• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Jumat, 13 Juni 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Dari Anda Renungan

Seorang Muslim dan Musibah

Coba Anda bayangkan perasaan duka dan lara yang dirasakan oleh Ummu Salamah saat suaminya meninggal dunia.

Oleh Dini Koswarini
2 bulan lalu
in Renungan
Waktu Baca: 3 menit baca
A A
0
Musibah

Foto: Freepik

0
BAGIKAN

MUSIBAH dan seorang Muslim.  Ketika membaca kisah-kisah Al-Qur’an dan membuka lembaran-lembaran sejarah, lalu mencermati fakta yang terjadi, maka ditemukan sebuah pelajaran dan bukti kuat yang mendukung serta menguatkan kaidah Al-Qur’an ini.

Berikut ini kita akan memaparkan beberapa di antara bukti itu, semoga ia menjadi obat pelipur lara bagi yang dirundung kesedihan, serta menjadi pelajaran bernilai bagi yang sedang ditimpa kegalauan.

Perhatikanlah kisah ummu Musa saat melarungkan bayinya ke sungai Nil.

Jika membaca susunan kejadian sejarahnya, maka Anda akan menemukan bahwa tidak ada yang paling menyakitkan dan menyedihkan dalam kehidupan Ummu Musa selain saat ia diperintah Allah untuk melarungkan bayinya yang bernama Musa di aliran sungai Nil. Namun, cerita ini berakhir dengan keindahan, pujian, serta pengaruh yang baik di masa-masa datang. Itulah tafsir potongan ayat yang Allah disebutkan pada bagian akhir ayat, “Dan Allah mengetahui sedangkan kalian tidak mengetahui.”

ArtikelTerkait

Kenapa Sih Maen HP Pas Shalat Jumat?

Kenapa Shalat Shubuh Terasa Berat bagi Orang Munafik?

Air Mata Rasulullah ﷺ: Ketika Allah Memanggil Anak-anaknya

Kenapa Kita Harus Berusaha Sekuat Tenaga Mendapatkan Rezeki Halal di Zaman Ini

BACA JUGA: 16 Amalan Penghilang Musibah

Renungkan juga kisah Yusuf Awal cerita ini juga tentang kesedihan yang dirasakan oleh Yusuf dan ayahnya Ya’qub Alaihimassalam.

Renungkan juga kisah seorang anak yang dibunuh oleh Khidr berdasarkan perintah Allah. Setelah itu, Allah mengemukakan alasan kuat serta meyakinkan di balik perintah pembunuhan anak itu dengan firman-Nya,

وَأَمَّا الْغُلَامُ فَكَانَ أَبَوَاهُ مُؤْمِنَيْنِ فَخَشِينَا أَن يُرْهِقَهُمَا طُغْيَنًا وَكُفْرًا فَأَرَدْنَا أَن يُبْدِلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيْرًا مِنْهُ زَكَوَةً وَأَقْرَبَ رُحْمًا )

“Dan adapun anak itu maka kedua orangtuanya adalah orang-orang mukmin dan Kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orangtuanya itu kepada kesesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya kepada ibu bapaknya.” (Al-Kahfi: 80-81)

Betapa banyak pasangan suami istri yang ditakdirkan belum dikaruniai buah hati, lalu dengan kondisi seperti itu dadanya menjadi sempit dan merasakan sedih yang berkepanjangan. Tentu, tidak atau belum memiliki keturunan adalah sesuatu yang biasa dan lumrah terjadi. Akan tetapi, satu hal yang tidak boleh terjadi adalah menghadirkan kesedihan yang terus menerus, bahkan merasa bahwa dirinya telah diharamkan Allah meraih aneka kebaikan dalam hidupnya.

Seseorang yang belum dikaruniai anak hendaknya merenung-kan ayat ini baik-baik, karena itu tidak saja menghilangkan kesedihan dan kegalauannya, tapi juga membuat hatinya menjadi tentram dan damai, dadanya menjadi lapang, ia memandang ketetapan ini sebagai nikmat dan bentuk kasih sayang Allah kepadanya.

Boleh jadi sekarang Allah menetapkan kondisi seperti ini (Tidak memiliki keturunan) untuk dirinya. Tapi, siapa yang mengetahui jika di belakang hari banyak kebaikan dan kasih sayang untuknya. Boleh jadi ketika ia dianugrahi seorang anak, maka anak itu akan menjadi fitnah dan kecelakaan dalam hidupnya, menjadi siksa dan bencana dalam kesehariannya.

