• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Jumat, 20 Juni 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Ibrah

Belajar Menasihat dari Imam Abu Hanifah

Oleh Haura Nurbani
2 tahun lalu
in Ibrah
Waktu Baca: 4 menit baca
A A
0
Imam Ahmad, Abu Hanifah, Imam Syafi'i, Ibnu Katsir, Abu Hanifah

Hanya ilustrasi. Foto: Pinterest

0
BAGIKAN

IMAM Abu Hanifah adalah ulama besar pada masa tabi’in (generasi setelah sahabat Rasulullah ﷺ). Pendiri Madzhab Hanafi ini memiliki nama lengkap Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit bin Zautha. Imam Abu Hanifah dilahirkan di kota Kufah pada 699 M dari keluarga pebisnis kaya yang taat. Maka tidak heran jika Imam Abu Hanifah juga menjadi pebisnis yang mengikuti darah ayahnya. Kakeknya masuk Islam pada zaman Umar bin Khattab lalu hijrah ke Kufah dan menetap di sana.

Imam Al-Dzahabi berkata, “Dia seorang Imam, faqihul millah (ahli fiqihnya millah ini), ulamanya Iraq, Abu Hanifah Nu’man bin tsabit bin Zautha, At-Taimi, Al-Kufi, Maula Bani Tayyimullah bin Tsa’labah. Disebutkan juga bahwa beliau keturunan Persia.” (Siyar A’lamin Nubala, 6/390)

Syaikh Al-Taqi Al-Ghazi berkata, “Dialah imamnya para imam, penerang bagi umat, lautan ilmu dan keutamaan, ulamanya Iraq, ahli fiqih dunia seluruhnya, orang setelahnya menjadi lemah di hadapannya, dan yang semasanya, belum pernah mata melihat yang semisalnya, belum ada seorang mujtahid mencapai derajat seperti kesempurnaan dan keutamaannya.” (Ath-Thabaqat As-Sunniyah fi Tarajim Al-Hanafiyah, Hal. 24)

BACA JUGA: Abu Hanifah Kecil Mengalahkan Ulama

ArtikelTerkait

Imam Hasan Al-Bashri dan Nasihatnya tentang Tetangga, Utang, dan Kematian

Akibat Menyebarkan Kejelekan terhadap Seorang Mukmin

3 Sungai Sebagai Pembersih Dosa di Dunia

Sungai di Zaman Nabi Daud

Nu’man bin Tsabit bin Zautha dijuluki Abu Hanifah karena suci dan lurus, karena sejak kecil beliau sangat sungguh-sungguh dalam beribadah, berakhlak mulia, serta menjauhi perbuatan-perbuatan dosa dan keji. Dan pemikiran fiqihnya dinamakan Madzhab Hanafi.

Imam Syafii Nasihat Imam Ghazali Masuk Syurga karena Mengucapkan Kalimat Tauhid Kekuatan Ilmu, Imam Ahmad, Sirriy Siqthy, Imam Ahmad, Imam Ahmad bin Hanbal, Abu Rimtsah, Imam Syafi'i, Fudhail bin Iyadh, Abu Hanifah
Foto: Pinterest

Cerita dimulai ketika Imam Abu Hanifah melakukan perjalanan seperti biasa dalam rangka berdakwah. Pagi itu cerah sekali namun Imam Abu Hanifah mendengar keluhan dari seorang pemuda dari kamarnya dengan jendela yang masih terbuka. Pemuda tersebut mengeluh sambil menangis tersedu-sedu. Imam Abu Hanifah sayup-sayup mendengar sumber suara tersebut.

“Aduhai, alangkah malangnya nasibku ini, sepertinya tiada seorang pun yang lebih malang dari nasibku. Sejak dari tadi belum datang sesuap makanan pun di kerongkonganku sehingga seluruh badanku menjadi lemah lunglai. Oh, manakah hati yang mau berbelas kasihan yang sudi memberi curahan air walaupun sedikit.”

Mendengar keluhan seperti ini, Imam Abu Hanifah langsung merasa iba. Ia kembali ke rumah untuk mengambil beberapa keping uang untuk diberikan kepada pemuda tersebut. Sesampainya di depan rumah, Imam Abu Hanifah langsung menaruh bungkusan yang ia bawa di depan pintu. Kemudia Imam Abu Hanifah melanjutkan perjalanannya.

Ketika ada bungkusan yang tergeletak di depan rumahnya, pemuda tersebut kaget bukan main melihatnya. Seakan-akan keluhan dan tangisannya didengarkan dan dikabulkan oleh Allah I. Pemuda tersebut bergegas membuka bungkusan tersebut yang ia tidak tahu darimana datangnya. Di dalamnya ternyata ada beberapa keping uang dan sepucuk kertas.

