• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Rabu, 11 Juni 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Wacana

Menyikapi Tanda

Oleh Saad Saefullah
7 tahun lalu
in Wacana
Waktu Baca: 4 menit baca
A A
0
Foto: Pinterest

Foto: Pinterest

1
BAGIKAN

 

Menyikapi Tanda 1Oleh: Yusuf Maulana
Pensyarah Samben Library; Penulis “Mufakat Firasat”

KHALIFAH Murad III semestinya bersyukur memiliki saintis seperti Taqi al-Din (wafat sekitar 1586 masehi). Taqi al-Din bukanlah saintis sembarangan. Reputasi hasil kerjanya berkelas. Ia kawan Tycho Brahe, yang di Eropa mendapat tempat dan reputasi harum. Taqi al-Din dalam kerja saintis justru melampaui Brahe. Perhitungan astronomi Taqi al-Din lebih akurat dibandingkan hasil observasi Brahe, demikian dikisahkan John Freely dalam Light from The East (2011).

Masih tersebutkan dalam karya Freely, Taqi al-Din melakukan observasi komet pada 1577. Ketika itu malam pertama Ramadhan. Komet melintasi lingkaran planet. Di mata Taqi al-Din, peristiwa di langit itu tak sekadar bukti keagungan Allah, tetapi juga sebuah pertanda di muka Bumi, tepatnya tanda keberuntungan. Selain sebagai ilmuwan, ia yang dipercaya sebagai astrolog di istana Murad III ; semacam juru ramal berbasiskan keilmuan. Ia pun memprediksi bahwa bangsa Ottoman (Utsmaniyah) akan memenangi peperangan melawan orang-orang Persia.

ArtikelTerkait

O Ternyata Ini 3 Arti Istilah “Nggak Ada Obat”!

Damaskus Jatuh, Basyar Al-Assad Dilaporkan Kabur; Akhir 50 Tahun Kekuasaan Keluarga Assad?

Ga Bisa Baca Hadist

Gendong Ala Drakor

Bukan kali pertama bila serang khalifah memercayai juru ramal berdasarkan objek langit. Pada masa dinasti sebelumnya, terutama Abbasiyah, penggunaan peramal pernah terjadi. Tapi tak sedikit pula ketika ada pendahulu yang memakai jasa peramal tersebut, khalifah pelanjutnya melarang dan menghukum keras para pelaku. Di tengah zaman yang sudah benderang dengan rasionalitas pada era Ottoman, semestinya kajian menyelidiki benda di langit dicukupkan sebagai sebuah kegiatan yang tak menyentuh wilayah supranatural esok hari.

Barangkali atas dasar pemikiran yang terlampau “menggantungkan” nasib esok hari pada benda langit itulah yang membuat ulama terpandang semasa Taqi al-Din memprotes keras pada Murad III. Syeikhul Islam Kaduzade namanya. Tak hanya aktivitas meramal, bahkan sang syekh meyakinkan Murad III agar menutup observatorium, tempat aktivitas para astronom sekaligus astrolog seperti Taqi al-Din. Alasannya, masih dikutip dari karya Freely di atas, “observatorium akan membawa malapetaka bagi dunia karena mencampuri rahasia alam.”

Khalifah sepertinya insyaf. Terjadilah kemudian titahnya kepada para anak buah untuk mengikuti seruan Kaduzade. Pada 22 Januari 1580, observatorium tempat bekerja Taqi al-Din dihancurkan! Kata Freely, “menghentikan riset astronomi di kekaisaran Ottoman, tepat di saat astronom-astronom Eropa mulai membuat penemuan-penemuan yang kemudian mengarah pada bangkitnya Revolusi Sains dan lahirnya sains modern.”

Kenyataan tersebut memang memilukan betapapun latar yang diajukan Syeikh Kaduzade amat bisa dimengerti: menjaga akidah Muslimin. Sayangnya, pemecahan atas kemungkaran yang mungkin ada pada ramalan Taqi al-Din sebenarnya tak perlu sampai harus terjadi penghancuran. Ditambah lagi di bentangan sejarah kekhalifahan, bukan kali pertama sebagian orang dekat khalifah berebut mencari muka dengan pelbagai cara, salah satunya dengan memproduksi kebanggaan dan kejayaan abadi pemimpin mereka itu.

