• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Senin, 21 Juli 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Dari Anda Opini

Shalat Tahajud dan Derajat yang Mulia : Tadabur surat Al-Isra Ayat 79

Kita ummatnya ini dianjurkan oleh Nabi ﷺ supaya melakukan juga tahajjud itu, bangun menyentak dari tidur sepertiga malam.

Oleh Haura Nurbani
2 bulan lalu
in Opini
Waktu Baca: 9 menit baca
A A
0
Batas Shalat 5 Waktu, Shalat Sunnah, Sunnah dalam Shalat, Shalat Tahajud

Foto: Freepik

0
BAGIKAN

Shalat Tahajud dan Derajat yang Mulia : Tadabur surat Al-Isra Ayat 79 1 Shalat TahajudDALAM riuhnya dunia yang tak pernah benar-benar diam, manusia sering kali terjebak dalam putaran waktu yang memusingkan. Pagi datang terburu-buru, siang hilang tanpa terasa, dan malam pun kadang lewat begitu saja tanpa makna. Saat kebanyakan jiwa terlelap dalam mimpi, Allah membuka pintu langit, menawarkan kehangatan kasih-Nya kepada hamba-hamba yang rela bangun, menghadap, dan bermunajat dalam kesunyian.  Shalat Tahajjud,

Dalam Al-Qur’an, Allah menyingkap keutamaan waktu ini secara khusus dalam Surat Al-Isra ayat 79.

Ayat ini bukan hanya penanda teknis waktu salat, tetapi juga mengandung makna filosofis dan spiritual yang dalam. Ia adalah panggilan lembut dari langit kepada manusia agar tidak larut dalam gelap, dan senantiasa menjemput cahaya melalui perjumpaan dengan Tuhan dalam salat. Artikel ini akan mengulas bagaimana implementasi dari ayat tersebut dapat membentuk ketenangan batin, kedisiplinan diri, hingga menghidupkan kesadaran spiritual di tengah rutinitas duniawi yang penuh distraksi.

Berikut Ayat dan Terjemahnya :

ArtikelTerkait

5 Prinsip Emas Bisnis Rasulullah yang Relevan Sepanjang Zaman

Apa yang Terjadi Jika Makan Telur Tiap Hari?

The End of Medsos

Apa Itu Nimbus, Varian Baru Covid 19 yang Lagi Merebak?

وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِه نَافِلَةً لَّكَۖ عَسٰٓى اَنْ يَّبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُوْدًا

“Pada sebagian malam lakukanlah salat tahajud sebagai (suatu ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.”

Firman وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ di dalam tafsir Al-Munir dijelaskan bahwa shalat tahajud merupakan ibadah fardhu bagi Nabi Muhammad saw.. Makna ayat di atas, bangunlah untuk melakukan shalat pada sebagian malam. Ini adalah perintah pertama untuk Nabi ﷺagar melakukan shalat malam selain lima shalat yang fardhu.

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa Nabi ﷺditanya, “Shalat apa yang paling afdhal setelah shalat fardhu?” Beliau menjawab, “Shalat malam.” Oleh karena itu, Allah SWT memerintahkan Rasul-Nya, selain melaksanakan shalat fardu, juga untuk melakukan shalat malam karena tahajud adalah shalat yang dilakukan setelah tidur. Diriwayatkan bahwa sejumlah sahabat mengatakan bahwa Nabi ﷺmelakukan shalat tahajud setelah tidur.

Firman Allah نَافِلَةً لَّكَۖ, artinya, ibadah tambahan untukmu selain shalat lima waktu. Ibadah ini khusus untukmu, bukan untuk umatmu: ia fardhu bagimu dan tidak fardhu bagi orang lain. Bagi umatmu ia adalah sunah.

Inilah pendapat yang kuat. Ada pendapat lain mengatakan bahwa shalat malam bagi Nabi ﷺ adalah sunah karena dosa-dosa beliau yang terdahulu dan yang belakangan telah diampuni. Adapun bagi umat beliau, Shalat-shalat sunah membuat diampuninya dosa-dosa mereka.

