• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Jumat, 6 Juni 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Syi'ar Islam 4 Beginner

Hukum Ghibah terhadap Pejabat Publik dalam Pandangan Islam

Oleh Yudi
6 bulan lalu
in Islam 4 Beginner
Waktu Baca: 2 menit baca
A A
0
ghibah, pejabat, pacaran

Foto: Unsplash

0
BAGIKAN

GHIBAH, atau membicarakan keburukan orang lain tanpa kehadiran mereka, merupakan salah satu dosa besar dalam Islam. Al-Qur’an dan hadis dengan tegas melarang perilaku ini karena dapat merusak hubungan antarindividu dan menciptakan fitnah di tengah masyarakat. Namun, bagaimana jika ghibah tersebut ditujukan kepada pejabat publik? Apakah hukumnya tetap sama, atau ada kelonggaran tertentu dalam Islam? Artikel ini akan membahas hukum ghibah kepada pejabat publik berdasarkan ajaran Islam dan etika sosial.

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

“Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Apakah salah seorang di antara kamu suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik.” (QS. Al-Hujurat: 12).

BACA JUGA: Kamu Hobi Ghibah? Obati dengan 10 Cara Ini

ArtikelTerkait

Mana yang Lebih Mulia, Malaikat ataukah Manusia yang Shalih?

Kenapa Jadi Tetangga Suka Panasan?

InsyaAllah Kamis 5 Juni 2025, Keutamaan Puasa Arafah 9 Dzulhijjah

Agar Mudah Bangun Malam

Ayat ini menegaskan bahwa ghibah adalah perilaku tercela yang diibaratkan seperti memakan bangkai saudara sendiri. Larangan ini bersifat umum, mencakup semua orang, termasuk pejabat publik. Secara prinsip, Islam melarang menyebut keburukan seseorang tanpa alasan yang benar, karena dapat menimbulkan kerusakan moral dan sosial.

Namun, dalam konteks pejabat publik, ulama memberikan beberapa penjelasan tambahan. Pejabat publik adalah individu yang memiliki tanggung jawab besar terhadap masyarakat. Tindakan mereka tidak hanya memengaruhi kehidupan pribadi, tetapi juga kepentingan publik secara luas. Oleh karena itu, ada situasi di mana kritik terhadap pejabat diperbolehkan, bahkan dianjurkan, selama dilakukan dengan niat dan cara yang benar.

Dalam Islam, menegur atau mengingatkan seorang pejabat adalah bagian dari amar ma’ruf nahi munkar, yaitu menganjurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Kritik ini harus didasarkan pada fakta dan bertujuan untuk memperbaiki keadaan, bukan untuk mencemarkan nama baik atau menyebarkan kebencian. Rasulullah SAW bersabda:

“Agama itu adalah nasihat.” Para sahabat bertanya, “Untuk siapa?” Beliau menjawab, “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum Muslimin, dan kaum Muslimin pada umumnya.” (HR. Muslim).

Hadis ini menunjukkan bahwa memberikan nasihat kepada pemimpin, termasuk pejabat publik, adalah bagian dari tanggung jawab seorang Muslim. Namun, nasihat tersebut harus dilakukan dengan cara yang bijaksana, tidak melalui fitnah atau ghibah yang merusak reputasi seseorang.

Ghibah terhadap pejabat publik menjadi dosa ketika dilakukan tanpa dasar yang jelas dan dengan tujuan merendahkan martabat mereka. Contohnya adalah menyebarkan rumor atau informasi yang tidak benar. Dalam situasi seperti ini, pelaku ghibah bertanggung jawab atas kerusakan yang ditimbulkan, baik di dunia maupun di akhirat.

BACA JUGA: Berhati-hatilah terhadap Ghibah = Riba? oleh Ustadz Khalid Basalamah

Sebaliknya, Islam memberikan ruang untuk menyampaikan kritik yang konstruktif dan faktual terhadap pejabat publik. Hal ini dilakukan demi menjaga keadilan dan kepentingan masyarakat. Namun, kritik tersebut harus disampaikan dengan etika, misalnya melalui jalur hukum, forum diskusi, atau dialog langsung. Hindari mencampurkan emosi atau kepentingan pribadi dalam kritik, agar niat memperbaiki tetap murni.

Advertisements

Sebagai kesimpulan, ghibah terhadap pejabat publik tetap dilarang dalam Islam, kecuali jika bertujuan untuk kebaikan bersama dan dilakukan sesuai dengan syariat. Umat Islam diingatkan untuk menjaga lisan dan niat ketika berbicara tentang pejabat atau pemimpin. Dengan mengutamakan etika dan prinsip amar ma’ruf nahi munkar, kritik terhadap pejabat dapat menjadi langkah yang bernilai ibadah, bukan sekadar cerminan hawa nafsu. Semoga kita senantiasa diberi kebijaksanaan dalam berkata-kata dan bertindak. []

Tags: ghibahPejabat
ShareSendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Hukum Makan dan Minum dengan Tangan Kiri dan Situasi yang Membolehkannya

Next Post

7 Tips Islami dan Psikologis agar Tidak Takut Hantu

Yudi

Yudi

Terkait Posts

Nasihat, Malaikat

Mana yang Lebih Mulia, Malaikat ataukah Manusia yang Shalih?

