• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Jumat, 6 Juni 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Syi'ar Sosok

Razia Sultana, Satu-satunya Wanita yang Menjadi Pemimpin Pemerintahan Muslim di India

Oleh Eneng Susanti
5 tahun lalu
in Sosok
Waktu Baca: 3 menit baca
A A
0
Hürrem Sultan

Ilustrasi. Foto: Pinterest

0
BAGIKAN

RAZZIYA Al-Din atau lebih dikenal dengan nama Razia Sultana, ia adalah Sultan Delhi (India) yang berkuasa antara 1236 hingga 1240, dan menjadi sultan wanita pertama yang memerintah di Kesultanan Delhi.

Di bawah kekuasaannya, Raziyya mendirikan sekolah, akademi, pusat-pusat penelitian, hingga perpustakaan umum. Raziyya sangat populer antara lain karena pemikirannya bahwa semangat agama lebih penting daripada yang lain.

Raziyya selalu menolak disebut sebagai Sultana (ratu) karena itu berarti seorang “istri atau nyonya seorang sultan.” Merasa bahwa apresiasi citra maskulin akan membantunya mempertahankan kerajaannya, Raziyya selalu berpakaian layaknya pria dan mengenakan sorban, celana, jaket, dan pedang.

BACA JUGA: 10 Tokoh Wanita di Kerajaan Islam Sepanjang Sejarah

ArtikelTerkait

Imam Abu Hanifah yang Luar Biasa

Sulaiman Al-Qanuni, Khalifah Tersukses dalam Sejarah Islam

Mengapa Abu Bakar Dijuluki Al-Atiq?

Inilah Sosok Ulama Besar Syekh Nawawi Al-Bantani

Raziyya lahir di Budaun tahun 1205. Terlahir sebagai putri dari Shamsuddin Iltutmish dan Qutub Begum, keluarga Raziyya sebenarnya bukanlah bangsawan. Bahkan, leluhur mereka berasal dari budak Seljuk Turki. Sang ayah sebenarnya datang ke Delhi sebagai budak di bawah kekuasaan Sultan Qutb al-Din Aibak, yang mendirikan fondasi dinasti Mamluk atau dinasti Budak. Berkat Aibak, seorang budak bisa memegang jabatan strategis.  Sebagai orang kepercayaan Aibak, Iltumish menunjukkan keberanian dan kejujurannya sehingga mendapat posisi gubernur provinsi. Bahkan, sultan juga menjodohkannya dengan putrinya, Qutub Begum.

Usai Aibak wafat, takhta pun diambil alih oleh putranya, Aram Baksh. Meski kompeten menjadi sultan, kepemimpinan Aram ditentang 40 bangsawan Turki yang bergabung dalam kelompok “Chihalgani”. Mereka pun meminta Iltutmish menggantikan Aram sebagai Sultan Delhi. Sejak itulah terjadilah pertempuran antara Aram dan Iltutmish.

Takhta akhirnya dimenangkan Iltutmish di tahun 1211.

Karena kepemimpinannya yang gemilang, Shamsuddin Iltumish di pengujung pemerintahan nya, pada 1229, dianugerahi gelar dan jubah kehormatan dari Khalifah Abbasiyah di Baghdad.

Seabad kemudian, reputasi Shamsuddin Iltumish dalam memimpin tertuang dalam catatan perjalanan penjelajah Muslim ternama asal Maroko, Ibnu Batutah. Dalam catatan tersebut, Ibnu Batutah menyebut, Shamsuddin Iltumish dikenang karena karakternya yang sangat baik dan saleh. Ibnu Batutah juga menulis, sikap adil Shamsuddin Iltumish ditandai dengan jubahnya yang berwarna merah.

Sebagai puteri Sultan Delhi, Raziyya selalu dididik seperti para saudara lelakinya. Ia dilatih perang dan diajarkan keterampilan militer. Sama seperti anak bangsawan lainnya, Raziyya juga belajar tata kelola negara. Awalnya, keterampilan ini diajarkan agar Razia bisa menjadi istri sekaligus ratu yang baik untuk sang raja. Tak ada yang menyangka kalau dirinya bakal menjadi raja yang sesungguhnya.