Kertas tersebut bertuliskan, “Hai manusia, sungguh tidak wajar kamu mengeluh sedemikian itu, kamu tidak perlu mengeluh akan nasibmu. Ingatlah kepada kemurahan Allah. Cobalah bermohon kepada-Nya dengan bersungguh-sungguh. Jangan suka berputus asa wahai kawan, akan tetapi berusahalah terus.”

Demikianlah surat yang ditulis oleh Imam Abu Hanifah. Imam Abu Hanifah menasehati pemuda tersebut dengan tetap memberinya kebutuhan selama sehari. Dengan harapan menyemangati agar pemuda tersebut mencari nafkah dengan mandiri untuk keesokan harinya.

Beberapa hari kemudian Imam Abu Hanifah melewati jalan itu lagi. Betapa terkejutnya ia sesampainya di dekat rumah pemuda itu. Ternyata pemuda itu masih mengeluh dengan suara yang bahkan lebih keras lagi.

Advertisements

“Ya Allah Tuhan Yang Maha Pengasih dan Pemurah, sudilah kiranya memberikan bungkusan lain seperti kemarin, sekedar untuk menyenangkan hidupku yang melarat ini. Sungguh jika Engkau tidak memberi, akan lebih sengsaralah hidupku.”

Mendengar keluhan pemuda tersebut membuat Imam Abu Hanifah putar arah dan kembali ke rumah untuk mengambil beberapa keping uang seperti kemarin. Sesampainya di dekat rumah pemuda, Imam Abu Hanifah meletakkan bungkusan tersebut di depan pintu persis seperti yang dilakukannya kemarin hari.

Melihat ada bungkusan di depan pintunya, pemuda tersebut girang segirang-girangnya. Ia menyangka bahwa do’anya didengar dan dikabulkan. Hanya dengan berdo’a dan mengeluh maka uang pun akan datang dengan sendirinya. Seperti halnya hari kemarin, pemuda itu membuka bungkusan dan melihat beberapa keping uang dan sepucuk surat.

“Hai kawan, bukan begitu caranya memohon, bukan demikian cara berikhtiar dan berusaha. Itu malas namanya. Putus asa kepada kebenaran dan kekuasaan Allah I. Sungguh Allah tidak ridho melihat orang pemalas dan suka putus asa, enggan bekerja untuk keselamatan dirinya. Jangan.. jangan berbuat demikian. Jika anda ingin senang, anda harus bekerja dan berusaha karena kesenangan itu tidak mungkin datang sendiri tanpa dicari atau diusahakan. Orang hidup tidak disuruh duduk diam dan tidak seharusnya demikian pula, akan tetapi harus bekerja dan berusaha. Allah tidak akan mengabulkan permohonan orang yang malas bekerja.”

Syaikh Keturunan Syarif dan Syarifah, Atheis, Hasan Al-Bashri, Imam Syafi'i, Syekh, Abu Hanifah, Abu Hanifah
Foto hanya ilustrasi. Foto: Pinterest

Membaca isi surat yang cukup menohok tersebut, pemuda itu diam sejenak untuk menghela nafas, kemudian meneruskan membaca. “Oleh karena itu carilah pekerjaan yang halal untuk mencukupi kehidupanmu. Berikhtiarlah sebisa mungkin dengan tetap memohon pertolongan Allah. Insya Allah anda akan mendapat pekerjaan selama anda tidak berputus asa. Carilah segera pekerjaan, saya doakan semoga anda berhasil.”

BACA JUGA:  Jawaban Abu Hanifah Ketika Ditanya soal Allah

Kalimat-kalimat terakhir dari surat itu membuat pemuda itu terdiam sesaat. Ia menyadari kesalahan apa yang ia telah lakukan. Ia selalu mengharapkan belas kasihan dan rasa iba dari orang lain untuk mencukupi kebutuhannya. Ia sadar bahwa ia malas dan suka mengeluh dan berjanji untuk berusaha mencukupi kebutuhannya secara mandiri. Keesokan harinya ia keluar dari rumah untuk mencari pekerjaan yang halal dan berkah tentunya.

Dari cerita di atas kita dapat memetik sebuah hikmah yang sangat berlian dari seorang ulama besar. Bagaimana seseorang Imam Abu Hanifah menasehati tanpa mengecilkan perasaan dan merendahkan. Sudah seharusnya seperti itulah kita sebagai saudara seiman untuk menasehati dalam kebaikan.

