• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Selasa, 17 Juni 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Wacana

Kopiah Abu Bakar

Oleh Eva F Hasan
8 tahun lalu
in Wacana
Waktu Baca: 4 menit baca
A A
0
Foto: Pewangi Laundry

Foto: Pewangi Laundry

25.4k
BAGIKAN

“KUPERSEMBAHKAN jiwaku, seluruh hartaku, keluargaku untuk perjuangan di jalan Allah. Dan tak satu pun di dunia ini yang mampu menggoyahkan sumpahku itu.”

Adakah generasi Islam yang lebih mantap kesetiaannya selain para sahabat Rasulullah saw. Sepak terjang mereka telah meluluhlantakkan gunung-gunung batu jazirah Arab. Kesetiaan mereka dengan dakwah dan jihad menghancurleburkan angan-angan orang-orang kafir di masanya. Di antara mereka ada Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Abu Bakar tercenung. Ia merasa malu bercampur ragu. Mampukah nama besar itu ia jaga. Mampukah diri dan keluarganya telah benar-benar setia dalam jihad seperti kesetiaan sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq. Abu Bakar khawatir sekali kalau suatu waktu ada orang yang bilang. “Payah Abu Bakar. Gara-gara anak sakit aja, nggak datang ngaji! Gara-gara sibuk dagang aja, dakwah ditinggalin!”

“Ah, semoga Allah swt merawat diri ini agar tetap seperti Abu Bakar,” ucap bapak lima anak ini dengan penuh harap. Pengharapan ini bukan basa-basi tanpa dasar. Tapi, benar-benar tercetus dari lubuk hatinya yang paling dalam. Semua kekhawatiran itu merupakan rembesan dari pengalaman hidupnya bersama isteri dan anak-anak.

ArtikelTerkait

O Ternyata Ini 3 Arti Istilah “Nggak Ada Obat”!

Damaskus Jatuh, Basyar Al-Assad Dilaporkan Kabur; Akhir 50 Tahun Kekuasaan Keluarga Assad?

Ga Bisa Baca Hadist

Gendong Ala Drakor

Tiada hari tanpa berjuang. Moto itu bukan sekadar hiasan batin Abu Bakar. Tapi, memang sebuah kenyataan kalau pedagang kaki lima ini melewati hari-harinya dengan berjuang. Terik panas matahari bukan lagi musuh dalam sibuknya. Kulit wajahnya yang mulai menghitam tak lagi bisa ditutupi oleh bayang-bayang topi yang biasa ia pakai. Matanya yang sering memincing tak kunjung lelah menatap gerak-gerik calon pembeli. Asap knalpot kendaraan sudah bukan lagi polusi buat saluran pernapasannya. “Semoga, rezeki hari ini lebih baik dari hari kemarin,” doa batin Abu Bakar dalam penantian.

Bisnisnya jadi luar biasa kalau bulan Ramadhan datang. Maklum, dagangannya sangat berhubungan erat dengan ibadah. Dan lokasi jualnya tak jauh dari pelataran masjid-masjid besar. Kopiah. Aneka ragam kopiah lebih sering ia pandangi daripada memandang anak-anaknya.

Sarapan pagi merupakan kesempatan yang paling menyenangkan. Saat itulah ia bisa memandangi buah-buah hati tercintanya. Mencermati segala tingkah lucunya. Menyelami segala protes rengek mereka. “Yah, beiliin buku tulis, dong. Yah, sepatu Sarah udah bojot, nih. Yah, jilbab Syifa udah bolong, nih!” Segala tuntutan itu kian membakar semangat hidupnya. Abu Bakar menikmati saat-saat seperti itu. Sungguh, hiasan dunia yang teramat mahal. Sayang, kenikmatan itu tak berlangsung lama. Karena terputus oleh keberangkatan anak-anak ke sekolah. “Assalamu’alaikum!” ucap mereka hampir bersamaan.

Perpisahan itu menyelipkan kekhawatiran Abu Bakar. Mampukah ia dan isterinya yang tidak berpendidikan tinggi mendidik anak-anaknya dengan ketinggian akhlak Islam. Sekolah hanya tamat SMP. Hafalan Quran mentok di juz terakhir dan macet ke juz-juz sebelumnya. Hadits Arbain yang hanya empat puluh tak juga terhafal dalam waktu lebih dari empat puluh bulan. Astaghfirullah! Tapi, ia tetap bertekad: anak-anak harus jadi mujahid Islam. Jangan seperti ayahnya yang cuma bisa mondar-mandir jadi penghubung. Tak mampu memberikan sesuatu yang besar buat umat ini. Buat dakwah ini! Apa yang bisa diberikan oleh seorang tukang kopiah.