BACA JUGA: 11 Keistimewaan Shalat Tahajud, dan Jika Rutin, Lihatlah Keajaibannya pada Dirimu

Ibnu Jarir membantah pendapat ini karena Nabi saw, diperintahkan untuk beristighfar (memohon ampun).
“Dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima tobat.” (anNashr:3)

Dalam satu hari, Nabi ﷺ beristighfar lebih dari seratus kali. Semakin dekat seorang hamba dari Allah, semakin meningkat rasa takutnya kepada-Nya walaupun Allah telah menjamin keselamatannya. Posisi ini hanya diketahui oleh mereka yang mendapatkannya.

عَسٰٓى اَنْ يَّبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُوْدًا lakukanlah apa yang Aku perintahkan kepadamu agar pada hari Kiamat, Kami menempatkan kamu pada tempat yang terpuji yang membuatmu dipuji oleh seluruh makhluk, juga dipuji oleh Pencipta mereka Tabaraka wa Ta’ala. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Katsir.

Para mufassir sepakat, sebagaimana dikatakan oleh al-Wahidi, bahwa posisi memberi syafaat teragung adalah dalam menggugurkan hukuman. Tempat yang terpuji ini, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Jarir, ialah tempat atau kedudukan Nabi ﷺpada hari Kiamat untuk memberikan syafaat kepada orang-orang agar Allah mengeluarkan mereka dari kesulitan yang sangat berat pada hari itu.

Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Nabi ﷺ, tentang firman Allah SWT,

عَسٰٓى اَنْ يَّبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُوْدًا

Beliau bersabda :

هُوَ المَقَامُ الَّذِي اَشْفَعُ لِاُمَّتِي فِيْهِ

“Itu adalah kedudukan yang padanya aku memberikan syafaat kepada umatku.”

Sedangkan di dalam Tafsir Al-Qurtubi dijelaskan Firman Allah SWT: وَمِنَ الَّيْلِ “ Dan pada sebahagian malam hari” مِنَ untuk menunjukkan arti sebagian, sedangkan huruf Fa dalam firman-Nya: فَتَهَجَّدْ “Bersembahyang tahajudlah kamu” sebagai penyesuai dengan sesuatu yang disembumyikan. Maksudnya, bangkit dan shalat tahajjudlah engkau. بِه maksudnya, dengan Al Qur‘an. Tahajjud dari kata hujuud yang artinya kebalikan. Dikatakan, نَامَ هَجَدَ (tidur) dan هَجَدَ سَهَرَ {begadang) selalu berlawanan.”

Firman Allah SWT: نَافِلَةً لَّكَۖ “ Sebagai suatu ibadah tambahan bagimu .” Maksudnya, sebagai kemuliaan dan kesenangan bagi kalian D emikian dikatakan oleh Muqatil. Para ulama berbeda pendapat mengenai apakah shalat tahajud khusus untuk Nabi SAW tanpa umatnya. Ada yang berpendapat, “Shalat malam adalah fardhu atas beliau. Hal itu berdasarkan firman-Nya: نَافِلَةً لَّكَۖ ( sebagai suatu ibadah tambahan bagimu)”. Maksudnya, ibadah tambahan atas suatu ibadah fardhu yang rutin atas umat.

Ada yang mengatakan : “Shalat malam (baca: tahajjud) adalah tathawwu ’ (sunah) bagi beliau yang pada awalnya adalah wajib atas setiap orang. Kemudian hukum wajib dihapus sehingga tahajjud itu menjadi sunah setelah sebelumnya fardhu.” Sebagaimana yang dikatakan Aisyah, hal ini akan dijelaskan dalam tafsir surah Al Muzzammil insya Allah Ta ‘ala.

Dengan demikian maka perintah itu menjadi tanaful (tambahan) dalam kerangka sunah dan pesannya kepada Nabi ﷺ karena beliau adalah orang yang sudah diampuni. Maka jika beliau melakukan shalat sunah (yang tidak wajib atas beliau) maka yang demikian itu menjadi tambahan atas derajat beliau, sedangkan bagi ummatnya maka tathawwu’ mereka menjadi penghapus dan penambalan atas kekurangan dalam ibadah fardhu. Mujahid dan lain-lainnya j uga berpendapat demikian.

