• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Selasa, 10 Juni 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Tsaqofah

Konsep Keilmuan Islam

Oleh Yudi
4 tahun lalu
in Tsaqofah
Waktu Baca: 4 menit baca
A A
0
Ilmu Agama, gubernur

Ilustrasi ilmu. Foto: Unsplash

0
BAGIKAN

Oleh: Ilham Kadir, Pakar Pendidikan Islam

PENTING ditegaskan bahwa Islam memiliki konsep ilmu tersendiri dibandingkan dengan peradaban dan agama lain yang pernah dan masih ada saat ini.

Namun secara spesifik, penekanan konsep ilmu menurut Islam dimaksud adalah untuk menjadi pembeda dengan konsep keilmuan Barat yang telah menjadi rujukan hampir semua umat Islam di negara mana pun, termasuk Indonesia.

Inilah yang dikoreksi Prof Syed Muhammad Naquib Al-Attas, bahwa tidak ada yang lebih rusak dalam sisi pemikiran saat ini melebihi konsep ilmu yang diaplikasi lalu ditularkan Barat terhadap dunia, lebih khusus kepada umat Islam.

ArtikelTerkait

Sunat untuk Anak Lelaki, Berapa Tahun Sebaiknya?

Sayuran-sayuran yang Ternyata Mengandung Tinggi Gula

Apa yang Terjadi Kalau Manusia Dewasa Tidur Malam Kurang dari 6 Jam?

Apa Akibat Menahan BAB?

BACA JUGA: Menyingkap Tuduhan Kaum Sekular terhadap Syariat Islam

Penting karena, apa yang dimaksud ilmu sebagai kebenaran hakiki dalam Islam tidak dianggap ilmu oleh Barat. Wahyu yang termaktub dalam Al-Qur’an dan hadis adalah sebuah kebenaran mutlak dari Allah lewat Rasulullah, namun bagi Barat itu bukan ilmu karena dianggap tidak ilmiah dan irasional.

Penjabaran ini melemparkan kita untuk berdiskusi jauh ke ranah filsafat, dalam kasus ini, epistemologi ilmu, atau bahasa lugasnya “pengetahuan asas sebelum berilmu”.

Menurut Barat, sumber ilmu itu sangat materialistik dan rasionalisme-empiris, sumber ilmu harus kasat, terlihat jelas dan rasional, untuk itulah, akal dan pancaindra adalah alat utama untuk mendapatkan ilmu (fisik).

Sedangkan wahyu yang berbentuk metafisik itu, tidak dapat dinalar dengan pancaindra, maka wahyu jelas bukan ilmu, hanya mitos dan khayalan.

Sebenarnya aliran empirisme ini perkembangan dari aliran-aliran sebelumnya, yang tentu saja masih wujud di sekitar kita. Diawali dengan Georgians, salah seorang tokoh sophisme sekitar abad ke-4-5 sebelum Masehi.

Pernah menggunakan logikanya bahwa tidak ada yang maujud dalam alam nyata ini, katanya, Kalau di sana ada sesuatu yang maujud, tentu saja ia wujud dari ketiadaan, maka hal itu mustahil karena tidak mungkin sesuatu mewujudkan dirinya.

Kalau ada yang wujud sebelumnya, maka ini akan mengakibatkan tasalsul, yakni perurutan yang tidak berakhir dan juga tidak berawal.

Advertisements

BACA JUGA: Valentine Day; Cinta dalam Penjara Hegemoni Sekularisme

Protagoras, filosof sophisme lainnya, mendukung, katanya, tidak ada yang mandiri dari apa yang tergambar dalam benak kita.

Apa yang dianggap oleh seseorang benar adalah nisbi, yakni benar untuknya sedang orang lain juga memiliki persepsi apa yang dianggapnya benar. Kesimpulannya, tidak ada yang dinamakan kesalahan, karena semuanya nisbi.

Pandangan sophisme pun merebak ke kalangan sufi nyeleneh yang berpendapat bahwa siapa yang berkata ‘dalam maujud ini ada selain Allah, maka dia telah berbohong!’ Ucapan konyol ini dapat disanggah dengan lugu, sambil dibungkam dengan pertanyaan, Jika demikian, siapakah yang berbohong itu?

