BETAPA pentingya akhir hidup bagi seorang Muslim.
Mungkin bukan sesuatu yang berlebihan bila seseorang memandang hina para pelaku maksiat. Biasanya kita akan ilfeel bila melihat seorang pelacur yang bergelimang dengan maksiat. Tapi ternyata sesuatu yang hina ternyata bisa saja menjadi mulia dengan kehendak Allah. Sebagaimana berita yang disampaikan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam tentang seorang wanita pelacur dari Bani Israil yang dijanjikan surga karena memberi minum seekor anjing.
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, bahwa Rasullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
غُفِرَ لِامْرَأَةٍ مُومِسَةٍ مَرَّتْ بِكَلْبٍ عَلَى رَأْسِ رَكِيٍّ يَلْهَثُ قَالَ كَادَ يَقْتُلُهُ الْعَطَشُ فَنَزَعَتْ خُفَّهَا فَأَوْثَقَتْهُ بِخِمَارِهَا فَنَزَعَتْ لَهُ مِنْ الْمَاءِ فَغُفِرَ لَهَا بِذَلِكَ
“Seorang wanita pezina diampuni oleh Allah. Dia melewati seekor anjing yang menjulurkan lidahnya di sisi sebuah sumur. Anjing ini hampir saja mati kehausan. Si wanita pelacur tersebut lalu melepas sepatunya, dan dengan penutup kepalanya. Lalu dia mengambilkan air untuk anjing tersebut. Dengan sebab perbuatannya ini, dia mendapatkan ampunan dari Allah” (HR. Al Bukhari no.3321, Muslim no.2245).
Pelacur saja bisa masuk surga. Bukankah dia tidak menjalankan syari’at?
Dalam kisah ini bukan berarti membenarkan maksiat dan meniadakan syariat yang harus dijalankan. Melainkan menunjukkan bahwa Allah berbuat apa saja sekehendakNya dan membuktikan begitu luasnya rahmat Allah.
Tak ada yang bisa menjangkau ilmu Allah dan adakalanya tidak masuk akal manusia yang terbatas.
Perlu diketahui bahwa selalu ada konsekuensi dari setiap perbuatan. Dalam Islam ada langkah yang harus dilalui saat melakukan maksiat. Yakni harus bertaubat dan menjalankan konsekuensi (sanksi ) dunia sebagai penebus dosa. Diantara sanksi bagi pezina adalah dengan dirajam sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat An-Nur: 2.
Dalam riwayat, pelacur tersebut merupakan wanita dari kalangan Bani Israil, sementara syariat di zaman Bani Israil berbeda dengan syari’at di zaman Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Tentu ada proses yang dia lalui hingga Allah menyayanginya.
Tak ada yang tahu akhir hidup seseorang. Termasuk kita hari ini. Atau orang yang kita pandang buruk hari ini belum tentu bagaimana akhirnya. Allah memandang akhir dari hidup seseorang.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا
“Bersegeralah melakukan amalan shalih sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam yang gelap. Yaitu seseorang pada waktu pagi dalam keadaan beriman dan di sore hari dalam keadaan kafir. Ada pula yang sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi hari dalam keadaan kafir. Ia menjual agamanya karena sedikit dari keuntungan dunia” [HR. Muslim]
Bagaimana dengan ahli ibadah, ternyata diujung hidupnya disebutkan menjadi ahli neraka. Mengapa bisa terjadi? Itulah rahasia Allah yang tak ada yang mengetahuinya. Allah yang paling mengetahui siapa hakikat sifulan. Allah punya hujjah atau alasan yang kuat atas segala sesuatu. Dan Allah tidak pernah berlaku zhalim pada hambaNya.
BACA JUGA: Saudaraku, Renungkanlah Akhir Hidupmu …
Bisa jadi sifulan menjalankan syari’at di mata manusia, tapi siapa yang tahu dalam hatinya. Karena hakikatnya hatilah yang akan berlari menuju Allah. Allah akan mudahkan seseorang menujuNya dengan hati yang ikhlas. Dengan seperangkat aturan yang sudah diturunkan. Yakni syari’at.
Ingatlah ketika Allah sudah janjikan bahwa iblis, setan dan semisalnya tidak akan bisa menyentuh dan menjerumuskan orang *yang ikhlas*
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (39) إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (40)
Allah berfirman “(baikllah) maka sesungguhnya kamu termasuk yang diberi penangguhan sampai hari yang elah ditentukan (kiamat)”. Ia (iblis) berkata “oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka (manusia) di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba-Mu yang Mukhlis (ikhlas). (QS. Alhijr 39-40)
Dalil ini menunjukkan bahwa ikhlas adalah syarat mendapatkan rahmat Allah yang menjadi modal masuk ke surgaNya. Sehingga Allah akan tetapkan hatinya di jalan Allah hingga yaumil akhir.
BACA JUGA: Para Penghina Nabi ﷺ, Begini Akhir Hidupnya!
Dari pembahasan ini ada sebuah pesan berharga bagi kita, bahwa jangan mudah menjust orang lain karena tiada yang tahu akhir hidup seseorang.
Oleh karenanya, itulah mengapa Allah perintahkan orang beriman untuk tawadhu’ tidak merasa paling baik, bahkan keluar rumah pun dianjurkan untuk merendahkan hatinya di hadapan manusia.
Sehingga ilmu itu seharusnya membuat takut kepada Allah, bukan untuk menjadi kaca pembesar terhadap kesalahan orang lain, atau untuk menjatuhkan satu sama lain. Bagaimana Rahmat Allah itu bisa diraih, sementara hati jauh dari berkasih sayang terhadap mukmin lain, siapa yang menyayangi akan disayangi dan begitu pula sebaliknya.
Wallahu a’lam bishowab. []