Advertisements

Seperti bunyi ayat di atas, Allah berfirman, “Dan adapun anak itu maka kedua orangtuanya adalah orang-orang mukmin dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orangtuanya itu kepada kesesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya kepada ibu bapaknya.” (Al-Kahfi: 80-81)

Beberapa saat sebelum Perang Badar berkecamuk, Al-Qur’an menanamkan nilai dan pesan ini dalam dada kaum muslimin. Allah berfirman, “Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan kebenaran (Perang Badar) padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang beriman itu tidak menyukainya. Mereka membantahmu tentang kebenaran sesudah nyata bahwa mereka pasti menang, seolah-olah mereka dihalau kepada kematian sedang mereka melihat sebab-sebab kematian itu.” (Al-Anfal: 5-6)

Pada kenyataannya, betapa banyak kebaikan, kemuliaan, kehebatan yang terjadi pada diri kaum muslimin pasca terjadinya perang besar ini, yang sebelumnya tidak disukai oleh sebagian sahabat Rasulullah untuk turut andil mengambil peran di dalamnya.

Dalam sunnah Nabi banyak disebutkan contoh-contoh yang sejalan dengan kandungan makna ayat ini, di antaranya tentang cerita kematian suami dari Ummu Salamah, yakni Abu Salamah Setelah peristiwa kematian itu, Ummu Salamah mendengar Rasulullah bersabda, “Tidaklah seorang muslim ditimpa sebuah musibah lalu ia berdoa, ‘Sesungguhnya kami milik Allah dan kami akan kembali kepadaNya, Ya Allah, berilah aku pahala terhadap musibah yang menimpaku ini dan berikan ganti yang lebih baik darinya, kecuali Allah akan memeberi ganti yang lebih baik untuknya.”

Ketika suami Ummu Salamah (Abu Salamah) meninggal dunia, ia bertanya-tanya dalam dirinya, “Adakah orang yang lebih baik dari Abu Salamah?” Tidak terlalu membutuhkan waktu yang lama, Ummu Salamah pun akhirnya dinikahi oleh Rasulullah, sebagai ganti yang lebih baik dari suaminya yang telah meninggal dunia. (HR. Muslim)

Coba Anda bayangkan perasaan duka dan lara yang dirasakan oleh Ummu Salamah saat suaminya meninggal dunia. Sebuah kedalaman perasaan yang juga pernah dialami oleh sebagian wanita yang ditakdirkan suaminya meninggal dunia atau meninggalnya orang-orang yang dekat di hatinya. Boleh jadi ia mengajukan pertanyaan yang sama, “Adakah orang yang lebih baik dari ayahnya anak-anakku?”

BACA JUGA: 10 Hikmah Musibah Seorang Manusia

Namun, coba cermati dengan baik, ketika Ummu Salamah menyikapi bencana dan musibah itu dengan penuh sabar dan ikhlas, mengembalikan segalanya kepada Allah sembari bergumam, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” maka Allah berkenan menghadirkan seorang pengganti suaminya yang jauh lebih baik untuknya, sesuatu yang sangat istimewa, dimana sosok pengganti itu belum pernah terlintas dan terbayang dalam benaknya.

Demikianlah seharusnya sikap seorang wanita muslimah dalam menyikapi setiap musibah yang menerpanya. Ia tidak membatasi kebahagiaannya pada satu pintu kehidupan. Padahal, kehidupan itu memiliki banyak pintu. Ya, memang kesedihan itu sesuatu yang dirasakan oleh semua manusia, termasuk para Nabi dan Rasul. Akan tetapi, yang perlu ditekankan di sini adalah terlarangnya membatasi kehidupan atau kebahagian pada satu sikap atau menggantungkannya kepada seseorang; laki-lai, perempuan atau orang tua. []

SUMBER: HUMAYRO

Tags: MusibahMuslim
ShareSendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Realita Poligami di Indonesia

Next Post

5 Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Perceraian Baim Wong dan Paula Verhoeven

Dini Koswarini

Dini Koswarini

Terkait Posts

maen HP

Kenapa Sih Maen HP Pas Shalat Jumat?

13 Juni 2025
Itikaf, Ciri Malam Lailatul aQadar,, Munafik

Kenapa Shalat Shubuh Terasa Berat bagi Orang Munafik?

