• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Kamis, 26 Juni 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Dari Anda Opini

Hawa Nafsu dan Hasrat Ingin Berkuasa

Oleh Dini Koswarini
2 tahun lalu
in Opini
Waktu Baca: 4 menit baca
A A
0
Hawa Nafsu, orang shaleh, Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Aib

Foto: Unsplash

0
BAGIKAN

 

Hawa Nafsu dan Hasrat Ingin Berkuasa 1 Hawa NafsuOleh: Enzen Okta Rifai, Lc
Alumni perguruan tinggi International University of Africa, Republik Sudan
enzenoktarifai@gmail.com

JIKA kita tergoda oleh hawa nafsu, maka target pencapaian selalu kita kejar sampai di mana pun dan kapan pun. Misalnya, kita ingin meraih kemenangan dalam lomba tertentu, maka kita berlatih mati-matian untuk mencapai target hingga kita berhasil mencapai kesuksesan. Dengan demikian, boleh jadi harta dan popularitas akan mampu kita raih. Kadangkala, untuk mencapai sasaran yang dituju, manusia menggunakan cara-cara culas dan curang yang dilakukan sekehandak hatinya, sehingga ia dapat berhasil melalui jalan yang tidak fair, dan dengan demikian tidak diridhoi oleh Tuhan.

Bagi seorang yang bijak dan beradab, menang atau kalah akan dipasrahkan kepada ketentuan juri, setelah ia berusaha secara optimal. Secara moril, ia sudah siap menerima kemenangan, juga sudah siap menghadapi kekalahan dengan hati lapang dan terbuka. Demikian yang diajarkan Islam mengenai konsep sabar dan syukur. Jika hati sudah dekat dengan Allah, niscaya manusia akan dibekali kesabaran dan kelapangan untuk menerima kekalahan, bahkan hinaan dan caci-maki sekalipun. Maka, dalam hal kesuksesan pun ia akan memikulnya dengan kelapangan dan rasa syukur, serta tidak terperangkap dalam keangkuhan dan kesombongan.

ArtikelTerkait

Apa yang Terjadi Jika Makan Telur Tiap Hari?

The End of Medsos

Apa Itu Nimbus, Varian Baru Covid 19 yang Lagi Merebak?

Shalat Tahajud dan Derajat yang Mulia : Tadabur surat Al-Isra Ayat 79

Hawa nafsu, terutama nafsul ammarah, seringkali menjebak manusia ke dalam sifat hasad dan dendam kesumat. Boleh jadi karena dulunya ia pernah merasa tersakiti. Meskipun, bisa jadi pihak yang menyakiti itu sudah lupa karena berjalannya sang waktu, atau karena kesalahan yang dilakukannya atas dasar ketidaksengajaan atau ketidakpahaman akan suatu nilai tertentu. Melalui perjalanan waktu, sesuatu yang dulu kita anggap besar, boleh jadi ternyata hanya masalah sepele yang sudah tak mengandung arti apa-apa di mata banyak orang. Namun, yang sepele akan tetap menjadi besar, bahkan akan dianggap semakin besar oleh seseorang yang suka memelihara sifat hasad, sehingga hati dan jiwanya tetap picik dan sempit.

BACA JUGA:  Nietzsche dan Filsafat Nabi

Godaan hawa nafsu kadang membuat manusia sibuk mengejar target dan sasarannya untuk membalas perlakuan pada si Z, sementara dia sudah mengorbankan ABCD dan seterusnya di tengah perjalanan. Pokoknya, dia bersikeras menaklukkan si Z, padahal nasib hidup Z sepenuhnya berada di tangan Allah. Ambisi dan keserakahan untuk menaklukkan si Z menjadi agenda utama baginya. Padahal, ketentuan untuk mencapai target bukan mutlak di tangannya, tetapi imajinasinya tergoda oleh suatu keyakinan, seolah-olah hasil akhir pasti berada di tangannya.

Restoran Padang, pintu setan, Adab Bertakziah, Miqdad bin Amr, Hawa Nafsu
Foto: Pinterest

Di sisi lain, justru target yang dicapai Iblis (setan) sebagai sang penggoda sudah mencapai sasarannya, manakala orang yang digodanya bersifat pemarah, tamak dan serakah, terlepas apakah yang menjadi korban adalah si Z atau bukan. Bagi Iblis, tak ada urusan, apakah orang itu berhasil atau tidak dalam rangka menaklukkan si Z. Yang pasti si ABCD dan seterusnya telah menjadi korban dari sifat amarah dan kedengkiannya.

Rumus itulah setidaknya, yang membuat Imam Ali bin Abi Thalib pernah berfatwa: “Tidak sama orang yang mencari-cari kesalahan walaupun sudah berhasil diraihnya, ketimbang orang yang mencari kebenaran walaupun belum berhasil diperolehnya.”