6 Juni 2025
Adab Bertetangga, percaya diri, tetangga, Akibat Berbuat Benar, Tetangga

Kenapa Jadi Tetangga Suka Panasan?

5 Juni 2025
Keutamaan Puasa Arafah

InsyaAllah Kamis 5 Juni 2025, Keutamaan Puasa Arafah 9 Dzulhijjah

4 Juni 2025
Tahajjud, Amalan di Pagi Hari, Shalat Taubat, Renungan, Tahajjud, Shalat Malam, shalat tahajud, Bangun Malam

Agar Mudah Bangun Malam

29 Mei 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Fudhail bin Iyadh, Telat

Kenapa Sih Orang Indonesia Suka Telat?

Oleh Yudi
6 Juni 2025
0

Nasihat, Malaikat

Mana yang Lebih Mulia, Malaikat ataukah Manusia yang Shalih?

Oleh Yudi
6 Juni 2025
0

Nabi Adam, Yahudi

Propaganda Kebohongan Yahudi di Madinah

Oleh Saad Saefullah
6 Juni 2025
0

sejarah idul adha, Usia Hewan Kurban, Hewan Kurban, Hukum Aqiqah, Berqurban

Kenapa Aku Enggan Berqurban, Padahal Aku Mampu?

Oleh Dini Koswarini
6 Juni 2025
0

Rumah yang Selalu Didatangi Malaikat, Adab Masuk Rumah, Sisi Romantis Rasulullah, Cara Bertamu dalam Islam, Kewajiban Suami terhadap Istri, Tempat Duduk Penghuni Surga, surga

Mau Masuk Surga Tapi Males Ibadah, Emang Surga Bisa Lewat Jalur Orang Dalam?

Oleh Haura Nurbani
5 Juni 2025
0

Terpopuler

Sebelum Shalat Id, Adakah Shalat Sunnah Lainnya?

Oleh Eneng Susanti
13 Juni 2018
0
Foto: Aldi/Islampos

Nah, Bagaimana jika shalat Id dilakukan di lapangan, bukan dimasjid? Adakah shalat sunnah tahiyatul masjid boleh dilakukan di lapangan juga?

Lihat LebihDetails

Bau Mulut, Apa Penyebabnya?

Oleh Dini Koswarini
5 Juni 2025
0
Hal yang Harus Dihindari Orang Berpuasa, Tanda Riya, Bahaya Bicara Agama tanpa Ilmu, syarat maksiat, Bahaya Hasad, Bahaya Menghujat, Bahaya Ujub, Bau Mulu

Bau mulut, atau halitosis, bisa membuat kita tidak percaya diri saat berbicara. Tapi apa sebenarnya penyebabnya?

Lihat LebihDetails

Keutamaan dan Amalan di Hari Arafah

Oleh Haura Nurbani
5 Juni 2025
0
REPORTER: RHIO ATMA P. | ISLAMPOS, Haji, Golongan Umat Islam yang Akan Masuk Surga, Larangan di Bulan Dzulhijjah, Hari Arafah

Hari Arafah adalah hari ke-9 dalam bulan Zulhijjah, bulan terakhir dalam kalender Hijriyah, dan merupakan salah satu hari paling mulia...

Lihat LebihDetails

Kenapa Aku Enggan Berqurban, Padahal Aku Mampu?

Oleh Dini Koswarini
6 Juni 2025
0
sejarah idul adha, Usia Hewan Kurban, Hewan Kurban, Hukum Aqiqah, Berqurban

Aku termenung… Kenapa aku engga berqurban? Idul Adha semakin dekat.

Lihat LebihDetails

Cara Singkat Tulis ‘Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ﷺ di Microsoft Word, Ini Dia

Oleh Saad Saefullah
19 Oktober 2024
1
Nabi Muhammad Keutamaan Membaca Sholawat, Waktu Terbaik Bershalawat, Sholawat, Ciri Fisik Rasulullah, Wasiat Nabi Sebelum Wafat, Cara Bershalawat yang Benar kepada Nabi, Keistimewaan Rasulullah, Kebiasaan Nabi Muhammad ﷺ, Rasulullah

Selain untuk membuat karakter shalawat tersebut, kita juga bisa membuat lafadz Allah (ﷲ), Muhammad (ﷴ), Basmalah (﷽), Jalla Jalaluhu (ﷻ)...

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.