• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Rabu, 11 Juni 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Dari Anda Renungan

Sakitnya Sakaratal Maut

Oleh Saad Saefullah
8 tahun lalu
in Renungan
Waktu Baca: 4 menit baca
A A
0
Foto: Abu Umar/Islampos

Foto: Abu Umar/Islampos

0
BAGIKAN

Oleh: Septian Riko, septianrico90@yahoo.co.id

TIDAK asing di telinga kita, “Setiap pertemuan, pasti ada perpisahan.” Hal tersebut tidak luput dari tawa dan tangis, akan tetapi kita harus paham dimana menempatkan tawa dan dimana kita harus menangis. Sebenarnya bukan anjuran untuk kita menangis ataupun tertawa di setiap kejadian, akan tetapi menangislah sewajarnya, dan tertawalah sekadarnya.

Saya tampilkan beberapa cerita fiksi di buku ini, salah satunya yang akan antum baca sekarang, yang insyaAllah juga menguatkan iman dan takwa kita, bukan hanya imajinasi ngalor-ngidul kata orang jawa, yang seperti cerita percintaan anak muda.
Alkisah

Tidaklah seorang suami meninggalkan istri dan anak-anaknya atas aib yang di dera selama hidup di dunia.

ArtikelTerkait

Kenapa Kita Harus Berusaha Sekuat Tenaga Mendapatkan Rezeki Halal di Zaman Ini

Kenangan Bersama Ayah

Renungan: Mengapa Shalat Tidak Diterima oleh Allah SWT?

Kenapa Aku Tidak Mau Olahraga

Wanita manja saat ini berubah mendesak menangis dan menjaga, muka cantik bagaikan ratu kini berubah menjadi sendu. Begitu pula remaja tampan di hadapan-ku, tetes demi tetes air mata mengucur di muka yang tak berdaya ini. Syahadat tampak jelas di telinga membuat hati meniru untuk melisankannya.

Sudut ruangan yang sesak dengan tetangga dan kerabat, menyuguhi tangisan dan muka layu. Mereka tampak sabar menunggu, pertanyaannya “Mungkinkah sampai detik terakhir nafas ini di hempas mereka setia menanti?” Dua, tiga tarikan nafas yang mereka kira ajal semakin mendekat, hingga syahadat tiada henti terucap. Satu jam menanti, dua jam menunggu, sampai akhirnya tetangga dan kerabat memutuskan untuk keluar satu demi satu.

Ganasnya maut tak pernah terfikirkan sebelumnya, begitu sakit yang aku derita, sungguh benar ucapan Rasul sakitnya sakratal maut sama dengan tusukan pedang.

“Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang” (HR Tirmidzi)

Seandainya dulu, aku tinggalkan pekerjaan demi menghadap kepada-Nya.
Seandainya dulu, aku tidak lalai dengan shalat lima waktu.
Seandainya dulu, aku dahulukan shalat dari pada kesibukan dunia yang fana.
Seandainya dulu, aku shalat berjamaah lima waktu sesuai perintah nabi-Nya.
Seandainya dulu, aku berwudlu sebelum adzan berkumandang dan menunggu shalat di awal waktu.
Seandainya dulu, aku perbanyak langkah menuju masjid untuk berjamaah demi keridoan-Nya.
Seandainya dulu, aku tidak ingin di puji karena suara yang merdu dalam mengumandangkan adzan di saban waktu.
Seandainya dulu, aku merapikan baju dan berminyak wangi sebelum shalat untuk menghadap-Nya.
Seandainya dulu, aku mantabkan wudlu untuk kesempurnaan shalat-ku.
Seandainya dulu, aku husuk dalam shalat menghadap kiblat dan hati tertuju kepada-Nya.
Seandainya dulu, aku perbanyak zikir, mungkin tidak semalang ini nasib-ku.
Seandainya dulu, aku lebih sering berdiam diri di Masjid dari pada nongkrong di warung kopi.
Seandainya dulu, aku sempatkan membaca Al-Quran dan maknanya dengan tidak menuggu waktu senggang kerja.
Seandainya dulu, aku mengaji tidak ingin di puji, tidak mengganggu orang tidur di malam yang sunyi

Kini tersisa anakku yang terus mengelus kening tetap setia menunggu, tatapan nanar yang terus iya suguhkan. Aku menyesal tidak mengajarkan ilmu tentang kematian, seperti untaian kecil yang di remehkan “Jangan tangisi Ayah ketika maut datang, tapi talqinkan ayah sebagai mana nabi mengajarkan”.