Abu Bakar kadang malu tidak bisa memberikan sumbangsih yang berarti. Bahkan, hanya untuk tempat mengaji pun. Ingin rasanya ia menjamu rekan-rekan ngajinya. Tapi, sayang. Rumah kontrakannya yang hanya punya dua ruangan teramat sesak menampung teman-teman seperjuangannya. Walaupun hanya untuk delapan orang. Keinginan itu hanya bisa tercapai kalau isteri dan anak-anaknya diungsikan sementara. Waduh, repotnya!

Sering, Abu Bakar hanya bisa membatin mendengar musibah-musibah yang silih berganti menjambangi rekan-rekan perjuangannya. Ada ikhwah yang hampir satu tahun tidak mampu membayar uang sekolah anak-anaknya. Ada ikhwah yang sambungan listrik rumahnya diputus gara-gara tak punya uang buat bayar. Ada ikhwah yang hanya mampu beli bakso demi mendapat kuah daging buat gizi anak-anaknya. “Ya Allah, betapa lemahnya diri ini,” ucap Abu Bakar prihatin.

Ingin rasanya Abu Bakar punya kiprah besar buat perjuangan umat. Dan, memberikan sesuatu yang dibutuhkan umat, demi tegaknya Islam. Pernah menjelang pemilu lalu, ia hanya mampu beli lima bendera dan lima kaos. Satu buat dirinya, dan sisanya buat para tetangga. Itu pun dengan memotong anggaran makan tempe buat dua bulan. Justru, di situlah batinnya terpukul. “Pak Abu, kok cuma ngasih empat? Kurang, dong!” protes tetangga-tetangga yang tidak kebagian.

Tak jarang, Abu Bakar meminta kerelaan isteri dan anak-anaknya untuk berbagi. “Bu, ayah sudah janji mau beliin jilbab baru. Tapi, uangnya terpakai buat nutupi biaya studi Islam. Nggak pa-pa ya, Bu?” ucapnya suatu kali. Ia juga pernah merayu anak-anaknya tidak makan nasi pake telor lantaran uangnya terpakai buat bikin spanduk dakwah.

Advertisements

Abu Bakar bukan tidak paham kalau ada hak isteri dan anak-anak yang mesti dilunasi. Tapi, ada hak yang harus lebih didahului. “Isteriku tak akan masuk neraka tanpa jilbab baru. Dan anak-anakku tak akan mati tanpa makan telor, “ tegas Abu Bakar mengikis keraguannya.

Pernah Abu Bakar ditawari teman, kerja di perusahaan besar sebagai satpam. Kerjanya ringan, gajinya lumayan. Tapi, tawaran itu ia tolak. Ia bukan tidak butuh penghasilan lumayan. Tapi, ia hanya khawatir, jatah usianya yang tidak seberapa hanya terlewatkan untuk penghasilan lumayan. Sementara, posisi dakwahnya tak tergantikan. Siapa lagi yang akan menyampaikan undangan rapat. Siapa lagi yang mau sibuk-sibuk ke pasar beli bahan buat bikin spanduk dan bendera. “Ah, dakwah terlalu mahal buat penghasilan lumayan,” tekad Abu Bakar mantap.

Satu hal yang dipegang kuat Abu Bakar: ia tidak boleh mengeluh. Hidup ini ladang ujian. Dan perjuangan dakwah adalah kerelaan memikul beban. Sesulit apa pun ujian, dan seberat apa pun beban kalau dipikul dengan iman akan terasa ringan. Kalau batinnya mengeluh, berarti imannya melemah. Dan, seorang mujahid pantang lemah iman.

Betapa indahnya hidup seperti Abu Bakar Ash-Shidiq. Semua miliknya sudah terjual buat Allah dan RasulNya. Dan itulah yang dicita-citakan Abu Bakar. “Kupersembahkan diri yang lemah ini, harta yang tidak seberapa ini, dan prestasi anak-anak yang masih kecil, hanya untuk jihad dan dakwah. Tak satu pun di dunia ini yang mampu menggoyahkan tekadku itu,” ucap Abu Bakar sambil memandangi kopiah dagangannya. []

Tags: JilbabkeluargaKopiahNote
Share932SendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Penelitian: Konsumsi Alkohol Saat Remaja Berpotensi Sebabkan Mati Muda

Next Post

Apa Itu Mubahalah?

Eva F Hasan

Eva F Hasan

Terkait Posts

Nggak Ada Obat, Potongan Rambut Laki-laki yang Tidak Diperbolehkan dalam Islam

O Ternyata Ini 3 Arti Istilah “Nggak Ada Obat”!

13 Desember 2024
Damaskus

Damaskus Jatuh, Basyar Al-Assad Dilaporkan Kabur; Akhir 50 Tahun Kekuasaan Keluarga Assad?