Kadangkala ada jalan mulus yang diraih seseorang, meskipun menyimpang dari agama dan jalan Tuhan. Ia akan tetap dibiarkan untuk mencapai titik keberhasilannya, sampai akhirnya ia akan dipaksa oleh keadaan, bahwa sesuatu yang diraih secara tidak baik (halal) pasti akan mengundang kehinaan dan malapetaka. Tak peduli apakah yang diperjuangkannya itu berlabel religius atau bukan, karena hakikat yang diperjuangkan tergantung kepada niatnya. Untuk itu, para ulama sufi menyatakan, bahwa amalan bersifat duniawi yang ditujukan untuk akhirat, jauh lebih mulia ketimbang amalan bersifat ukhrawi (agama) namun hanya diperuntukkan bagi kepentingan duniawi belaka.

Karena kehidupan dunia ini hanya sepintas dan sekejap mata, maka dalam penilaian Allah, tak penting Anda menang atau kalah dalam perlombaan untuk mencapai kursi jabatan dan kedudukan politik. Yang terpenting Anda bersikap jujur dan fair atau tidak, dalam rangka menjalani perlombaan tersebut. Ketika Anda menang maka Anda bersikap legawa dan rendah-hati, dan ketika Anda kalah, Anda akan menerima dengan sabar dan lapang-hati, itulah yang terbaik dalam pandangan Tuhan. Untuk apa kesuksesan yang hanya sekejap itu Anda kejar mati-matian, sementara Anda merelakan diri sebagai “manusia terhina” di mata Allah?

Tak jadi soal Anda terhinakan di mata manusia, namun hakikatnya mulia di mata Allah. Ketimbang Anda memaksakan diri agar terlihat mulia di mata manusia namun hakikatnya hina dan kotor di mata Allah. Untuk apa mengejar kemuliaan (popularitas) di mata manusia, yang sifatnya semata-mata fana dan semu belaka? Alangkah bodohnya orang yang mengorbankan kenikmatan yang abadi, hanya untuk mendapatkan kenikmatan semu dan sekejap mata saja. Alangkah hinanya orang yang mengorbankan kemenangan sejati, hanya untuk meraih kemenangan yang instan dan sesaat belaka.

Konon, untuk mencapai tingkat popularitas, kekayaan dan kekuasaan, manusia sampai nekat menggadaikan jiwanya kepada Raja Iblis (Jin Ifrit). Setidaknya itulah kisah yang pernah dialami Nabi Sulaiman dalam Alquran maupun kitab-kitab terdahulu. Kisah itu pun diadaptasi oleh sastrawan Jerman, Wolfgang Goethe, mengenai seorang ilmuwan yang menggadaikan jiwanya pada sang Raja Iblis, yang kemudian ilmuwan tersebut menjadi takluk dan tunduk untuk menjalani hidup dalam bimbingan sang Raja Iblis.

Ibrahim bin Adam, Hawa Nafsu
Foto: Aldi/Islampos

Dalam cerpen yang ditulis Hafis Azhari, “Kunjungan Iblis Mefisto” (radarntt.co), memberikan gambaran jelas, agar manusia terhindar dari godaan hawa nafsu, yang dipersonifikasi melalui godaan Iblis Mefisto yang hendak merenggut kembali talenta atau bakat yang dimiliki sang penulis. Maka, terjadilah dialog intensif, bahwa bakat yang dimiliki manusia hakikatnya adalah anugerah Allah yang patut disyukuri. Namun kemudian, Iblis Mefisto mengklaim bahwa keahlian itu berkat pemberian bos dan atasannya.

BACA JUGA:  Karakteristik Setan

Ditunggu, ditunggu, akhirnya sang penulis melepas bakat yang dimilikinya, serta memasukkannya ke dalam kotak yang disodorkan si Mefisto. Namun, karena di dalam kotak itu terkandung karya-karya penulis yang mengagungkan kebesaran dan keadilan Tuhan, maka tersungkurlah Mefisto lantaran ia tak sanggup lagi memikul beban berat di pundaknya. Akhirnya, bakat itu pun diserahkan kembali kepada sang penulis, dan Iblis Mefisto lari tunggang langgang dengan kotak kosong yang terpikul di pundaknya.

Dengan demikian, hawa nafsu dapat ditaklukkan dan dikendalikan oleh kekuatan iman dan ilmu yang mumpuni. Sebab pada prinsipnya, iman tanpa ilmu dapat menjerumuskan manusia ke lembah kesesatan, sedangkan ilmu tanpa iman akan membuat manusia menjadi angkuh dan sombong. Padahal sejatinya, apa yang dimiliki oleh setiap manusia, hanyalah setetes air di lautan samudera yang maha luas. []

Kirim tulisan Anda ke Islampos. Isi di luar tanggung jawab redaksi. Silakan kirim ke: islampos@gmail.com, dengan ketentuan tema Islami, pengetahuan umum, renungan dan gagasan atau ide, Times New Roman, 12 pt, maksimal 650 karakter.