Andai saja aku kuat untuk berucap, “Janganlah gembira menikmati harta sepeninggalanku, karena harta itu sebenarnya bukan milik kita.”

Ingin sekali menasihatimu, akan tetapi tenggorakkan ayah tidak sampai untuk mengeluarkan suara, andai aku kuat untuk berucap,

Advertisements

“Jangan sia-siakan waktu, karena waktu cepat berlalu.”

“Putraku, engkau penerus ayah, engkau penerus agama ini, engkau penerus Negeri,” aku ingin sekali menasehatimu untuk terakhir kali.

Sekali lagi seandainya aku kuat untuk berucap “Setiap manusia adalah pemimpin, sesuai sabdah nabiku dan nabimu.”

“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan di mintai pertanggung jawaban dari apa yang di pimpinnya. Seorang imam (pimpinan) adalah pemimpin dan iya akan di mintai pertanggung jawaban dari apa yang di pimpinnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan iya akan di mintai pertanggung jawaban atas apa yang di pimpinnya. Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya, dan iya akan di mintai pertanggung jawaban atas apa yang di pimpinnya. Seorang khadim (pembantu) adalah pemimpin pada harta tuannya (majikannya), dan iya bertanggung jawab atas apa yang di pimpin.” (HR. Buhari, Muslim, Turmidzi, Abu Daud dan Ahmad Bin Hambal).

KIni malaikat maut duduk di sampingmu, ayah tidak dapat menjelaskan wujudnya, mahluk ini tidak pernah ayah liat sebelumnya. Andai di beri kesempatan satu kali lagi untuk beriman kepadaNya, maka tidak akan ayah tinggalkan masjid, mulut ini akan selalu melantunkan ayat-ayat-Nya, semua harta ayah salurkan kepada anak yatim. Dan tidak tinggal diam atas sumbangan demi penderitaan fakir miskin.

Sungguh menyesal atas perbuatan.

Jika dulu, aku menjadi pemuda yang jujur, pemuda yang bertakwa dan beriman, yang di harapkan oleh Rasulullah Sallallahu alaihi wa Sallam, pemuda yang bersih dari maksiat tanpa kontaminasi kehidupan jahiliah di akhir jaman.

Jika dulu, aku relakan darah mengalir membela saudara seiman yang berjihat di jalanNya, betapa berharganya diri ini di hadapan Allah Yang Maha Kuasa.

Jika dulu, aku berdagang dengan jujur bersih dari menipulasi dan kecurangan, maka malaikat tidak sekejam ini merenggut nyawa.

Jika dulu, aku serahkan harta kepada ibumu tanpa berbohong kepadanya di setiap waktu, seandainya dulu aku sisihkan waktu luang untuk mu dan ibumu yang itu artinya tidak mementingkan barang elektronik, hanphone kesayangan, laptop kesukaan, serta game kegemaran.

Jika dulu, aku tunduk patuh terhadap orang tua, tanpa mendengus ketika iya berbicara, tidak ketus ketika iya gembira, tiada acuh ketika di ingatkan, lalu mendoakan setelah shalat. Alangkah gembiranya kakek nenekmu kelak di hari pembalasan.

Jika dulu, aku bersahabat dengan orang-orang sholeh, tinggalkan teman peminum, aku ajak seorang pemabuk untuk berjalan pada kebenaran, seandainya dulu aku mengingatkan tetangga yang tidak benar, meluruskan tetangga yang suka hiburan malam, dan berkomitmen atas semua tindakan.

