DARI sekian banyak malaikat yang diciptakan Allah SWT, di antara mereka ada yang diberi tugas mencatat amal perbuatan manusia dari lahir hingga meninggal. Malaikat yang bertugas melakukan tugas ini pun terbagi lagi, yaitu malaikat yang mencatat amal baik dan yang mencatat perbuatan buruk (Perbuatan Dosa).
Namun, apakah setiap kali seorang Muslim melakukan perbuatan dosa atau buruk, malaikat pencatat keburukan itu langsung menulisnya sehingga dicatat sebagai perbuatan buruk? Mantan Mufti Mesir Syekh Ali Jum’ah memberikan penjelasan terkait hal ini.
BACA JUGA: Keistimewaan Muadzin, Diampuni Dosanya Sejauh Jangkauan Suara
Perbuatan Dosa Tidak Langsung Dicatat Malaikat, Benarkah?
“Setiap Muslim, di sebelah kanannya terdapat malaikat yang mencatat perbuatan baik, sedangkan di kirinya ada malaikat yang mencatat perbuatan buruk,” ujar anggota Dewan Ulama Al-Azhar Kairo Mesir itu, seperti dilansir El Balad.
Syekh Jum’ah mengatakan, malaikat yang ditugaskan mencatat perbuatan baik segera langsung mencatat perbuatan baik yang dikerjakan seorang Muslim. Namun, ini berbeda dengan malaikat yang bertugas mencatat perbuatan dosa atau buruk.
“Adapun malaikat pencatat perbuatan buruk tidak bersegera mencatatnya, tetapi baru dicatat setelah enam jam kemudian. Kita memang tidak melihat itu, tetapi Nabi Muhammad ﷺ melihatnya,” jelasnya.
Syekh Jum’ah melanjutkan, malaikat yang mencatat perbuatan buruk menunda pencatatan hingga enam jam untuk menunggu pertobatan yang dilakukan seorang Muslim. Tepat enam jam kemudian, jika Muslim tersebut bertaubat maka malaikat tidak jadi mencatat. Bila yang terjadi sebaliknya, tidak bertaubat, maka malaikat mencatat perbuatan buruk itu.
“Ini adalah kemurahan Allah SWT kepada para hamba-Nya. Selama enam jam inilah merupakan kesempatan bagi hamba yang berdosa untuk bertaubat dan kembali kepada Allah SWT serta wajib memohon ampun kepada Allah. Berwudhu, sholat dua rakaat, dan bersedekah,” kata dia.
Perbuatan Dosa Tidak Langsung Dicatat Malaikat, Benarkah?
BACA JUGA: Penjelasan Dosa Besar dan Dosa Kecil
Syekh Jum’ah menambahkan perbuatan buruk adalah ketika perbuatan tersebut dicatat kepada pelakunya. Lalu pada setiap Senin dan Kamis, perbuatan-perbuatan buruk itu dikonfirmasi. Inilah yang kemudian disebut diangkatnya amal perbuatan.
“Sedangkan bulan Syaban, adalah bulan di mana segala perbuatan baik dan buruk dalam setahun dikonfirmasi. Maka, seorang Muslim yang melakukan dosa sepanjang tahun, lalu dosa itu bertemu amal-amal sholeh yang dikerjakannya, maka dosa tersebut bisa dihapuskan karena amal-amal sholeh tadi,” ujarnya. []