Beranjak dewasa, ia tak banyak berinteraksi dengan para wanita di dalam harem, bangunan khusus wanita yang tak bisa dimasuki lelaki yang bukan mahramnya. Karena tak pernah dipaksa mengikuti aturan, Raziyya tumbuh menjadi perempuan aktif dan pemberani. Alih-alih merias wajahnya, ia justru lebih suka membantu ayahnya mengurus negara.

Setelah 25 tahun berkuasa, Iltutmish wafat di tahun 1236. Kematiannya pun memicu kekacauan politik di kesultanan Delhi. Sementara itu, putra sulungnya, Nasiruddin Mahmud, telah wafat di tahun 1229 ketika memerintah Benggala.

Advertisements

Di akhir hayatnya, sultan menganggap tak ada putranya yang masih hidup yang pantas menjadi raja. Ia pun menunjuk putrinya, Raziyya, sebagai pewaris takhtanya. Namun, para bangsawan menolak diperintah wanita. Itu sebabnya, takhta kerajaan jatuh ke tangan Ruknuddin Firuz, kakak Raziyya yang masih hidup. Namun, alih-alih memerintah, Firuz malah berfoya-foya dan membuat geram para bangsawan.

BACA JUGA: Dua Universitas Tertua Islam

Usai 6 bulan berkuasa, Firuz dan ibunya dibunuh. Raziyya pun diangkat sebagai sultan wanita Delhi yang pertama.

Begitu naik takhta, Raziyya membuat keputusan mengejutkan. Ia tak mau lagi memakai baju muslim tradisional untuk wanita, termasuk purdah. Sebagai gantinya, ia memakai pakaian netral yang membuatnya tampak seperti pemimpin laki-laki.

Tak hanya itu, Raziyya juga menolak gelar sultana. Menurutnya, sultana berarti istri atau selir seorang sultan. Ia pun ingin menyandang gelar sultan, terlepas dari dirinya merupakan seorang wanita.

Tak peduli dirinya perempuan, Raziyya tetap berperang di garis depan dan berhasil merebut wilayah. Ia pun sukses mengelola negara dan menjadi salah satu Sultan Delhi terbaik. Di masa pemerintahannya, Razia juga mendirikan sejumlah sekolah, akademi, pusat penelitian, dan perpustakaan umum.

Di masa pemerintahannya, tak sedikit bangsawan yang merasa malu dipimpin oleh seorang wanita. Salah satu teman masa kecil Raziyya, Malik Ikhtiaruddin Altunia, pun berkonspirasi melawannya. Ia membantu saudara lelaki Raziyya, Muizuddin Bahram Shah, merebut takhta.

Usai berjuang mati-matian, Raziyya mengalami kekalahan menyedihkan. Ia pun dipenjara di Qila Mubarak di Bathinda. Sementara itu, Muizuddin Bahram Shah menyatakan diri sebagai Sultan Delhi.

Kemudian di tahun 1240, Altunia menikahi Raziyya. Ada sejarawan yang berpendapat Raziyya menikahinya agar tak dihukum mati, tetapi ada pula yang berpendapat Altunia memenjarakan Raziyya lantaran cemburu karena kedekatannya dengan Jamaluddin Yaqut, seorang budak Ethiopia.

Mereka berdua akhirnya memutuskan merebut kembali takhta dari saudaranya. Namun, Bahram mampu mengalahkan pasangan itu.

Raziyya bersama Altunia pun melarikan diri dari Delhi dan sampai di Kaithal keesokan harinya. Sayangnya, di sanalah mereka dirampok oleh Hindu Jat dan dibunuh pada 14 Oktober 1240. Sultan wanita pertama itu pun wafat di usia 35 tahun. []

 

Tags: DelhiindiaKerajaanMuslimRaziyya Sultana
ShareSendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Jadilah Muslimah yang “Buta, Bisu, dan Tuli”, Maksudnya?