***
Sampai akhirnya aku hanya pilu, hanya ber angan-angan tentang masa lalu, sungguh dosa ini tidak dapat di tulis meski tinta seluas lautan, kayu seantero dunia di jadikan pensil itupun tidak juga cukup menulis dosa yang telah lalu aku perbuat.
Kini tersisa nyawa yang ambang, tidak keluar dan tidak kembali pada raga yang terlentang. Entahlah apakah malaikat menunggu sepi, atau memang nasibku tiada orang tau ketika nafas ini melayang. Para penunggu ajal tidur pulas di sampingku, tak terkecuali anak dan istriku. Lantunan Quran Tidak lagi berkumandang, sungguh aku menginginkan kemerduannya, tapi apalah daya suara yang aku tangkap hanyalah suara ramai seperti di pasar.

Untungnya aku pernah menyatakan keislaman, sehingga di sela nafas yang terisak, meski sulit dan sakit untuk bernafas aku dapat ucapkan dua kalimat syahadat, dalam hati berisyarat. Detik itulah tubuh terasa sakit, tiada tanding di alam dunia.

Dengan cepat jantung mendegup, merenyut, meronta, seakan keluar dari dada. Setelah jantung berhenti berdetak, lalu fungsi jaringan tubuh di matikan, urat saraf mengendor dengan sendirinya, akhirnya tusukan pedang yang terasa beratus kali saat inilah malaikat benar-benar mencabut nyawa dari bawah ujung kaki sampai leher dan dilanjutkan ke otak dan berakhirlah sudah Innalillahi.

***
Ketahuilah saudaraku kematian juga akan datang kepadamu. Jika aku merasakan seperti ini semoga engkau lebih mulia dari kematianku. Aku berwasiat sekali lagi, dengan jujur tiada tanding sakitnya sakratul maut.

Jika dirimu masih risau dengan harta untuk di sedekahkan segeralah bertaubat, karena seperti yang kebanyakan orang ceritakan, kematian tidak pernah membawa harta, jabatan, dan istana, ataupun kehormatan keluarga meski konglomerat.

Tapi jika engkau risau karena kurang dekatan denganNya. Maka sekarang waktu yang tepat, tingkatkan ibadah, ikuti Rasulullah, tinggalkan mudarat, buang syirik, serta jauhkan kesenangan dunia. Maka engkau akan beruntung kelak pada saat ajal tiba.

Duhai putraku, saudaraku dan kerabat serta keluargaku se-Adam dan se-Hawa, pesan terkahirku, “Bertakwalah kepada Allah Ta’ala.” []

Tags: Sakaratul Maut
Share15681SendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Dengan Lisan Membawamu ke Neraka (1)

Next Post

Pengadilan Imigrasi AS Izinkan Imam Masjid Indonesia ‘Pulang Kampung’

Saad Saefullah

Saad Saefullah

Lelaki. Tidak terkenal. Menyukai kisah-kisah Nabi dan Para Sahabat.

Terkait Posts

Cara Mengendalikan Sifat Boros, Renungan tentang Rezeki, Keuangan Keluarga, Rezeki Halal

Kenapa Kita Harus Berusaha Sekuat Tenaga Mendapatkan Rezeki Halal di Zaman Ini

11 Juni 2025
Kesalahan Besar Orangtua Muslim, Hal Sepele yang Tak Boleh Orangtua Lakukan pada Anak, Fase Belajar Anak, Cara Lindungi Anak dari Pelecehan Seksual, Keutamaan Memuliakan Anak Yatim, Cara Meminang Hati Anak, Ayah

Kenangan Bersama Ayah

10 Juni 2025
Shalat, Keutamaan Shalat Dhuha, Shalat yang Tidak Diterima oleh Allah SWT, Hukum Shalat tanpa Peci, shalat

Renungan: Mengapa Shalat Tidak Diterima oleh Allah SWT?

9 Juni 2025
Olahraga, Pola Hidup Sehat, Kuisioner

Kenapa Aku Tidak Mau Olahraga

9 Juni 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Hukum Gelatin pada Cangkang Kapsul, Haid, Hukum Istri Gunakan Pil Pencegah Kehamilan tanpa Izin Suami, Haidh

Haidh Tidak Teratur karena Pil Anti Hamil

Oleh Dini Koswarini
11 Juni 2025
0

Kitab Taurat, Hadist, Bani Israil, Zabur

Bagaimana Nasib Lembaran-Lembaran Suci (Kitab) Ibrahim, dan Zabur Daud ‘Alaihima Assalam?

