• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Minggu, 22 Juni 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Tsaqofah

Pendidikan yang Mubazir

Oleh Yudi
4 tahun lalu
in Tsaqofah
Waktu Baca: 2 menit baca
A A
0
Foto: Unsplash

Foto: Unsplash

0
BAGIKAN

Oleh: Rahman Hanifan

KHUTBAN-KHUTBAN di masjid selama ini banyak mubazirnya. Jumlah khutbah tidak paralel dengan peningkatan jumlah kelakukan baik manusia. Kutbah-khutbah itu tidak efektif secara moral, sosial, budaya, apalagi politik.

Khutbah-khutbah itu tidak relevan terhadap persoalan konkret umatnya. Tidak mengandung kepekaan, komitmen, dan kepedulian terhadap suara hati umatnya. Tidak mampu menyentuh dasar kenyataan hidup umatnya. Jadi ya begitu-begitu saja. Dan para jamaah itu ya nganut-nganut saja sampai berabad-abad.

Rangkaian kalimat di atas adalah kritik Emha Ainun Nadjib dalam salah satu bukunya; Markesot Bertutur Lagi. Ya, apa artinya khutbah-khutbah itu, kalau sebagian besar jamaahnya sama sekali tak mendengar, karena tidur.

ArtikelTerkait

Hal-hal yang Tak Boleh Dilakukan setelah Makan

7 Kebiasaan yang Menyebabkan Seorang Pria Bisa Mandul

Olahraga yang Tepat buat Orang yang Sudah Berusia 40 Tahun, Apa Saja Ya?

Perlu Banget Tahu, Ini Minuman-minuman yang Mengandung Gula Tinggi, Apa Saja?

BACA JUGA: Merokok, Buang-buang Uang Saja?

Yang mendengar pun hanya mendengar dengan telinga, tidak dengan hati mereka. Isi khutbah juga seringkali gak jelas, ke sana ke mari, seakan semua hal mau dikhutbahkan. Khutbah itu sama sekali tak efektif sebagaimana fungsinya, menggerakkan orang untuk bertakwa.

Senada dengan itu, masih dalam buku yang sama, Emha juga menyindir tentang tidak efektifnya institusi pendidikan di negeri ini. Seperti gelar kesarjanaan yang mubazir.

Emha melalui Markendut, salah satu tokoh dalam buku itu mengatakan; “Kesarjanaan hanya berarti tambahan sedikit tumpukan informasi pengetahuan di otaknya. Pengetahuan itu tidak mengimbas ke dalam hati, tidak mengendap menjadi pola kejiwaan, serta tidak merasuk ke dalam pembangunan mentalitasnya.”

Kita yang berprofesi sebagai guru, mestinya juga senantiasa evaluasi diri. Jangan-jangan selama ini kita hanya menjadi guru mubazir.

Guru yang tidak mampu merubah apa-apa terhadap anak-anak didiknya, kecuali menambah tumpukan infromasi pengetahuan pada otak mereka.

Apa yang kita sampaikan berhenti sebagai memori di otak dan mengendap disana. Tidak sampai ke dalam jiwa, apalagi merubahnya menjadi lebih baik.

Mubazir, karena tumpukan data itu takkan begitu berarti dibanding dengan kelelahan kita sebagai guru dalam menyiapkan silabus, Program Semester, Program Tahunan, RPP, dan sebagainya.

Advertisements

Juga tak sebanding dengan waktu yang kita habiskan setidaknya setengah hari setiap hari untuk berada di sekolah. Sementara karakter anak tidak menjadi lebih baik, kualitas mentalnya tak terbangun dan mereka tak siap untuk menghadapi realitas di sekolah.

Tentu saja hal ini mubazir, kecuali yang kita pikirkan hanyalah amplop beserta isinya yang akan kita terima setiap awal atau akhir bulan.

Ibarat komputer, kita hanya menyimpan file-file software di hardisk, tapi tidak menginstalnya. Maka file-file itu sama sekali tidak ada gunanya bagi komputer, selain menambah beban kerja baginya.

Bila file-file itu sudah terlalu menumpuk, kerja komputer akan menjadi lemot. Mungkin satu-satunya hal positif dari terlalu banyaknya data itu adalah melatih kesabaran para pengguna komputer.

Begitulah, para guru terus-menerus menumpuk data pada otak anak-anak didiknya. Akan tetapi data-data itu, meskipun merupakan software yang dapat dijalankan untuk kebaikan-kebaikan diri anak, tapi tidak terinstal pada jiwa mereka.

BACA JUGA: Biar Tak Mubazir, Ini 5 Tips Manfaatkan Hijab Tak Terpakai

Data-data itu menjadi mubazir. Teronggok saja di otak. Paling-paling berguna untuk menjawab soal-soal ujian, baik ujian kelulusan, ujian naik jenjang pendidikan berikutnya, atau ujian CPNS.

