai bentuk ketundukan kita pada Allah ta’ala dan Rasul-Nya, atau ia perkara ta’aqquli, yang bisa dinalar oleh akal dan dipahami maksud dan tujuannya, sehingga jika tujuannya bisa dicapai dengan cara lain, maka cara untuk mencapai tujuan tersebut bisa diganti?

Dr. Yusuf Al-Qaradhawi, dalam “Al-Madkhal Li Dirasah As-Sunnah An-Nabawiyyah”, saat membahas hal ini, menyatakan:

“Dulu melihat dengan mata itu merupakan wasilah yang mudah dilakukan, mampu dilakukan oleh kebanyakan orang di masa itu, karena itu Hadits datang dengan menyebutkan wasilah itu.

Seandainya Nabi membebani mereka dengan wasilah lain, seperti hisab falaki (perhitungan astronomis), sedangkan umat Islam di masa itu buta huruf, tidak bisa menulis dan berhitung, maka itu akan membuat mereka jatuh dalam kesulitan.

Sedangkan Allah menginginkan kemudahan bagi umat-Nya, bukan kesulitan. Nabi ‘alaihish shalatu was salamu berkata tentang diri beliau sendiri:

إن الله بعثني معلما ميسرا ولم يبعثني معنتا

Artinya: “Allah mengutusku sebagai orang yang mengajarkan ilmu lagi memberikan kemudahan, dan tidak mengutusku untuk mempersulit orang-orang.” (HR. Muslim dan Ahmad)

Dan ketika ditemukan wasilah lain yang lebih mampu mewujudkan tujuan dari perintah yang disampaikan Hadits, dan lebih kecil kemungkinannya keliru, salah atau ada kedustaan dalam penetapan masuknya bulan, dan wasilah tersebut saat ini mudah dilakukan, bukan sesuatu yang sangat sulit atau di atas kemampuan umumnya manusia.

Saat ini pun sudah banyak para ahli di bidang astronomi, geologi dan fisika, di tingkat dunia. Sains yang dikembangkan manusia pun telah mampu membawa mereka naik ke bulan, berjalan di atas permukaannya, dan mengambil sampel bebatuan dan tanahnya.

Lalu mengapa kita harus bersikap jumud terhadap wasilah, padahal ia bukanlah tujuan yang dituju oleh Hadits, dan mengabaikan tujuan yang ditunjukkan oleh Hadits tersebut?!”

Al-Qaradhawi menganggap ru’yah hilal bukanlah tujuan dari perintah Nabi صوموا لرؤيته… atau لا تصوموا حتى تروا الهلال, ia hanyalah wasilah yang mudah dilakukan oleh umat Islam saat itu. Tujuan perintah itu sendiri adalah mengetahui kapan awal Ramadhan itu, sehingga setiap muslim bisa puasa Ramadhan satu bulan penuh, tanpa ketinggalan satu hari pun.

Bagi beliau, ini bukan perkara ta’abbudi yang mengharuskan kita tetap memilih ru’yah hilal sebagai cara penentuan awal Ramadhan, yang peluang kelirunya cukup besar, padahal ada cara lain yang jauh lebih akurat untuk mengetahui masuknya bulan, yaitu perhitungan astronomis atau hisab falaki.

BACA JUGA: Kejadian Lucu, Tatkala Khilal Tertutup Uban

Ditambah, dalam salah satu riwayat dikatakan:

فإن غم عليكم فاقدروا له

Artinya: “Dan jika hilal terhalang dari pandangan kalian, maka perkirakanlah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Menurut Al-Qaradhawi, lafazh فاقدروا itu membuka peluang diterimanya hisab falaki dalam penentuan masuknya bulan Ramadhan.

Begitu juga, sabda Nabi, “Kita umat yang buta huruf, tidak bisa menulis dan berhitung”, menurut beliau, itu tidak menafikan bolehnya ilmu hisab dalam penentuan masuknya bulan Ramadhan. Itu cuma menunjukkan realita di masa itu.

Seandainya Hadits tersebut dipahami sebagai penafian terhadap hisab, berarti ia juga berisi penafian terhadap aktivitas menulis, dan tidak ada seorang pun yang menyatakan aktivitas menulis itu tercela dan tak boleh dilakukan oleh seorang muslim.

