DALAM banyak perbincangan, terutama di dunia Muslim, kaum Yahudi sering dikaitkan dengan tindakan penindasan, kezaliman, dan penjajahan. Namun penting untuk membedakan antara Yahudi sebagai agama, dan Zionis sebagai gerakan politik.
1. Zionisme: Asal Mula Gerakan Nasionalis Yahudi
Zionisme muncul pada akhir abad ke-19 sebagai gerakan nasionalisme Yahudi yang ingin mendirikan “tanah air” bagi bangsa Yahudi di Palestina. Gerakan ini dipelopori oleh Theodor Herzl, yang melihat bahwa orang Yahudi tidak akan pernah benar-benar diterima di Eropa, sehingga mereka butuh negara sendiri.
Sayangnya, tanah yang mereka tuju, yakni Palestina, sudah berpenduduk mayoritas Arab Muslim dan Kristen. Inilah yang menjadi awal konflik panjang.
BACA JUGA: Runtuhnya Uni Soviet, Membayangi Penjajah Zionis Israel
2. Deklarasi Balfour dan Janji Ganda Inggris
Pada tahun 1917, Inggris mengeluarkan Deklarasi Balfour, sebuah surat dukungan kepada pendirian negara Yahudi di Palestina. Ironisnya, Inggris sebelumnya juga berjanji kepada bangsa Arab akan mendukung kemerdekaan mereka di wilayah itu. Janji ganda ini menyebabkan ketegangan yang terus berkembang.
3. Pendudukan Palestina dan Tragedi 1948
Pada tahun 1948, berdirilah negara Israel. Sekitar 750.000 warga Palestina terusir dari tanah mereka dalam peristiwa yang disebut Nakba (malapetaka). Rumah-rumah dihancurkan, desa-desa dihapus, dan para pengungsi dilarang kembali.
Sejak saat itu, banyak yang menganggap tindakan Israel—yang dipimpin elite politik Yahudi Zionis—adalah bentuk penjajahan dan kezaliman.
4. Pendudukan Berkelanjutan dan Kekerasan
Israel tidak berhenti pada 1948. Setelah perang 1967, mereka menduduki Yerusalem Timur, Tepi Barat, dan Gaza. Meski beberapa wilayah sempat diserahkan kembali, penjajahan, pembangunan permukiman ilegal, dan penindasan terhadap rakyat Palestina terus terjadi.
Kejahatan ini sering dilakukan dengan dukungan militer, teknologi tinggi, dan bahkan dukungan politik dari negara besar seperti Amerika Serikat.
5. Bukan Semua Yahudi Setuju
Yang perlu ditekankan, tidak semua orang Yahudi mendukung Israel atau Zionisme. Banyak Yahudi Ortodoks yang menentang pendirian Israel atas dasar agama. Ada juga Yahudi humanis dan progresif yang berdiri bersama Palestina. Tokoh-tokoh Yahudi seperti Noam Chomsky, Norman Finkelstein, dan banyak aktivis Yahudi lainnya secara terbuka mengecam tindakan Israel.
6. Pandangan Islam terhadap Yahudi
Dalam Islam, Nabi Muhammad ﷺ berinteraksi dengan Yahudi di Madinah. Ada yang jujur, ada yang khianat. Al-Qur’an menyebut sebagian dari Bani Israil yang membangkang perintah Allah, tetapi juga menyebut sebagian dari mereka sebagai umat yang diberi kelebihan ilmu.
“Sesungguhnya di antara mereka ada segolongan umat yang adil, dan mereka membaca ayat-ayat Allah pada waktu malam.” (QS. Ali Imran: 113)
BACA JUGA: Serang Gaza Kembali, Penjajah Zionis Israel Gigit Jari
Jadi, Islam tidak mengajarkan kebencian buta terhadap kaum Yahudi, tapi memberikan peringatan terhadap kelompok yang berbuat zalim, siapapun dia.
Kesimpulan: Kritik kepada Kezaliman, Bukan Etnis
Yang harus dikritik adalah kezaliman, penjajahan, dan pelanggaran HAM—bukan etnis atau agama. Dalam kasus Palestina, bukan karena mereka Yahudi, tetapi karena mereka melakukan penjajahan dan pelanggaran atas hak-hak rakyat Palestina.
Jika kita ingin menjadi masyarakat yang adil dan cerdas, kita harus bisa membedakan antara kritik terhadap ideologi politik Zionisme dan kebencian terhadap seluruh kaum Yahudi. Sebab yang terakhir itu sama saja dengan melakukan kezaliman yang kita kecam. []