• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Selasa, 24 Juni 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Syi'ar

6 Prinsip Taat pada Pemimpin Menurut Ahlu Sunnah Wal Jama’ah

Oleh NISA WAHIDAH
4 tahun lalu
in Syi'ar
Waktu Baca: 3 menit baca
A A
0
Prinsip taat kepada pemimpin

Foto: Unsplash

0
BAGIKAN

SEBELUM kita menjelaskan tentang bagaimana prinsip taat kepada pemimpin, kita awali dulu penjelasan siapa mereka Amirul Mukminin?

Barangsiapa memegang kekuasaan, dan kondisi sosial menjadi stabil pada saat kekuasaannya, maka dia dinamakan Amirul Mukminin, baik berkuasanya itu dengan cara syar’i atau tidak. Yang dimaksud dengan syar’i adalah pemimpin yang ditunjuk langsung oleh imam sebelumnya.

BACA JUGA: Kedudukan Perempuan pada Masa Sebelum Datangnya Islam

Seperti yang terjadi pada kekhalifahan ‘Umar bin Al-Khattab, atau dia terpilih melalui musyawarah ahlu halli wa al ‘aqdi, seperti ‘Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.

ArtikelTerkait

Kenapa Sekarang Banyak Pedagang yang Berbohong saat Berjualan?

Allah Melihat Akhir Hidup Seseorang

Mengapa Kita Harus Shalat Hajat Minimal Sekali Seumur Hidup?

Hukum Pengusaha yang Gemar Tunda Gaji Karyawan

Adapun jalan yang tidak syar’i adalah dengan menggunakan kekuatan dan senjata sehingga kondisi sosial stabil ditangannya, maka dia juga dinamakan Amirul Mukminin yang wajib kita taati.

Al-Imam Ahmad bin Hanbal berkata, ‘’Barangsiapa yang menang atas peperangan dengan menggunakan pedang sehingga ia menjadi seorang khalifah (pemimpin) yang dinamakan Amirul Mukminin, maka haram bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk melewati malamnya dengan tidak menganggapnya sebagai seorang pemimpin, baik dia orang yang shaih maupun jahat.’’ (Al-Ahkam As-Sulthaniyah karya Abu Ya’la)

Berikut enam prinsip taat kepada pemimpin menurut Ahlu Sunnah Wal Jama’ah:

1 Prinsip Taat Kepada Pemimpin: Meyakini Wajibnya Bai’at Terhadap Penguasa

Prinsip taat kepada pemimpin
Foto: Unsplash

Ketahuilah bahwa orang yang menjadi khalifah secara sukarela, dimana manusia sepakat dan ridha kepadanya, atau karena khalifah tersebut dapat menundukkan mereka dengan kekuatan sehingga ia menjadi khalifah, maka mereka wajib taat kepada pemimpin dan haram keluar dari ketaatan kepadanya.

Bai’at hanyalah kepada khalifah atau Amirul Mukminin, tidak kepada yang lainnya, dan tidak berarti setiap kaum muslimin harus mendatangi Amirul Mukminin atau wakilnya untuk berjabat tangan, tapi cukup untuk meniatkan dan meyakini kewajibannya,.

BACA JUGA: 7 Tokoh Muslim yang Dikenal sebagai Penjelajah Dunia

Sebab tidak pernah diceritakan bahwa ketika Abu Bakar, Umar, Utsman, atau Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah, kaum muslimin berbondong-bondong mendatangi mereka untuk berjabat tangan, tapi yang membai’at mereka secara langsung hanyalah ahlul halli wal ‘aqdi (Orang yang dapat memutuskan dan mengikat).