Wallahu a’lam bish shawab. []

Facebook: Muhammad Abduh Negara

Tags: Awal RamadhanHilalHisabRamadhan
ShareSendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Kecewakan Ibu Setelah Punya Istri, Al Qamah Kesulitan saat Sakaratul Maut

Next Post

Pelajaran dari Hadis Larangan Kencing di Air Tergenang

Yudi

Yudi

Terkait Posts

Genosida, Nasrulloh Baksolahar, Palestina, Israel

Rakyat Eropa Terus Menyuarakan Palestina

15 Juni 2025
Konstantinopel, Khaibar

Syarat Memenangkan Pertempuran Marathon di Khaibar

14 Juni 2025
Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Yahudi

Membangun Legitimasi dalam Menghadapi Yahudi Madinah

12 Juni 2025
Palestina, Palestina

Bangsa-bangsa Arab Abaikan Rakyat Palestina?

11 Juni 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Donasi

UPDATE LAPORAN DONASI: Selamatkan Media Islam: Saatnya Kita Bergerak untuk Islampos!

Oleh Saad Saefullah
15 Juni 2025
0

jantung, nyeri dada

7 Alasan Mengapa Banyak Penderita Sakit Jantung Tidak Sadar

Oleh Yudi
15 Juni 2025
0

Adab Bertetangga, percaya diri, tetangga, Akibat Berbuat Benar, Tetangga, kejelekan

Akibat Menyebarkan Kejelekan terhadap Seorang Mukmin

Oleh Saad Saefullah
15 Juni 2025
0

Genosida, Nasrulloh Baksolahar, Palestina, Israel

Rakyat Eropa Terus Menyuarakan Palestina

Oleh Saad Saefullah
15 Juni 2025
0

tokoh

Jangan Terlalu Memuji Seorang Tokoh, Apalagi Sambil Menjatuhkan Tokoh yang Lainnya

Oleh Saad Saefullah
14 Juni 2025
0

Terpopuler

7 Kalimat yang Jangan Diucapkan Sembarangan oleh Suami kepada Istri!

Oleh Yudi
12 Juni 2025
0
hak dan kewajiban suami istri, NAFKAH, talak, rumah tangga, suami, aurat

Mengurus anak, rumah, dan mendukung suami secara emosional adalah kontribusi besar yang tak bisa diukur dengan uang.

Lihat LebihDetails

5 Pekerjaan Haram yang Jarang Disadari

Oleh Yudi
13 Juni 2025
0
hati, jin, api, murtad, pekerjaan

Bekerja di bank konvensional atau lembaga keuangan yang berbasis bunga (riba) juga termasuk dalam pekerjaan yang haram menurut banyak ulama.

Lihat LebihDetails

7 Tanda Tubuh yang Rentan Terkena Diabetes

Oleh Yudi
13 Juni 2025
0
diabetes

Menurut para ahli, pria dengan lingkar pinggang di atas 90 cm dan wanita di atas 80 cm memiliki risiko yang...

Lihat LebihDetails

10 Hal yang Sebaiknya Kamu Lakukan di Pagi Hari

Oleh Haura Nurbani
12 Juni 2025
0
Sunnah, Marah, Pagi Hari

Dalam Islam dan kehidupan sehari-hari, kerja cerdas dan kerja keras memiliki keutamaan masing-masing, namun keduanya saling melengkapi. Berikut penjelasannya:

Lihat LebihDetails

Apa Itu Nimbus, Varian Baru Covid 19 yang Lagi Merebak?

Oleh Saad Saefullah
13 Juni 2025
0
Syarat Taubat Diterima, Waktu Mustajab untuk Berdoa, Hukum Menggunakan Masker ketika Shalat, Waktu Berdoa yang Mustajab, Hadits tentang sabar, Sedekah Shubuh, ibadah, keutamaan berdoa, Syarat Taubat, Waktu Mustajab untuk Berdoa di Hari Jumat, Hukum Menghadiahkan Al-Fatihah untuk Diri Sendiri, Doa Memohon Ampunan pada Allah SWT, Perkara Iman, Istighfar,Hukum Meminta Doa dari Orang Lain, Nimbus

Dalam beberapa waktu terakhir, muncul kabar tentang varian baru Covid-19 bernama "JN.1 Nimbus".

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.