Oleh Dini Koswarini
11 Juni 2025
0

Makmum, Shalat,

Apa Perbedaan antara Shalat Jamak dan Qashar?

Oleh Yudi
11 Juni 2025
0

Cara Mengendalikan Sifat Boros, Renungan tentang Rezeki, Keuangan Keluarga, Rezeki Halal

Kenapa Kita Harus Berusaha Sekuat Tenaga Mendapatkan Rezeki Halal di Zaman Ini

Oleh Dini Koswarini
11 Juni 2025
0

Palestina, Palestina

Bangsa-bangsa Arab Abaikan Rakyat Palestina?

Oleh Saad Saefullah
11 Juni 2025
0

Terpopuler

Kenapa Lapar Terus padahal Sudah Makan? Apakah Ini Gejala Penyakit?

Oleh Haura Nurbani
10 Juni 2025
0
Itikaf, Lapar

Rasa lapar yang terus-menerus meskipun sudah makan bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari gaya hidup, pola makan, hingga kondisi...

Lihat LebihDetails

Kapan Rasulullah Baca Surat al-Ikhlas dan al-Kafirun dalam Shalat?

Oleh Irah
24 Mei 2022
0
Adab Membaca Al-Quran, Keutamaan Surat Al Kahfi, Surat Al Mulk, waqaf, Penghilang Stres dalam Islam, Tafsir Quran, Buya Hamka, Murajaah Al-Quran, Tips Mudah Menghafal Alquran, Cara Memuliakan Al-Quran, Adab Membaca Al-Quran, Khasiat Basmallah, Keutamaan Surat Al-Fath, Manfaat Membaca Surat Yasin, Kesulitan-kesulitan saat Menghafal Al-Quran, Keutamaan Membaca Al-Quran, Manfaat Baca Quran untuk Kesehatan, Langkah Memuliakan Al-Quran, Jumlah Ayat Alquran, Keutamaan Membaca Quran, Akhlaq Muslim terhadap Al Quran, Hukum Membacakan Al-Quran dengan Suara Merdu, Makna Kata Kami dalam Al-Quran, Ayat Terakhir Alquran, Sahabat Nabi Penghafal Al-Quran, Nabi, Hukum Bacaan Quran untuk Orang Lain

Lantas kapan Rasulullah biasa membaca surat al ikhlas dan al kafirun?

Lihat LebihDetails

Cara Singkat Tulis ‘Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ﷺ di Microsoft Word, Ini Dia

Oleh Saad Saefullah
19 Oktober 2024
1
Nabi Muhammad Keutamaan Membaca Sholawat, Waktu Terbaik Bershalawat, Sholawat, Ciri Fisik Rasulullah, Wasiat Nabi Sebelum Wafat, Cara Bershalawat yang Benar kepada Nabi, Keistimewaan Rasulullah, Kebiasaan Nabi Muhammad ﷺ, Rasulullah

Selain untuk membuat karakter shalawat tersebut, kita juga bisa membuat lafadz Allah (ﷲ), Muhammad (ﷴ), Basmalah (﷽), Jalla Jalaluhu (ﷻ)...

Lihat LebihDetails

Kenapa Kita Harus Berusaha Sekuat Tenaga Mendapatkan Rezeki Halal di Zaman Ini

Oleh Dini Koswarini
11 Juni 2025
0
Cara Mengendalikan Sifat Boros, Renungan tentang Rezeki, Keuangan Keluarga, Rezeki Halal

Di zaman yang penuh fitnah dan godaan ini, mencari rezeki halal bukan hanya kewajiban, tapi juga perjuangan.

Lihat LebihDetails

Dari Mana Saja Sumber Uang Haram di Zaman Ini?

Oleh Haura Nurbani
10 Juni 2025
0
Rezeki, Jalan Rezeki, pencuri, Uang Haram

Berikut adalah beberapa sumber uang haram di zaman ini yang perlu diwaspadai.

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.