Tags: Hawa NafsuKekuasaan
ShareSendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Bawaslu Dorong Masyarakat Berani Tolak Politik Uang

Next Post

Bertemu di Jeddah, Menag Yaqut dan Menhaj Taufiq Bahas Persiapan Haji 1445 H

Dini Koswarini

Dini Koswarini

Terkait Posts

telur

Apa yang Terjadi Jika Makan Telur Tiap Hari?

16 Juni 2025
Threads

The End of Medsos

14 Juni 2025
Syarat Taubat Diterima, Waktu Mustajab untuk Berdoa, Hukum Menggunakan Masker ketika Shalat, Waktu Berdoa yang Mustajab, Hadits tentang sabar, Sedekah Shubuh, ibadah, keutamaan berdoa, Syarat Taubat, Waktu Mustajab untuk Berdoa di Hari Jumat, Hukum Menghadiahkan Al-Fatihah untuk Diri Sendiri, Doa Memohon Ampunan pada Allah SWT, Perkara Iman, Istighfar,Hukum Meminta Doa dari Orang Lain, Nimbus

Apa Itu Nimbus, Varian Baru Covid 19 yang Lagi Merebak?

13 Juni 2025
Batas Shalat 5 Waktu, Shalat Sunnah, Sunnah dalam Shalat, Shalat Tahajud

Shalat Tahajud dan Derajat yang Mulia : Tadabur surat Al-Isra Ayat 79

31 Mei 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Buka Puasa, Mie Instan

Apa Akibat Makan Mi Instan Tiap Hari?

Oleh Saad Saefullah
25 Juni 2025
0

sykes-picot

Apa Itu Konspirasi Sykes-Picot: Awal Perpecahan Dunia Islam?

Oleh Saad Saefullah
25 Juni 2025
0

Raja Faisal

Di Balik Pembunuhan Raja Faisal Saudi: Tragedi yang Menggemparkan Dunia Islam

Oleh Saad Saefullah
25 Juni 2025
0

Durasi Jalan Kaki, Pergaulan Bebas, Akhir Zaman

10 Perilaku Aneh di Akhir Zaman yang Sudah Disebutkan Nabi Muhammad

Oleh Dini Koswarini
25 Juni 2025
0

poligami

7 Nasihat untuk Suami yang Ingin Poligami Tapi Tak Mampu Secara Finansial

Oleh Yudi
25 Juni 2025
0

Terpopuler

5 Negara Paling Aman, Jika Terjadi Perang Dunia, Ternyata Ada Indonesia!

Oleh Haura Nurbani
23 Juni 2025
0
Alasan kenapa Hidup di Indonesia Itu Enak Banget

Berikut ini lima  negara yang dianggap paling aman jika terjadi perang dunia — dan ya, Indonesia termasuk di dalamnya!

Lihat LebihDetails

Pemuda Sering Istimta’, Bagaimana Menghentikannya?

Oleh Saad Saefullah
29 Mei 2022
0
Pokok Maksiat, Makna Kata Fitnah, luka

Segala sesuatu yang mendatangkan keburukan dan fitnah pada diri Anda, hendaknya Anda jauhi.

Lihat LebihDetails

Orang yang Mudah Didatangi Rezeki

Oleh Haura Nurbani
24 Juni 2025
0
Penyebab Datangnya Rezeki, Hukum Arisan, Nafkah yang Haram

Hal ini menimbulkan pertanyaan: apa rahasia di balik kemudahan rezeki yang mereka alami.

Lihat LebihDetails

10 Perilaku Aneh di Akhir Zaman yang Sudah Disebutkan Nabi Muhammad

Oleh Dini Koswarini
25 Juni 2025
0
Durasi Jalan Kaki, Pergaulan Bebas, Akhir Zaman

Di antara tanda-tanda akhir zaman yang disampaikan Rasulullah ﷺ adalah munculnya berbagai perilaku aneh dan menyimpang dari fitrah manusia.

Lihat LebihDetails

Inilah Negara yang Pertama Kali Temukan Kopi Sebelum Menyebar ke Seluruh Dunia

Oleh Yudi
24 Juni 2025
0
fakta menarik tentang indonesia, fakta kopi indonesia, kopi

Kemunculan kedai kopi modern seperti Starbucks, Dunkin’, hingga tren third wave coffee menjadikan kopi sebagai gaya hidup global.

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.