Ada pula yang mengatakan makanannya adalah ‘athiyah (pemberian). Karena seorang hamba tidak akan mendapatkan kebahagiaan pemberian yang lebih utama daripada taufik untuk melakukan ibadah.

Firman Allah SWT: عَسٰٓى اَنْ يَّبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُوْدًا “ Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji .” Para ulama berbeda pendapat berkenaan dengan مَقَامًا مَّحْمُوْدًا ‘ tempat yang terpuji’ menjadi empat pendapat:

Pendapat pertama: (Dan ini pendapat yang paling benar). Syafaat bagi orang banyak pada hari kiamat. Demikian dikatakan oleh Hudzaifah bin Al Yaman.

Sedangkan di dalam Shahih Al Bukhari dari Ibnu Umar, ia berkata. “Sungguh semua manusia di hari kiamat akan menjadi kelompok-kelompok. Setiap umat akan mengikuti Nabinya dengan mengatakan, ‘Hai Fulan, berilah syafaat’. Hingga syafaat itu berakhir pada Nabi ﷺHal itu terjadi pada hari beliau dibangkitkan oleh Allah berada di tempat yang terpuji

Jika telah jelas bahwa مَقَامًا مَّحْمُوْدًا  adalah perkara syafaat yang menj adikan para nabi saling melempar hingga akhirnya terhenti pada Nabi kita Muhammad ﷺ sehingga beliau memberikan syafaat itu untuk orang-orang yang sedang berada di tempat berhimpun agar disegerakan hisab mereka lalu di istirahatkan dari kondisi yang sangat mendebarkan di tempat mereka berada, adalah sesuatu yang khusus pada beliau ﷺ.

Adapun di dalam Tafsir Munir karya Wahbah Azzuhaili dikatakan bahwa Kata فَتَهَجَّدْ tahajjad terambil dari kata (هجود ) hujuda yang berarti tidur. Kata tahajjad dipahami oleh al-Biga’i dalam arti tinggalkan tidur untuk melakukan shalat. Shalat ini dinamai juga Shalat Lail/Shalat Malam, karena la dilaksanakan di waktu malam yang sama dengan waktu tidur. Ada juga yang memahami kata tersebut dalam arti bangun dan sadar sesudah tidur.

Tahajjud kemudian menjadi nama shalat tertentu, karena yang melakukannya bangun dari tidurnya untuk melaksanakan shalat. Shalat ini terdiri dari dua sampai delapan rakaat.

Apakah ia harus dilaksanakan sesudah tidur? Jika Anda memahami kata tahajjud dalam pengertian bangun sesudah tidur, maka shalat dimaksud baru memenuhi syarat, jika dilaksanakan setelah yang bersangkutan tidur.

Dalam konteks ini al-Gurthubi dalam tafsirnya menyebut satu riwayat yang menyatakan bahwa sahabat Nabi ﷺal-Hayjaj Ibn “Umar berkata: “Apakah kalian mengira bila melaksanakan shalat sepanjang malam bahwa dengan demikian kalian telah bertahajjud? Sesungguhnya tahajjud tidak lain kecuali shalat sesudah tidur, kemudian shalat (lagi) sesudah tidur, kemudian shalat lagi sesudah tidur. Demikianlah shalat Rasulullah saw.”
Jika Anda memahaminya dalam arti shalat lail, maka shalat tahajjud dapat dilaksanakan walau sebelum tidur.

Dalam konteks ini kita dapat persamakan perintah shalat tahajjud di sini dengan perintah-Nya pada awal Q.S. al-Muzzammil di sana Allah swt memerintahkan Rasul SAW untuk melaksanakan shalat malam sambil menjelaskan bahwa Nasyi ‘at al-Lail (bangun di waktu malam) adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan (Q.S. al-Muzzammil (731: 6).