12 Juni 2025
Rasulullah, Nabi Muhammad

Air Mata Rasulullah ﷺ: Ketika Allah Memanggil Anak-anaknya

11 Juni 2025
Cara Mengendalikan Sifat Boros, Renungan tentang Rezeki, Keuangan Keluarga, Rezeki Halal

Kenapa Kita Harus Berusaha Sekuat Tenaga Mendapatkan Rezeki Halal di Zaman Ini

11 Juni 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Syarat Taubat Diterima, Waktu Mustajab untuk Berdoa, Hukum Menggunakan Masker ketika Shalat, Waktu Berdoa yang Mustajab, Hadits tentang sabar, Sedekah Shubuh, ibadah, keutamaan berdoa, Syarat Taubat, Waktu Mustajab untuk Berdoa di Hari Jumat, Hukum Menghadiahkan Al-Fatihah untuk Diri Sendiri, Doa Memohon Ampunan pada Allah SWT, Perkara Iman, Istighfar,Hukum Meminta Doa dari Orang Lain, Nimbus

Apa Itu Nimbus, Varian Baru Covid 19 yang Lagi Merebak?

Oleh Saad Saefullah
13 Juni 2025
0

Keutamaan Menikah, Hukum Mengumumkan Pernikahan, Resepsi Pernikahan yang Islami,, Nikah

Nikah di KUA, Asyik Juga!

Oleh Haura Nurbani
13 Juni 2025
0

Waktu Shalat, Manfaat Shalawat bagi Hati,, Jumlah Rakaat Shalat Witir, Hukum Pura-pura Menangis dalam Shalat, Sholat, Keutamaan Shalat Qobliyah Shubuh, Cara Ruqyah Diri Sendiri, Shalat Dhuha, Hal yang Dilarang ketika Shalat, Shalat Witir, Pura-pura Menangis ketika Shalat, Shalat Dhuha

Kenapa Tidak Boleh Lewat di Depan Orang yang Sedang Shalat?

Oleh Haura Nurbani
13 Juni 2025
0

maen HP

Kenapa Sih Maen HP Pas Shalat Jumat?

Oleh Haura Nurbani
13 Juni 2025
0

diabetes

7 Tanda Tubuh yang Rentan Terkena Diabetes

Oleh Yudi
13 Juni 2025
0

Terpopuler

7 Kalimat yang Jangan Diucapkan Sembarangan oleh Suami kepada Istri!

Oleh Yudi
12 Juni 2025
0
hak dan kewajiban suami istri, NAFKAH, talak, rumah tangga, suami, aurat

Mengurus anak, rumah, dan mendukung suami secara emosional adalah kontribusi besar yang tak bisa diukur dengan uang.

Lihat LebihDetails

Cara Singkat Tulis ‘Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ﷺ di Microsoft Word, Ini Dia

Oleh Saad Saefullah
19 Oktober 2024
1
Nabi Muhammad Keutamaan Membaca Sholawat, Waktu Terbaik Bershalawat, Sholawat, Ciri Fisik Rasulullah, Wasiat Nabi Sebelum Wafat, Cara Bershalawat yang Benar kepada Nabi, Keistimewaan Rasulullah, Kebiasaan Nabi Muhammad ﷺ, Rasulullah

Selain untuk membuat karakter shalawat tersebut, kita juga bisa membuat lafadz Allah (ﷲ), Muhammad (ﷴ), Basmalah (﷽), Jalla Jalaluhu (ﷻ)...

Lihat LebihDetails

Kenapa Shalat Shubuh Terasa Berat bagi Orang Munafik?

Oleh Yudi
12 Juni 2025
0
Itikaf, Ciri Malam Lailatul aQadar,, Munafik

Rasulullah ﷺ menyebut bahwa shalat Shubuh dan Isya adalah shalat yang paling berat bagi orang munafik.

Lihat LebihDetails

Penyebab Asam Urat, Apa Saja?

Oleh Dini Koswarini
12 Juni 2025
0
Gejala Diabetes, Durasi Tidur, Akibat Menahan BAB, Penyebab Asam Urat

Penyakit asam urat (gout) disebabkan oleh penumpukan kristal asam urat di dalam sendi, yang menimbulkan nyeri, bengkak, dan peradangan.

Lihat LebihDetails

Hilangnya Keberkahan Waktu

Oleh Ari Cahya Pujianto
30 Mei 2019
0
Foto: Aldi/Islampos

Oleh: Taufik Aulia Saat dulu masih kecil dan belum punya gadget, jeda waktu dari maghrib sampai isya terasa sangat cukup...

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.