Akan tetapi sekali lagi, tidak merubah jiwa mereka. Anak-anak didik kita tak menjadi lebih peka, lebih arif, lebih bijak dan lebih shalih dalam menjalani hidup. Nah, apalah gunanya kita terus mengajar? Sedang Allah telah berfirman:

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah apa-apa yang ada pada jiwa mereka.” (QS. Ar-Ra’d: 11).

Semoga saja, kita sanggup untuk terus belajar dan memperbaiki diri, agar tidak menjadi guru yang mubazir. Bila kita tak mampu merubah jiwa mereka, maka negeri ini juga takkan berubah. []

Tags: gurumubazirpendidikan
ShareSendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Mladenov: 50% Permukiman Ilegal Israel Berada di Jantung Kota Tepi Barat

Next Post

Ini 6 Jenis Vaksin Covid-19 yang Resmi Digunakan di Indonesia

Yudi

Yudi

Terkait Posts

Itikaf, Lapar, makan

Hal-hal yang Tak Boleh Dilakukan setelah Makan

21 Juni 2025
impotensi, usia 40 tahun, 40 tahun, shalat, mandul, pria

7 Kebiasaan yang Menyebabkan Seorang Pria Bisa Mandul

20 Juni 2025
Olahraga

Olahraga yang Tepat buat Orang yang Sudah Berusia 40 Tahun, Apa Saja Ya?

20 Juni 2025
Akibat Terlalu Sering Minum Minuman yang Manis, Karbohidrat, minuman

Perlu Banget Tahu, Ini Minuman-minuman yang Mengandung Gula Tinggi, Apa Saja?

19 Juni 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

istri, suami, muslimah, aurat

Mengapa Banyak Muslimah di Indonesia Tak Malu Lagi Membuka Aurat?

Oleh Yudi
22 Juni 2025
0

israel, palestina, zionis

Sejarah Jahatnya Kelompok Zionis, Asal Mula Gerakan Nasionalis Yahudi

Oleh Yudi
22 Juni 2025
0

Tentang Meninggalkan Shalat, sebagai Salah Satu dari Dosa Besar

Oleh Saad Saefullah
22 Juni 2025
0

Antisemit, Yahudi, Israel, Israel, Bani Israil

Kala Bani Israil Mendominasi Pemberitaan

Oleh Saad Saefullah
22 Juni 2025
0

membatalkan pernikahan, menikah, PERNIKAHAN, hamil

Menikah Beda Agama dalam Islam, Boleh atau Tidak?

Oleh Dini Koswarini
21 Juni 2025
0

Terpopuler

Kisah 7 Negara Kaya Raya yang Kini Jadi Miskin

Oleh Yudi
21 Juni 2025
0
kekayaan, terkaya, berpikir positif, negara

Venezuela pernah menjadi salah satu negara terkaya di Amerika Selatan, terutama karena cadangan minyak bumi yang sangat besar.

Lihat LebihDetails

7 Kebiasaan yang Menyebabkan Seorang Pria Bisa Mandul

Oleh Yudi
20 Juni 2025
0
impotensi, usia 40 tahun, 40 tahun, shalat, mandul, pria

Kandungan nikotin, tar, dan zat kimia lain dalam rokok dapat merusak DNA sperma pada pria dan merusak sel telur serta...

Lihat LebihDetails

8 Ciri Orang Suka Berbohong dari Fisiknya

Oleh Yudi
20 Juni 2025
0
berbohong

Orang yang berbohong sering butuh waktu lebih lama untuk merespons, karena mereka “menyusun” cerita.

Lihat LebihDetails

Menikah dengan ‘Mantan Pezina’, Bagaimana?

Oleh Mila
18 Mei 2024
0
Jomblo, Pernikahan Terlarang dalam Islam, Syarat Cerai, Talak, Hukuman bagi Pelaku Zina

Ketika itu, ‘Anaq mengajaknya tidur bersama di rumahnya. Namun, Martsad menjelaskan kepadanya bahwa ajaran Islam mengharamkan segala macam perzinaan

Lihat LebihDetails

Usia Berapa Anak Jangan Minum Air Teh dan Kopi? Ini Penjelasan Medisnya

Oleh Yudi
19 Juni 2025
0
kopi, teh

Baik teh maupun kopi sama-sama mengandung kafein, sebuah zat stimulan yang bekerja langsung pada sistem saraf pusat.

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

  • 114Share on WhatsApp
  • 38Share on Facebook
  • 22Share on Telegram
  • 596Share on Twitter
  • 91Share on Pinterest
  • 39Share on LinkedIn
  • 50Share on Email