SHALAT adalah ibadah yang begitu agung dalam Islam. Saat seorang Muslim berdiri menghadap kiblat, ia sedang bermunajat langsung kepada Rabb-nya. Maka, tak heran jika syariat sangat menjaga kekhusyukan dan kesempurnaan ibadah ini, termasuk dengan melarang seseorang lewat di depan orang yang sedang shalat.
Larangan ini bukan sekadar adab, tapi juga peringatan serius. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Seandainya orang yang lewat di depan orang yang sedang shalat tahu dosa yang akan ia tanggung, niscaya ia lebih memilih berdiri selama 40 (tahun/hari/bulan) daripada lewat di depannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
BACA JUGA: Belum Bisa Shalat di Usia 25 Tahun, Bagaimana?
Bayangkan, dosa orang yang berjalan di depan orang shalat sangat berat, sampai Nabi ﷺ menggambarkannya dengan penyesalan luar biasa. Ulama berbeda pendapat tentang makna “40” dalam hadits itu—apakah tahun, bulan, atau hari—tapi semuanya sepakat bahwa ini adalah dosa besar.
Kenapa begitu berat? Karena saat seseorang shalat, ia sedang bertemu dengan Allah. Dan orang yang lewat di depannya seakan menghalangi hubungan itu. Dalam istilah salaf, ini seperti orang yang masuk ke istana raja dan memotong pembicaraan antara sang raja dan tamunya!
Ibnu Qudamah rahimahullah berkata:
“Lewat di depan orang yang shalat adalah tindakan mengganggu ibadah orang lain. Dan mengganggu ibadah lebih buruk daripada hanya sekadar maksiat biasa.”
Para ulama bahkan menyarankan siapa pun yang shalat di tempat umum untuk membuat sutrah (pembatas), seperti tongkat, tas, atau dinding kecil. Ini sebagai tanda bahwa tidak boleh dilewati dari batas itu ke depan. Jika sudah ada sutrah, maka yang berdosa adalah yang lewat. Tapi jika tidak ada sutrah, maka yang shalat ikut menanggung keteledoran.
BACA JUGA: Kenapa Aku Harus Terus Memperbaiki Shalatku?
Yang lebih menyedihkan, banyak dari kita melangkah santai di depan orang shalat, seakan itu bukan hal besar. Bahkan di masjid pun, masih sering terlihat anak-anak dan orang dewasa lalu lalang di depan shaf.
Padahal ini bukan sekadar soal etika, tapi masalah adab kepada Allah dan ibadah seseorang.
Mari jaga kesucian dan kekhusyukan shalat saudara kita, sebagaimana kita ingin shalat kita dijaga. Jangan jadi pengganggu di hadapan Rabbul ‘Alamin. Dan ingat: lebih baik tunggu sebentar daripada menyesal 40 tahun lamanya! []