Al Hafizh Ibnu Rajab berkata: “Apabila para salaf hendak memberikan nasehat kepada seseorang, maka mereka menasehatinya secara rahasi. Barangsiapa yang menasehati saudaranya berduaan saja maka itulah nasehat. Dan barangsiapa yang menasehatinya di depan orang banyak maka sebenarnya dia mempermalukannya.” (Jami’ Al ‘Ulum wa Al Hikam, halaman 77) []

SUMBER

Tags: Abu HanifahNasihat Abu Hanifah
ShareSendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Apa Hukum Suami Istri Tidur dalam Keadaan Telanjang? Apakah Harus Mandi Wajid Setelahnya?

Next Post

Sisa Mani Keluar Setelah Mandi

Haura Nurbani

Haura Nurbani

Terkait Posts

Sumber Dosa, Hasan Al-Bashri

Imam Hasan Al-Bashri dan Nasihatnya tentang Tetangga, Utang, dan Kematian

16 Juni 2025
Adab Bertetangga, percaya diri, tetangga, Akibat Berbuat Benar, Tetangga, kejelekan

Akibat Menyebarkan Kejelekan terhadap Seorang Mukmin

15 Juni 2025
Wudhu Dulu Sebelum Mandi Junub, nasihat ibnul qayyim, Macam Cemburu, Cara Membersihkan Najis, Dosa

3 Sungai Sebagai Pembersih Dosa di Dunia

10 Juni 2025
Nabi Musa, Nabi Daud

Sungai di Zaman Nabi Daud

27 Mei 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Olahraga

Olahraga yang Tepat buat Orang yang Sudah Berusia 40 Tahun, Apa Saja Ya?

Oleh Dini Koswarini
20 Juni 2025
0

Kisah Nabi Musa, Firaun, Nabi Yunus, Berhala

Bangsa-bangsa di Dunia yang Menyembah Berhala

Oleh Saad Saefullah
19 Juni 2025
0

Akibat Terlalu Sering Minum Minuman yang Manis, Karbohidrat, minuman

Perlu Banget Tahu, Ini Minuman-minuman yang Mengandung Gula Tinggi, Apa Saja?

Oleh Saad Saefullah
19 Juni 2025
0

orang tua, gen z, anak, sukses

7 Peran Keluarga dalam Menentukan Kesuksesan Anak di Masa Depan

Oleh Yudi
19 Juni 2025
0

Diabetes, Kolesterol, Shubuh

Bahaya Tidur setelah Shubuh, Hal yang Paling Dibenci oleh Para Ulama

Oleh Haura Nurbani
19 Juni 2025
0

Terpopuler

Ciri-ciri Perut Buncit Laki-laki yang Tidak Sehat

Oleh Saad Saefullah
17 Juni 2025
0
Perut Buncit

Kau ini bagaimana Kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku

Lihat LebihDetails

Yang Tidak Dianjurkan di Malam Hari bagi Lelaki Usia 40 Tahun ke Atas

Oleh Yudi
18 Juni 2025
0
Umur, Tips Bugar, Kanker Prostat, Suami, 40 Tahun

Banyak pria usia 40 ke atas mulai cemas akan usia, keluarga, hingga masa depan. Jika dibiarkan, ini bisa menimbulkan stress,...

Lihat LebihDetails

Bahaya Tidur setelah Shubuh, Hal yang Paling Dibenci oleh Para Ulama

Oleh Haura Nurbani
19 Juni 2025
0
Diabetes, Kolesterol, Shubuh

Tidur setelah Shubuh bukan sekadar kehilangan waktu, tapi kehilangan keberkahan.

Lihat LebihDetails

Berapa Idealnya Tabungan Minimal yang Harus Dimiliki di Zaman Sekarang?

Oleh Saad Saefullah
19 Juni 2025
0
Ciri Penghuni Surga dan Neraka

Jumlah tabungan minimal yang ideal di zaman sekarang sangat tergantung pada gaya hidup, penghasilan, tanggungan, dan tujuan keuangan seseorang.

Lihat LebihDetails

Mendukung Iran? Belajar dari Era Shalahuddin Al-Ayyubi

Oleh Saad Saefullah
19 Juni 2025
0
Shalahuddin Al-Ayyubi,

Pada masa Shalahuddin Al-Ayyubi, berdiri sebuah kekhalifahan besar di Mesir: Daulah Fathimiyah, beraliran Syiah Ismailiyah.

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

  • 22Share on WhatsApp
  • 5Share on Facebook
  • 4Share on Telegram
  • 121Share on Twitter
  • 17Share on Pinterest
  • 5Share on LinkedIn
  • 10Share on Email