Aristoteles (384-322 SM) datang, ia berhasil mementalkan argumen-argumen kaum sophis yang meragukan wujud nyata oleh pancaindra melalui keberhasilannya merumuskan apa yang dinamai “logika Aristo”.

Filosof ini berhasil memformalkan prinsip-prinsip pemikiran dan merumuskan sejumlah ketentuan dasar dalam menetapkan sebuah konklusi/natijah, (Shihab, 2006: 129).

Tapi menurut Prof Al-Attas, justru Aristoteles yang menjadi pelopor utama sekularisme. Menurutnya, Aristoteles telah meresmikan sekularisme dalam filsafat dan kehidupan ketika ia mengeluarkan dan memisahkan Tuhan dari manusia dan alam.

Ini karena Aristoteles bermaksud hendak menyelamatkan Tuhan dari “terhina” dengan sisi perubahan yang dialami oleh alam dan manusia.

Lebih berbahaya lagi, implikasi dari pandangan Aristoteles itu, ketika didefinisikan bahwa Tuhan tidak boleh berpikir tentang makhluk-Nya tetapi hanya tentang Diri-Nya sendiri (Wan Daud, 2007: 15).

BACA JUGA: Bagaimana Kemal Attaturk Menghilangkan Islam di Turki

Masalah ini berlarut-larut karena mereka tidak memiliki sumber pengetahuan yang normatif kecuali akal dan tradisi yang selalu bertentangan antar satu dengan lainnya, sehingga kebenaran menurut mereka selalu berubah berdasarkan setting ruang dan waktu.

Inilah yang membedakan konsep ilmu dalam Islam yang berpandukan pada pancaindra, rasio, intuisi, dan paling utama adalah wahyu.

Firman Allah, “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibu-ibu kamu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, aneka penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur,” (QS. An-Nahl [16]: 78) adalah bagian dari epistemologi dasar dalam Islam.

Cukup banyak ayat menegaskan bahwa sumber ilmu itu mencakup mata, telinga, intuisi (hati) dan akal, bahkan perintah untuk melakukan perjalanan di bumi juga dikonotasikan sebagai bagian dari metode menemukan ilmu, dan kita yakin bahwa pengalaman adalah guru yang baik, experience is the good teacher.

Selain akal, intuisi (hati), dan pancaindera (al-khawas al-khamsah) sebagai sumber untuk memeroleh ilmu, epistemologi Islam juga mengenal khabar shadiq, atau true report alias berita yang tidak diragukan kebenarannya, dalam hal ini, wahyu termasuk di dalamnya.

Umat Islam memandang bahwa wahyu, baik Al-Qur’an maupun hadis adalah kumpulan berita dengan seleksi yang ketat dan tidak mungkin terjadi kesangsian dan kesalahan, orang-orang yang terlibat dalam kodifikasi (pengumpulan dan penulisan) adalah manusia-manusia yang shadiq, atau kejujurannya tak terbantahkan.

BACA JUGA: Islam, Antara Agama dan Ideologi

True report juga bisa dianalogikan begini: saya tidak tahu jika dilahirkan oleh pasangan Abdul Kadir dan Siti Hawa, tetapi saya mengakui kalau mereka berdua adalah orang tua saya yang telah mengandung, melahir, dan membesarkan saya.

Dari mana saya tahu? Hanya informasi dari kedua orang tua, dan orang-orang di sekitar saya, informasi itulah disebut true report, kabar yang tidak disangsikan kebenarannya.

Karena kebenaran berita yang saya terima bersifat mutlak dari orang-orang di sekitar keluarga di Bonto Cani, maka tidak dibutuhkan tes deoxyribose-nucleic acid (DNA) untuk mengetahui siapa sebenarnya kedua orang tua saya.