8 Desember 2024
Kitab Taurat, Hadist, Bani Israil, Zabur

Ga Bisa Baca Hadist

10 Agustus 2024
Sikap Suami yang Harus Disyukuri Istri, , Nikah, Tips yang Harus Dikuasai Istri Agar Suami Betah di Rumah, Sifat Istri yang Mendatangkan Rezeki bagi Suami, Drakor

Gendong Ala Drakor

10 Agustus 2024
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

rezeki, ashabul kahfi

Kisah Ashabul Kahfi: Pemuda-Pemuda Beriman yang Tertidur Selama Ratusan Tahun

Oleh Yudi
17 Juni 2025
0

Iron Dome

Apa Itu Iron Dome Israel?

Oleh Saad Saefullah
17 Juni 2025
0

Musailamah al-Kazzab, Tipe Manusia di Akhir Zaman, ibadah, Sifat Sumber Dosa, Orang yang Tidak Diajak Bicara Allah, Paradoks, syahwat, Muhammadiyah, InsyaAllah, takdir, Nasihat Ibnul Qayyim, Hisab, Buruk, Keutamaan Tauhid, Macam Cemburu, Tauhid, sumpah palsu, Politik, Fitnah, Perkara Akhir Zaman, dosa, pengangguran, Maksiat, Sebab Murtad, Larangan, Maksiat, Jiwa, Ulama, Musuh, Dosa Besar, Kaum Khawarij, Cara Rasulullah Redakan Amarah,Kemaksiatan, Dosa Besar, Rasulullah, Kejahatan Abu Lahab, Bahaya Hasad, Perkara yang Mendatangkan Keburukan, Dampak Buruk Maksiat, Shadenfreude, Ciri Penjilat di Dunia Kerja, Suami yang Ringan Tangan, Bodoh

Orang Bodoh

Oleh Haura Nurbani
17 Juni 2025
0

Iron Dome

Saat Iron Dome Menahan Rudal Hipersonik Iran

Oleh Saad Saefullah
17 Juni 2025
0

Keutamaan Pembaca Quran, Orang yang Dirindukan Surga, Surat Al-BAqarah, Adab Membaca Al-Quran, Quran

Kenapa Kamu Teh Malas Baca Quran?

Oleh Dini Koswarini
16 Juni 2025
0

Terpopuler

7 Kalimat yang Jangan Diucapkan Sembarangan oleh Suami kepada Istri!

Oleh Yudi
12 Juni 2025
0
hak dan kewajiban suami istri, NAFKAH, talak, rumah tangga, suami, aurat

Mengurus anak, rumah, dan mendukung suami secara emosional adalah kontribusi besar yang tak bisa diukur dengan uang.

Lihat LebihDetails

Apa Ciri-ciri Suami yang Ingin Poligami tapi Tidak Mampu namun Selalu Ngomong ke Sana ke Mari?

Oleh Saad Saefullah
15 Juni 2025
0
Kencing Batu, Poligami

Berikut adalah ciri-ciri suami yang ingin poligami tapi sebenarnya tidak mampu, namun sering membicarakannya ke sana ke mari!

Lihat LebihDetails

Cara Singkat Tulis ‘Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ﷺ di Microsoft Word, Ini Dia

Oleh Saad Saefullah
19 Oktober 2024
1
Nabi Muhammad Keutamaan Membaca Sholawat, Waktu Terbaik Bershalawat, Sholawat, Ciri Fisik Rasulullah, Wasiat Nabi Sebelum Wafat, Cara Bershalawat yang Benar kepada Nabi, Keistimewaan Rasulullah, Kebiasaan Nabi Muhammad ﷺ, Rasulullah

Selain untuk membuat karakter shalawat tersebut, kita juga bisa membuat lafadz Allah (ﷲ), Muhammad (ﷴ), Basmalah (﷽), Jalla Jalaluhu (ﷻ)...

Lihat LebihDetails

Mengapa Jatuh di Kamar Mandi Itu Berbahaya untuk Keselamatan Jiwa?

Oleh Yudi
16 Juni 2025
0
junub, kamar mandi, adzan, mandi junub

Kamar mandi umumnya sempit dan penuh dengan permukaan keras seperti keramik, wastafel, tepi bathtub, atau kloset.

Lihat LebihDetails

10 Tips agar Rajin Puasa Sunnah Senin dan Kamis

Oleh Yudi
16 Juni 2025
0
buka puasa, qadha, lapar, puasa

Tanamkan dalam hati bahwa puasa ini dilakukan untuk mencari ridha Allah, bukan sekadar ikut-ikutan atau demi manfaat kesehatan semata.

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.