Kata عَسٰٓى asa biasa digunakan-dalam arti harapan. Tetapi tentu saja harapan tidak menyentuh Allah swt., karena harapan mengandung makna ketidakpastian, sedang tidak ada sesuatu yang tidak pasti bagi-Nya. Atas dasar itu, sementara ulama memahami kata tersebut dan semacamnya dalam arti harapan bagi mitra bicara.

Dalam konteks ayat ini, Rasul ﷺ diperintahkan untuk melaksanakan tuntunan di atas, disertai dengan harapan kiranya Allah menganugerahkan beliau magaman mahmiidan. Ada juga yang berpendapat bahwa kata عَسٰٓى asa dalam al-Qur’an, bila disertai dengan kata yang menunjuk Allah swt. sebagai pelakunya, maka harapan itu menjadi kepastian. Dan dengan demikian ayat ini menjanjikan Nabi Muhammad ﷺ janji yang pasti bahwa Allah swt. akan menganugerahkan beliau maqam itu.

Kataمَقَامًا مَّحْمُوْدًا maqaman mahmudan dapat berarti kebangkitan yang terpuji, bisa juga di tempat yang terpuji. Apapun yang Anda pilih, kedua makna ini benar dan akhirnya bertemu. Ayat ini tidak menjelaskan apa sebab pujian dan siapa yang memuji. Ini berarti bahwa yang memujinya semua pihak, termasuk semua makhluk.

Makhluk memuji karena mereka merasakan keindahan dan manfaat yang mereka peroleh bagi diri mereka. Nah, dari sini bertemulah analisis ini dengan sekian banyak riwayat dan dari berbagai sumber yang menyatakan bahwa maqam terpuji itu adalah syafaat terbesar Nabi Muhammad ﷺ pada hari Kebangkitan.

Di hari Kiamat nanti, setelah kebangkitan manusia dari kubur dan ketika mereka berada di Padang Mahsyar, sengatan panas matahari sangat perih dirasakan lebih-lebih bagi yang bergelimang dengan dosa. Keringat manusia bercucuran sesuai dengan dosa masing-masing, sampai-sampai ada di antara mereka yang keringatnya hampir menenggelamkan badannya sendiri. Demikian bunyi suatu riwayat.

Rasa takut menyelimuti jiwa setiap orang. Pada situasi yang sangat mencekam di Padang Mahsyar itulah, Allah swt. menunjukkan secara nyata betapa tinggi kedudukan Nabi Muhammad ﷺ di sisi-Nya. Ketika itu—sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, manusia saling pandang-memandang, mencari siapa gerangan yang dapat diandalkan untuk bermohon kepada Allah agar situasi yang mencekam dan sengatan matahari itu dapat dielakkan.

Mereka pergi kepada Adam, Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa as., tetapi semua Nabi mulia itu menolak dan menyebut dosa masing-masing sambil berkata: “Nafsi – nafsi” (diriku sendiri, diriku sendiri), kecuali Nabi “Isa as. yang juga menolak tanpa menyebut dosa. Akhirnya mereka menuju ke Nabi Muhammad ﷺ Beliau menerima permohonan mereka dan bermohon setelah menyampaikan pujian kepada Allah swt., pujian yang belum pernah terucapkan sebelumnya. Allah swt. memerintahkan beliau mengangkat kepala sambil bermohon, maka beliau berkata singkat: “Tuhanku, umatku-umatku.” (HR. Bukhari, Muslim dan lain-lain melalui Abi Hurairah).

Syafaat ini dinamai juga Syafaat terbesar. Dan inilah yang dimaksud dengan al-Maqom al-Mahmud atau Kedudukan yang mulia yang dijanjikan dalam ayat di atas. Ini jugalah yang dimaksud oleh sabda Nabi ﷺ yang menyatakan bahwa: “Setiap nabi mempunyai doa yang dikabulkan Allah swt., mereka semua telah bergegas memohonkannya, sedang aku menangguhkan permohonanku (sampai hari Kemudian) untuk memohonkan syafaat bagi umatku.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Adapun di dalam Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka dijealskan bahwa, Tahajjud artinya ialah bangun dari tidur, lalu dijadikan nama dari sembahyang malam. Abdullah bin Umar menjelaskan bahwa sembahyang tahajjud itu ialah tidur dahulu, baru bangun, ambil wudhu dan sembahyang Nafilatan laka; kita artikan tambahan untukmu!

