DALAM era transisi energi global menuju kendaraan listrik dan energi terbarukan, permintaan akan nikel melonjak tajam. Nikel merupakan logam penting untuk membuat baterai lithium-ion yang digunakan dalam mobil listrik, ponsel, dan berbagai perangkat elektronik. Namun, di balik perannya dalam mendukung energi bersih, industri tambang nikel menyimpan potensi dampak buruk yang serius terhadap lingkungan.
Berikut adalah beberapa kemungkinan dampak negatif dari aktivitas tambang nikel terhadap alam:
1. Kerusakan Hutan dan Hilangnya Keanekaragaman Hayati
Pertambangan nikel sering dilakukan di kawasan hutan tropis yang kaya akan flora dan fauna. Proses pembukaan lahan untuk tambang biasanya melibatkan penebangan hutan secara besar-besaran.
BACA JUGA: 7 Fakta Papua, dari Tambang Emas Terbesar di Dunia hingga Keanekaragaman Hayati
Dampaknya:
-
Kehilangan habitat satwa liar
-
Spesies endemik terancam punah
-
Menurunnya keanekaragaman hayati
Sebagai contoh, banyak wilayah di Sulawesi dan Maluku yang kehilangan hutan primer akibat ekspansi tambang nikel.
2. Pencemaran Air dan Laut
Salah satu risiko paling serius dari tambang nikel adalah kontaminasi air, baik air sungai maupun laut. Proses pencucian nikel (proses pelindian) menghasilkan limbah cair yang mengandung logam berat dan asam berbahaya.
Dampaknya:
-
Meningkatnya kadar logam berat seperti kromium, kobalt, dan besi di air
-
Matinya biota sungai dan laut
-
Gangguan pada sistem perikanan tradisional masyarakat pesisir
Di beberapa wilayah, tercatat perubahan warna air sungai menjadi kemerahan atau keabu-abuan akibat limbah tambang.
3. Erosi dan Longsor
Aktivitas tambang yang menggali dan mengupas lapisan tanah atas menjadikan wilayah sekitarnya rentan terhadap erosi dan longsor, terutama di musim hujan.
Dampaknya:
-
Kerusakan lahan pertanian
-
Banjir lumpur ke permukiman
-
Tingginya sedimentasi di sungai dan danau
Ini bisa memicu bencana ekologis yang luas dan merugikan masyarakat sekitar tambang.
4. Pencemaran Udara
Proses penambangan dan pemrosesan nikel juga menghasilkan debu dan emisi gas berbahaya, terutama dari pembakaran batu bara dalam smelter (pabrik pemurnian).
Dampaknya:
-
Kualitas udara menurun
-
Risiko penyakit pernapasan seperti asma, bronkitis, dan kanker paru
-
Gangguan kesehatan pada pekerja dan penduduk sekitar tambang
5. Konflik Sosial dan Kerusakan Sosial Budaya
Meski bukan dampak langsung terhadap alam, namun pertambangan sering menimbulkan konflik lahan antara perusahaan, pemerintah, dan masyarakat adat.
Dampaknya:
-
Hilangnya ruang hidup masyarakat lokal
-
Terganggunya tradisi dan adat istiadat
-
Ketimpangan ekonomi dan ketidakadilan distribusi hasil tambang
6. Jejak Karbon dan Pemanasan Global
Ironisnya, meskipun nikel digunakan dalam teknologi “ramah lingkungan”, proses penambangannya sangat intensif secara energi dan menghasilkan jejak karbon yang besar.
BACA JUGA: Diduga Terima Suap dari Pengusaha Tambang, Pejabat Kejagung Dicopot Jaksa Agung
Dampaknya:
-
Meningkatnya emisi karbon dari kendaraan berat dan proses peleburan
-
Menyumbang pada perubahan iklim global
-
Membatalkan sebagian manfaat lingkungan dari penggunaan mobil listrik
Tambang nikel memang memiliki nilai strategis dalam mendukung masa depan energi bersih. Namun, jika tidak diatur dengan ketat dan berkelanjutan, tambang ini justru dapat merusak lingkungan lebih parah daripada manfaat yang dihasilkannya.
Pemerintah, perusahaan tambang, dan masyarakat harus bersama-sama mencari jalan tengah: menambang secara bijak dan bertanggung jawab, dengan memperhatikan keberlanjutan ekologis dan keadilan sosial. []