2 Prinsip Taat Kepada Pemimpin: Menaati Mereka dalam Perkara yang Ma’ruf

Prinsip taat kepada pemimpin
Foto: Unsplash

Termasuk dari prinsip Ahlu Sunnah Wal Jama’ah, mereka berpendapat bahwa wajib taat kepada pemimpin kaum muslimin selama mereka tidak menyuruh kepada kemaksiatan. Allah SWT berfirman:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اَطِيْـعُوا اللّٰهَ وَاَ طِيْـعُوا الرَّسُوْلَ وَاُ ولِى الْاَ مْرِ مِنْكُمْ ۚ فَاِ نْ تَنَا زَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَا لرَّسُوْلِ اِنْ كُنْـتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِا للّٰهِ وَا لْيَـوْمِ الْاٰ خِرِ ۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا

“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa’ [4]: 59)

3 Prinsip Taat Kepada Pemimpin: Memberi Nasihat Kepada Mereka dengan Cara yang Baik

Prinsip taat kepada pemimpin
Foto: Unsplash

Menasihati penguasa hendaklah dengan menggunakan adab dan retorika tersendiri, jangan sampai disamakan dengan menasihati rakyat biasa. Hendaklah lemah lembut, secara diam (tidak terang-terangan), tidak menyebut-nyebut keburukan dan kesalahan mereka di khalayak ramai dan di atas mimbar.

Sebagaimana dijelaskan dalam sabda Nabi ﷺ :

‘’Barangsiapa yang ingin menasihati penguasa dengan suatu perkara, maka janganlah dia menampakkannya secara terbuka, tapi hendaklah dia menggenggam tangannya dan mengajaknya berduaan dengannya, jika ia menerima darinya, maka itulah yang diharapkan, dan jika tidak, maka ia telah menunaikan kewajibannya terhadapnya.’’ (HR. Ahmad dan Ibnu Ashim)

4 Prinsip Taat Kepada Pemimpin: Tidak Mengadakan Kudeta (Pemberontakan)

Prinsip taat kepada pemimpin
Foto: Unsplash

Ahlu Sunnah Wal Jama’ah mengharamkan keluar dan memberontak kepada pemimpin mereka jika pemimpin berbuat dosa selain kekufuran, hendaklah sabar jika hal tersebut terjadi, karena Nabi ﷺ memerintahkan agar taat kepada mereka dalam segala hal selain maksiat, dan tidak boleh memeranginya selama tidak melakukan kekufuran yang nyata, mereka tidak boleh diperangi sehingga nampak kekufuran yang nyata dan kejelasan yang dapat dibuktikan.

5 Prinsip Taat Kepada Pemimpin: Mendoakan Mereka dengan Kebaikan

Prinsip taat kepada pemimpin
Foto; Unsplash

Mendoakan para pemimpin dengan kebaikan, hidayah dan istiqamah adalah termasuk cara yang ditempuh salafus shalih.

Al-Imam Al-Barbahari berkata: ‘’Jika anda melihat orang yang mendoakan keburukan kepada pemimpin, ketahuiah bahwa ia termasuk pengikut hawa nafsu, namun bila anda melihat orang yang mendoakan kebaikan kepada seorang pemimpin, ketahuilah bahwa ia termasuk ahlu sunnah.’’

6 Prinsip Taat Kepada Pemimpin: Tidak Mudah dalam Mengakfirkan Mereka

Prinsip taat kepada pemimpin
Foto: Unsplash

Takfir adalah merupakan hak Allah, maka tidak boleh dilontarkan kecuali kepada orang yang berhak dikafirkan. Karena mengkafirkan seseorang dengan sembrono tanpa hujjah, maka kekufuran itu akan kembali kepada yang menuduh. Nabi bersabda:

‘’Barangsiapa yang mengatakan kepada saudaranya, ‘Wahai kafir’, maka (tuduhan tersebut) akan kembali kepada salah satu dari keduanya.’’(Muttafaq Alaih). []

Referensi: Kumpulan Khutbah/Drs. Hartono A. Jaiz/Darul Haq 2008

Tags: KepadapemimpinprinsipTaat
ShareSendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Kau Akan Bersama Orang yang Kau Cintai, 5 Kisah Energi Cinta Allah SWT

Next Post

Inilah 3 Cara Melestarikan Alam dalam Ajaran Islam

NISA WAHIDAH

NISA WAHIDAH

Terkait Posts

kebijakan, pedagang

Kenapa Sekarang Banyak Pedagang yang Berbohong saat Berjualan?