Ulama-ulama mengartikan Nafilatan di sini sebagai kewajiban tambahan yang khas buat Nabi ﷺ. Artinya selain dari yang lima waktu bagi beliau sendiri bertambah satu kewajiban lagi yaitu sembahyang tahajjud. Yang berpendapat begini ialah Ibnu Abbas menurut riwayat aI-‘Aufi, demikian juga salah satu pendapat dari Imam Syafi‘i, dan pendirian begini pula yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Dan memang beliau s.a.w. melakukannya dengan tidur terlebih dahulu.

عَنْ اَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله ُ عَنْهُ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَي الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ : أَنَّهُ سُئِلَ اَيُّ الصَّلاَةِ أَفْضَلُ بَعْدَ المَكْتُوْبَةِ ؟ قَالَ : صَلاَة اللَّيلِ

“Daripada Abu Hurairah moga-moga ridha Allah baginya, daripada Rasulullah ﷺ, bahwasanya beliau ditanyai orang: “Apakah sembahyang yang lebih utama (afdhal) sesudah sembahyang yang lima waktu? ”Beliau menjawab: “Sembahyang malam.” (Riwayat Muslim)

Menurut sebuah Hadis pula yang dirawikan oleh Termidzi dari Abu Hurairah, pernah ditanyakan orang langsung kepada Rasulullah ﷺ tentang maksud “maqam yang mahmud” itu lalu beliau jawab: Maqaman Mahmudan ialah syafaat dan Termidzi mengatakan bahwa Hadis yang dirawikannya dari Abu Hurairah itu adalah Hasan dan Shahih.

Ulama-ulama tafsir menafsirkan bahwa berkat syafaat Rasulullah ﷺ dengan maqaman mahmudan itu, Tuhan Allah dapat meringankan hukuman bagi orang yang terhukum. Ibaratnya adalah sebagai di dunia ini juga, bahwasanya Undang-undang Hukum berlaku sebagaimana mestinya, tetapi Tuhan Allah berhak memberi karunia ampun bagi barangsiapa yang dikehendakiNya, karena permohonan daripada hambaNya yang dikasihiNya, Muhammad ﷺ dan menilik kepada Hadis-hadis tentang syafaat ini, bahwa yang diberi syafaat bukan saja ummat Muhammad, tetapi seluruh ummat manusia.

Ahli tafsir pun mengatakan bahwasanya maqaman mahmudan atau tempat yang terpuji itu dapat tercapai karena pada tengah malam yang hening sepi itu Nabi ﷺ telah dapat mengheningkan ciptanya terhadap Allah SWT, dan bertambah dekatlah hubungannya dengan Tuhan. Sedangkan kita ummatnya ini dianjurkan oleh Nabi ﷺ supaya melakukan juga tahajjud itu, bangun menyentak dari tidur sepertiga malam.

Dikatakan oleh Rasulullah bahwa pada penghabisan malam itu Allah turun ke langit dunia untuk mendengarkan kalua kalau ada hambanya yang meminta taubat, akan diberinya taubat. Kalau ada yang meminta ampun, akan diberinya ampun.

Dengan demikian bertambah naiklah martabat jiwa ummat tadi; sampai tercapai maqam yang mahmud. Sedangkan buat ummat begitu, apatah lagi keistimewaan terhadap Rasulullah ﷺ sendiri.

Mubasabah Ayat 78, 79, dan 80 dalam Surat Al-Isra merupakan rangkaian bimbingan Allah kepada Nabi Muhammad ﷺ yang saling terkait erat. Ayat 78 memerintahkan Nabi untuk menjaga salat fardu ibadah wajib yang menjadi fondasi kekuatan ruhani. Lalu, ayat 79 melanjutkan dengan anjuran untuk melaksanakan shalat tahajud sebagai ibadah tambahan yang lebih pribadi dan sunyi, sebagai jalan menuju derajat yang mulia (maqām maḥmūd).