Informasi ini menjadi sebuah keyakinan yang pasti pada diri saya, karena kebenarannya mutlak seratus persen, maka ia juga disebut sebagai ilmu. Dan, para penganut mazhab empiris-rasionalisme seharusnya meragukan siapa orang tua mereka sebelum dibuktikan dengan tes DNA. Wallahu A’lam. []

 

Tags: ilmu islamKonsep IslamKonsep Keilmuan Islam
ShareSendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Tertancap 3 Anak Panah Demi Menjaga Rasulullah SAW

Next Post

Hati-Hati, Ragu terhadap Rezeki

Yudi

Yudi

Terkait Posts

Cara Jaga Kesehatan di Musim Hujan, bicara, Anak, Ciri Anak yang Pintar , Ciri Anak yang Cerdas, Sunat

Sunat untuk Anak Lelaki, Berapa Tahun Sebaiknya?

10 Juni 2025
Zakat Fitrah, sayuran

Sayuran-sayuran yang Ternyata Mengandung Tinggi Gula

9 Juni 2025
Hal yang Tidak Boleh Dilakukan di Pagi Hari, Ciri Diabetes di Usia Muda, Muslim

Apa yang Terjadi Kalau Manusia Dewasa Tidur Malam Kurang dari 6 Jam?

9 Juni 2025
Gejala Diabetes, Durasi Tidur, Akibat Menahan BAB

Apa Akibat Menahan BAB?

8 Juni 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Kebiasaan Buruk yang Bisa Bikin Dompet Cepat Kosong, Uang

Istri Suka Ambil Uang Diam-diam dari Dompet Suami, Bolehkah?

Oleh Dini Koswarini
10 Juni 2025
0

tambang nikel,tambang

6 Kemungkinan Dampak Buruk Tambang Nikel bagi Alam

Oleh Yudi
10 Juni 2025
0

Kesalahan Besar Orangtua Muslim, Hal Sepele yang Tak Boleh Orangtua Lakukan pada Anak, Fase Belajar Anak, Cara Lindungi Anak dari Pelecehan Seksual, Keutamaan Memuliakan Anak Yatim, Cara Meminang Hati Anak, Ayah

Kenangan Bersama Ayah

Oleh Dini Koswarini
10 Juni 2025
0

Beramal Mengharap Dunia, Akhir Zaman

Umur Dunia Ternyata Hanya 1500 Tahun?

Oleh Yudi
10 Juni 2025
0

negara, negara terkotor

7 Negara Paling Kotor di Dunia Berdasarkan Penelitian

Oleh Yudi
10 Juni 2025
0

Terpopuler

Sayuran-sayuran yang Ternyata Mengandung Tinggi Gula

Oleh Haura Nurbani
9 Juni 2025
0
Zakat Fitrah, sayuran

Berikut adalah beberapa sayuran yang ternyata mengandung gula cukup tinggi, meskipun sering dianggap sehat dan rendah gula

Lihat LebihDetails

Apa yang Terjadi Kalau Manusia Dewasa Tidur Malam Kurang dari 6 Jam?

Oleh Dini Koswarini
9 Juni 2025
0
Hal yang Tidak Boleh Dilakukan di Pagi Hari, Ciri Diabetes di Usia Muda, Muslim

Jika manusia dewasa tidur malam kurang dari 6 jam secara konsisten, ada berbagai dampak negatif yang bisa terjadi, baik jangka...

Lihat LebihDetails

Begini Hubungan Ayah dan Anak Tiri Menurut Islam

Oleh Laras Setiani
22 April 2020
0
Begini Hubungan Ayah dan Anak Tiri Menurut Islam 1

Seorang suami juga harus mengetahui bahwa termasuk menggauli istrinya dengan baik adalah dengan berlaku baik kepada anak perempuan bawaan istrinya....

Lihat LebihDetails

Tips Ga Bayar Utang: Rahasia Sukses Para Ahli Kabur Amanah

Oleh Dini Koswarini
6 Juni 2025
0
Cara Mengelola Keuangan, Utang

Utang itu kan hanya angka—dan angka bisa dilupakan?

Lihat LebihDetails

Inilah 11 Keutamaan Surah Yasin yang Perlu Diketahui Muslim

Oleh Andika Murdanto
26 Oktober 2021
0
Keutamaan Surah Yasin

Keutamaan surah yasin dijelaskan dari beberapa hadist Rasulullah Muhammad ﷺ.

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.