* * *

Isyarat dari benda mati, dari objek langit sekalipun, memang tidak ditoleransi untuk dihubungkaitkan dengan peristiwa hari ini atau esok. Ini semangat memurnikan akidah yang mesti dijaga. Bagaimanapun juga, isyarat, tanda, objek atau apa pun yang dipandang mewakili makan pasti dari kejadian yang belum terjadi, rentang untuk melahirkan dusta. Ada manipulasi tanda yang diyakini sebagai kebenaran absolut, padahal sejatinya masih relatif dan besar untuk berbeda hasilnya. Manipulasi yang kemudian memunculkan reproduksi dusta baru demi menutup prediksi yang keliru ataupun sesat. Dan bilapun “kebenaran” yang hadir, ia memunculkan besar kepala yang menegasikan kemungkinan salah lebih besar di kejadian berikutnya atau sebelumnya.

Pada satu babak kejayaan Islam, para saintis memahami bahwa fungsi meneliti alam raya ini merupakan manifestasi menundukkan diri sebagai hamba-Nya. Memenuhi panggilan untuk memecahkan misteri alam tanpa kemudian melahirkan kesombongan. Tapi “godaan” untuk menetapkan kepastian dari objek yang diteliti, semisal benda langit, membuat sebagian saintis menerima aktivitas membaca tanda yang melampaui kausalitas (sebab-akibat) yang bukan domain manusia. Memprediksi tetanda sebelum gunung meletus jelas berbeda dengan menyimpulkan kejayaan satu bangsa dari pergerakan komet. Bukankah pergerakan komet itu terjadi di langit yang dimiliki tidak satu bangsa?

Kendati demikian, menyelamatkan akidah pun tak berarti dengan serta-merta menilai semua aktivitas sains rentan dari kerusakan. Ini yang sayangnya ditempuh Murad III. Untunglah Biri Rais (Piri Reis) tidak semasa dengan Syeikh Kaduzade karena hidup di khalifah pendahulu Murad III. Kalau syeikh seperti Kaduzade tahu peta Rais memuat kawasan asing yang tak berwujud yang bahkan sampai abad ke-20 mengundang penasaran banyak ilmuwan (kartografer), yakni Benua Antartika, entah apa yang terjadi.

Advertisements

Muslimin oleh Baginda Nabi Muhammad bukanlah dikehendaki menjadi umat atau bangsa yang pesimis hanya karena tetanda benda mati. Bukan juga mendadak optimis karena objek serupa. Keberuntungan dan kegagalan tidak ada kausalitas dengan semua itu, melainkan sudah dikehendaki oleh Allah. Dan dari sini genggaman untuk selalu ingin maju harus hadir. Khalifah al-Mu’tashim Billah memberikan teladan baik soal ini. Pada 838 masehi ia tetapkan tekad melawan pasukan Romawi meski para peramal di Baghdad mengatakan bahwa pasukan Islam bakal dikalahkan mengingat masa itu tahun perunggu! Alih-alih surut memacu kuda, al-Mu’tashim melaju hingga tercatat dalam sejarah kemenangan besar pasukan Islam atas tentara Romawi. Menurut Imam as-Suyuti dalam Tarikh Khulafa’, serangan al-Mu’tashi tersebut “menimbulkan kerugian yang sangat besar di pihak tentara Romawi yang tidak pernah terjadi sebelumnya dan belum pernah dilakukan oleh khalifah mana pun… menghancurleburkan barisan mereka dan merobohkan bangunan-bangunan mereka, serta mampu membuka ‘Amuriyyah dengan pedang.”

Begitulah kehendak seorang Muslim dalam memandang kerja takdir Ilahi. Ia tak silau oleh ramalan membanggakan; ia pun tak pudar keberaniannya hanya karena ada prediksi yang bakal menyungkurkannya. Hari ini, kita tentu merindu tetanda yang otentik dari para pemimpin, yang lahir dari kemauan keras tanpa menggantungkan kerja kerasnya pada ramalan. Ramalan yang era sekarang kadang berwujud pencitraan diri menggunakan aksesori sehari-hari berkesan murah jelata. Seakan ia yang begini dan begitu dari tetanda bikinan tersebut pasti aslinya demikian. Padahal, semuanya sarat kepalsuan. Dari al-Mu’tashim kita perlu belajar arti berani menantang tetanda sesat. Dan dari kisah tragis Murad III, kita bisa bijak dalam menenggang kesesatan yang ada dalam sebuah putusan adil. []

Tags: kurasisultan murad III
ShareSendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Din Syamsuddin Jadwalkan Musyawarah Nasional Pemuka Agama

Next Post

Abdurrahman I: Sang Pendobrak Andalusia

Saad Saefullah

Saad Saefullah

Lelaki. Tidak terkenal. Menyukai kisah-kisah Nabi dan Para Sahabat.