24 Juni 2025
Rukhshoh, Istiqomah, Mudik, Akhir Hidup

Allah Melihat Akhir Hidup Seseorang

22 Juni 2025
shalat, shalat hajat

Mengapa Kita Harus Shalat Hajat Minimal Sekali Seumur Hidup?

22 Juni 2025
Mencari Nafkah, bekerja dalam islam, pekerjaan terbaik, nafkah, KERJA, pegawai, karyawan, rajin

Hukum Pengusaha yang Gemar Tunda Gaji Karyawan

22 Juni 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

kebijakan, pedagang

Kenapa Sekarang Banyak Pedagang yang Berbohong saat Berjualan?

Oleh Yudi
24 Juni 2025
0

Penyebab Istri Durhaka, Wangi Parfum Favorit Rasulullah,, Hukum Memakai Wewangian pada Bulan Ramadhan, Jilbab Punuk Unta

Apa Itu Jilbab Punuk Unta dan Kenapa Dilarang oleh Rasulullah ﷺ?

Oleh Dini Koswarini
24 Juni 2025
0

Israel, Hamas

Amerika dan Penjajah Israel: Kemesraannya Seperti Abu Lahab dan Istrinya

Oleh Saad Saefullah
24 Juni 2025
0

Bahaya Jantung ketika Sudah Kotor Lebaran, Ginjal, ginjal

Apa Ciri-Ciri Ginjal yang “Kotor” atau Tidak Sehat?

Oleh Saad Saefullah
23 Juni 2025
0

Alasan kenapa Hidup di Indonesia Itu Enak Banget

5 Negara Paling Aman, Jika Terjadi Perang Dunia, Ternyata Ada Indonesia!

Oleh Haura Nurbani
23 Juni 2025
0

Terpopuler

8 Ciri Orang Suka Berbohong dari Fisiknya

Oleh Yudi
20 Juni 2025
0
berbohong

Orang yang berbohong sering butuh waktu lebih lama untuk merespons, karena mereka “menyusun” cerita.

Lihat LebihDetails

5 Negara Paling Aman, Jika Terjadi Perang Dunia, Ternyata Ada Indonesia!

Oleh Haura Nurbani
23 Juni 2025
0
Alasan kenapa Hidup di Indonesia Itu Enak Banget

Berikut ini lima  negara yang dianggap paling aman jika terjadi perang dunia — dan ya, Indonesia termasuk di dalamnya!

Lihat LebihDetails

Jangan Dianggap Sepele, Ini 10 Dampak Perang Dunia Ketiga Jika Pecah

Oleh Yudi
23 Juni 2025
0
perang dunia, perang, kiamat

Seperti yang terjadi setelah Perang Dunia I dengan flu Spanyol, perang besar sering diikuti oleh pandemi mematikan.

Lihat LebihDetails

Kisah 7 Negara Kaya Raya yang Kini Jadi Miskin

Oleh Yudi
21 Juni 2025
0
kekayaan, terkaya, berpikir positif, negara

Venezuela pernah menjadi salah satu negara terkaya di Amerika Selatan, terutama karena cadangan minyak bumi yang sangat besar.

Lihat LebihDetails

Apa Ciri-Ciri Ginjal yang “Kotor” atau Tidak Sehat?

Oleh Saad Saefullah
23 Juni 2025
0
Bahaya Jantung ketika Sudah Kotor Lebaran, Ginjal, ginjal

Dalam istilah medis, ini bisa merujuk pada gangguan fungsi ginjal atau penyakit ginjal kronis.

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.