Ini menunjukkan bahwa keistimewaan spiritual tidak hanya diraih dengan kewajiban, tetapi juga melalui kesungguhan dalam ibadah malam. Selanjutnya, ayat 80 menjadi penutup yang menyentuh: sebuah doa Nabi untuk memohon kekuatan, keteguhan, dan perlindungan dalam menjalankan misi dakwah yang berat. Tiga ayat ini membentuk satu alur utuh—dari perintah, anjuran, hingga permohonan—sebagai panduan spiritual menghadapi perjuangan hidup.

Ayat ini menyimpan pesan mendalam tentang kekuatan spiritual yang lahir dari kesendirian yang penuh makna. Di saat dunia terlelap dan suara kehidupan mulai meredup, Allah justru memanggil hamba-Nya untuk bangkit. Bukan sekadar bangun secara fisik, tetapi bangun secara ruhani menghidupkan jiwa yang penat, menyucikan hati yang berat.

BACA JUGA: Ciri-ciri Orang yang Sering Shalat Tahajud

Shalat tahajud bukanlah kewajiban, tetapi hadiah istimewa. Ia adalah jalan sunyi menuju derajat mulia maqām maḥmūd yang Allah janjikan bagi mereka yang memilih untuk setia di hadapan-Nya, ketika tak ada yang melihat kecuali Dia. Ini adalah bentuk cinta yang paling personal antara hamba dan Tuhannya.

Dalam konteks kehidupan modern yang serba sibuk, di mana waktu sering habis untuk urusan duniawi, tahajud menjadi ruang eksklusif untuk merawat keikhlasan, membangun hubungan vertikal yang sering terabaikan. Ia melatih disiplin, membentuk ketenangan batin, dan menjadi pengingat bahwa keberhasilan sejati dimulai dari kedekatan dengan Allah.

Tahajud mengajarkan bahwa kemuliaan tidak selalu dicapai di siang hari, di tengah sorotan atau pujian manusia, melainkan dalam kesunyian malam, dalam doa-doa yang tak terdengar oleh siapa pun kecuali Allah. Maqām maḥmūd bukan hanya tentang posisi di akhirat, tapi juga bisa dimaknai sebagai kemuliaan akhlak, kejernihan hati, dan kekuatan jiwa dalam menghadapi hidup.

Kemuliaan bukanlah hasil dari kesibukan tanpa arah, tetapi dari keheningan yang penuh makna. Siapa yang sanggup menjaga hubungan dengan Allah saat semua orang tertidur, maka Allah akan menjaga posisinya saat semua orang bangun. []

Kirim tulisan Anda ke Islampos. Isi di luar tanggung jawab redaksi. Silakan kirim ke: islampos@gmail.com, dengan ketentuan tema Islami, pengetahuan umum, renungan dan gagasan atau ide, Times New Roman, 12 pt, maksimal 650 karakter. Sertakan foto diri, Kartu Tanda Identitas (KTP/KTP/SIM), akun media sosial (IG, Facebook, atau Tiktok), dan imel.

Tags: Shalat Tahajud
ShareSendShareTweetShareScan
ADVERTISEMENT
Previous Post

Kenapa Aku Tidak Mau Berqurban, Padahal Aku Mampu?

Next Post

Mengapa Ibu Hamil Tidak Boleh Stress, Apa Bahayanya bagi Janin dalam Kandungan?

Haura Nurbani

Haura Nurbani

Terkait Posts

Leasing, Bisnis

5 Prinsip Emas Bisnis Rasulullah yang Relevan Sepanjang Zaman

11 Juli 2025
telur

Apa yang Terjadi Jika Makan Telur Tiap Hari?

16 Juni 2025
Threads

The End of Medsos

14 Juni 2025
Syarat Taubat Diterima, Waktu Mustajab untuk Berdoa, Hukum Menggunakan Masker ketika Shalat, Waktu Berdoa yang Mustajab, Hadits tentang sabar, Sedekah Shubuh, ibadah, keutamaan berdoa, Syarat Taubat, Waktu Mustajab untuk Berdoa di Hari Jumat, Hukum Menghadiahkan Al-Fatihah untuk Diri Sendiri, Doa Memohon Ampunan pada Allah SWT, Perkara Iman, Istighfar,Hukum Meminta Doa dari Orang Lain, Nimbus

Apa Itu Nimbus, Varian Baru Covid 19 yang Lagi Merebak?