Terkait Posts

Nggak Ada Obat, Potongan Rambut Laki-laki yang Tidak Diperbolehkan dalam Islam

O Ternyata Ini 3 Arti Istilah “Nggak Ada Obat”!

13 Desember 2024
Damaskus

Damaskus Jatuh, Basyar Al-Assad Dilaporkan Kabur; Akhir 50 Tahun Kekuasaan Keluarga Assad?

8 Desember 2024
Kitab Taurat, Hadist, Bani Israil

Ga Bisa Baca Hadist

10 Agustus 2024
Sikap Suami yang Harus Disyukuri Istri, , Nikah, Tips yang Harus Dikuasai Istri Agar Suami Betah di Rumah, Sifat Istri yang Mendatangkan Rezeki bagi Suami, Drakor

Gendong Ala Drakor

10 Agustus 2024
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Palestina, Palestina

Bangsa-bangsa Arab Abaikan Rakyat Palestina?

Oleh Saad Saefullah
11 Juni 2025
0

Rezeki, Jalan Rezeki, pencuri, Uang Haram

Dari Mana Saja Sumber Uang Haram di Zaman Ini?

Oleh Haura Nurbani
10 Juni 2025
0

Itikaf, Lapar

Kenapa Lapar Terus padahal Sudah Makan? Apakah Ini Gejala Penyakit?

Oleh Haura Nurbani
10 Juni 2025
0

Kebiasaan Buruk yang Bisa Bikin Dompet Cepat Kosong, Uang

Istri Suka Ambil Uang Diam-diam dari Dompet Suami, Bolehkah?

Oleh Dini Koswarini
10 Juni 2025
0

tambang nikel,tambang

6 Kemungkinan Dampak Buruk Tambang Nikel bagi Alam

Oleh Yudi
10 Juni 2025
0

Terpopuler

Sayuran-sayuran yang Ternyata Mengandung Tinggi Gula

Oleh Haura Nurbani
9 Juni 2025
0
Zakat Fitrah, sayuran

Berikut adalah beberapa sayuran yang ternyata mengandung gula cukup tinggi, meskipun sering dianggap sehat dan rendah gula

Lihat LebihDetails

Begini Hubungan Ayah dan Anak Tiri Menurut Islam

Oleh Laras Setiani
22 April 2020
0
Begini Hubungan Ayah dan Anak Tiri Menurut Islam 2

Seorang suami juga harus mengetahui bahwa termasuk menggauli istrinya dengan baik adalah dengan berlaku baik kepada anak perempuan bawaan istrinya....

Lihat LebihDetails

Cara Singkat Tulis ‘Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ﷺ di Microsoft Word, Ini Dia

Oleh Saad Saefullah
19 Oktober 2024
1
Nabi Muhammad Keutamaan Membaca Sholawat, Waktu Terbaik Bershalawat, Sholawat, Ciri Fisik Rasulullah, Wasiat Nabi Sebelum Wafat, Cara Bershalawat yang Benar kepada Nabi, Keistimewaan Rasulullah, Kebiasaan Nabi Muhammad ﷺ, Rasulullah

Selain untuk membuat karakter shalawat tersebut, kita juga bisa membuat lafadz Allah (ﷲ), Muhammad (ﷴ), Basmalah (﷽), Jalla Jalaluhu (ﷻ)...

Lihat LebihDetails

Apa yang Terjadi Kalau Manusia Dewasa Tidur Malam Kurang dari 6 Jam?

Oleh Dini Koswarini
9 Juni 2025
0
Hal yang Tidak Boleh Dilakukan di Pagi Hari, Ciri Diabetes di Usia Muda, Muslim

Jika manusia dewasa tidur malam kurang dari 6 jam secara konsisten, ada berbagai dampak negatif yang bisa terjadi, baik jangka...

Lihat LebihDetails

Umur Dunia Ternyata Hanya 1500 Tahun?

Oleh Yudi
10 Juni 2025
0
Beramal Mengharap Dunia, Akhir Zaman

Pertanyaan tentang berapa lama umur dunia sering muncul dalam kajian-kajian Islam, terutama yang membahas akhir zaman.

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.