Next Post

Menolong, Bukan Bengong

Eneng Susanti

Eneng Susanti

Terkait Posts

Imam Ahmad, Abu Hanifah, Imam Syafi'i, Ibnu Katsir, Abu Hanifah

Imam Abu Hanifah yang Luar Biasa

15 April 2025
Sulaiman Al-Qanuni,

Sulaiman Al-Qanuni, Khalifah Tersukses dalam Sejarah Islam

1 Desember 2024
Abu Bakar, Nuaiman bin Amr,Umair bin Wahab Al-Jumhani

Mengapa Abu Bakar Dijuluki Al-Atiq?

14 Oktober 2024
syekh nawawi, nawawi

Inilah Sosok Ulama Besar Syekh Nawawi Al-Bantani

16 September 2024
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

mayit, Perbuatan

30 Perbuatan yang Merusak Amal Baik

Oleh Haura Nurbani
6 Juni 2025
0

Cinta

2 Tahap Cinta Kita (Puisi Suami Istri)

Oleh Saad Saefullah
6 Juni 2025
0

Fudhail bin Iyadh, Telat

Kenapa Sih Orang Indonesia Suka Telat?

Oleh Yudi
6 Juni 2025
0

Nasihat, Malaikat

Mana yang Lebih Mulia, Malaikat ataukah Manusia yang Shalih?

Oleh Yudi
6 Juni 2025
0

Nabi Adam, Yahudi

Propaganda Kebohongan Yahudi di Madinah

Oleh Saad Saefullah
6 Juni 2025
0

Terpopuler

Sebelum Shalat Id, Adakah Shalat Sunnah Lainnya?

Oleh Eneng Susanti
13 Juni 2018
0
Foto: Aldi/Islampos

Nah, Bagaimana jika shalat Id dilakukan di lapangan, bukan dimasjid? Adakah shalat sunnah tahiyatul masjid boleh dilakukan di lapangan juga?

Lihat LebihDetails

Kenapa Aku Enggan Berqurban, Padahal Aku Mampu?

Oleh Dini Koswarini
6 Juni 2025
0
sejarah idul adha, Usia Hewan Kurban, Hewan Kurban, Hukum Aqiqah, Berqurban

Aku termenung… Kenapa aku engga berqurban? Idul Adha semakin dekat.

Lihat LebihDetails

Cara Singkat Tulis ‘Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ﷺ di Microsoft Word, Ini Dia

Oleh Saad Saefullah
19 Oktober 2024
1
Nabi Muhammad Keutamaan Membaca Sholawat, Waktu Terbaik Bershalawat, Sholawat, Ciri Fisik Rasulullah, Wasiat Nabi Sebelum Wafat, Cara Bershalawat yang Benar kepada Nabi, Keistimewaan Rasulullah, Kebiasaan Nabi Muhammad ﷺ, Rasulullah

Selain untuk membuat karakter shalawat tersebut, kita juga bisa membuat lafadz Allah (ﷲ), Muhammad (ﷴ), Basmalah (﷽), Jalla Jalaluhu (ﷻ)...

Lihat LebihDetails

Keutamaan dan Amalan di Hari Arafah

Oleh Haura Nurbani
5 Juni 2025
0
REPORTER: RHIO ATMA P. | ISLAMPOS, Haji, Golongan Umat Islam yang Akan Masuk Surga, Larangan di Bulan Dzulhijjah, Hari Arafah

Hari Arafah adalah hari ke-9 dalam bulan Zulhijjah, bulan terakhir dalam kalender Hijriyah, dan merupakan salah satu hari paling mulia...

Lihat LebihDetails

Bau Mulut, Apa Penyebabnya?

Oleh Dini Koswarini
5 Juni 2025
0
Hal yang Harus Dihindari Orang Berpuasa, Tanda Riya, Bahaya Bicara Agama tanpa Ilmu, syarat maksiat, Bahaya Hasad, Bahaya Menghujat, Bahaya Ujub, Bau Mulu

Bau mulut, atau halitosis, bisa membuat kita tidak percaya diri saat berbicara. Tapi apa sebenarnya penyebabnya?

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.