13 Juni 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Melakukan Perubahan, sifat jujur, orang yang meninggalkan shalat, istidraj, FITNAH, SYAHWAT, maksiat, bunuh diri, dosa, maksiat, taubat

5 Alasan Jangan Mengungkit Dosa Masa Lalu Seseorang yang Sudah Bertaubat

Oleh Yudi
14 Juli 2025
0

agar tidak mengulangi dosa, mengganti shalat wajib, dosa jariyah, mandi, dosa, shalat

Jangan Tinggalkan Shalat Meski Badan Kotor saat Kerja, Tidak Semua Kotor Itu Najis

Oleh Yudi
14 Juli 2025
0

Senin

Jangan Lagi Bilang “Nggak Suka Senin!”

Oleh Dini Koswarini
14 Juli 2025
0

Cerai, Sebab Zina Dilarang dalam Islam, zina, Penyebab Lelaki Selingkuh, Talak

Talak: Halal yang Dibenci, Senjata Iblis untuk Memecah Belah

Oleh Saad Saefullah
13 Juli 2025
0

Laporan Donasi Islampos Juli 2025: Alhamdulillah, Sudah Terkumpul Rp2.390.999! 2 Shalat Tahajud

Laporan Donasi Islampos Juli 2025: Alhamdulillah, Sudah Terkumpul Rp2.390.999!

Oleh Saad Saefullah
13 Juli 2025
0

Terpopuler

5 Alasan Jangan Mengungkit Dosa Masa Lalu Seseorang yang Sudah Bertaubat

Oleh Yudi
14 Juli 2025
0
Melakukan Perubahan, sifat jujur, orang yang meninggalkan shalat, istidraj, FITNAH, SYAHWAT, maksiat, bunuh diri, dosa, maksiat, taubat

Padahal, mengungkit dosa masa lalu seseorang yang sudah bertaubat adalah perbuatan yang dilarang dalam Islam dan sangat dibenci Allah.

Lihat LebihDetails

Cara Singkat Tulis ‘Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ﷺ di Microsoft Word, Ini Dia

Oleh Saad Saefullah
19 Oktober 2024
1
Nabi Muhammad Keutamaan Membaca Sholawat, Waktu Terbaik Bershalawat, Sholawat, Ciri Fisik Rasulullah, Wasiat Nabi Sebelum Wafat, Cara Bershalawat yang Benar kepada Nabi, Keistimewaan Rasulullah, Kebiasaan Nabi Muhammad ﷺ, Rasulullah

Selain untuk membuat karakter shalawat tersebut, kita juga bisa membuat lafadz Allah (ﷲ), Muhammad (ﷴ), Basmalah (﷽), Jalla Jalaluhu (ﷻ)...

Lihat LebihDetails

85 Motto Hidup dari Kutipan Ayat Alquran

Oleh Eneng Susanti
17 Januari 2023
0
motto hidup ayat Alquran, cara menjadikan Al-Qur'an sebagai penyembuh

SAHABAT mulia Islampos, ada banyak pelajaran dan hikmah yang bisa dipetik dari Alquran. Banyak pula kutipan ayat Alquran yang bisa...

Lihat LebihDetails

4 Ayat Alquran tentang Keindahan Alam Semesta

Oleh Eneng Susanti
10 Oktober 2024
0
Ayat Alquran yang jadi bacaan doa sebelum tidur, Ayat Alquran tentang Keindahan Alam, ayat yang mengingatkan tentang akhirat, ayat alquran tentang bersyukur

Ayat Alquran tentang Keindahan Alam

Lihat LebihDetails

12 Ayat Al-Quran tentang Istiqamah, Dapat Memotivasi Kita

Oleh Sufyan Jawas
31 Oktober 2021
0
Hadist Nabi Tentang Ikhlas

ayat Al-Quran Tentang Istiqamah

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.