TIDUR kami masukkan dalam wirid, karena jika adab-adab tidur diperhatikan dan bagus maksudnya, maka ia dianggap sebagai ibadah. Mu’adz Radhiyallahu Anhu berkata, “Aku mencari dalam tidurku seperti apa yang kucari saat berjaga.”
Di antara adab-adab tidur adalah:
1. Tidur dalam keadaan bersuci.
Ini didasarkan kepada riwayat Aisyah Radhiyallahu Anha, bahwa Rasulullah senantiasa wudhu setiap kali hendak tidur seperti wudhu untuk shalat. (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim). Abdullah bin Amr bin Al-Ash Radhiyallahu Anhuma berkata, “Sesungguhnya ruh itu dibawa naik ke langit saat tidur, lalu diperintahkan sujud di samping “Arsy. Jika ruh itu dalam suci, maka ia sujud di ddekat ‘Arsy, dan jika tidak suci, maka ia sujud jauh dari ‘Arsy.”
2. Bertaubat sebelum tidur.
Sebab orang yang sudah mensucikan zhahirnya hendaknya juga mensucikan batinnya, karena boleh jadi dia akan meninggal saat tidur.
3. Mengenyahkan niat untuk menipu dan mendustai sesama muslim dari hatinya.
Tidak berniat menzhaliminya dan tidak mempunyai keinginan untuk melakukan suatu kesalahan sesudah dia bangun tidur.
BACA JUGA: Perhatikan, Ini 7 Adab Masuk Kamar Mandi
4. Tidak membiarkan sesuatu yang hendak diwasiatkannya, melainkan wasiatnya itu sudah tertulis dan tersimpan di sisinya.
Dalam “Ash-Shahihain” disebutkan dari hadits Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma, dari Nabi, beliau bersabda,
مَا حَقُّ امْرِئٍ مُسْلِم لَهُ شَيْءٌ يُوصِي فِيهِ يَبِيتُ لَيْلَتَيْنِ إِلَّا وَوَصِيَّتُهُ مَكْتُوبَةٌ عِنْدَهُ. (رواه البخاري ومسلم)
“Tidak ada hak bagi seorang muslim yang mempunyai suatu kekayaan dan hendak diwasiatkan, melainkan sesudah berlalu dua malam wasiatnya itu sudah tertulis dan disimpan di sisinya.”
5. Tidak menata tempat tidur sedemikian rupa, hingga membuatnya tidur amat nyenyak dan pulas.
Suatu kali tempat tidur Nabi dibuat dua lapis. Lalu beliau bersabda, “Jika aku tidur di atasnya akan menghalangiku untuk shalat malam.” (Diriwayatkan At-Tirmidzi)
6. Tidak tidur kecuali sesudah benar-benar mengantuk.
Begitu yang biasa dilakukan orang-orang salaf yang shalih.
7. Menghadap ke arah kiblat dan membaca doa seperti yang disebutkan dalam hadits.
Caranya, tidur dengan posisi miring ke arah kanan atau bertumpu pada lambung kanan. Hal ini telah diriwayatkan Abu Hurairah dari Nabi, beliau bersabda,
“Jika salah seorang di antara kalian hendak menghampiri tempat tidurnya, hendaknya dia mengibaskannya dengan bagian dalam selimutnya, karena dia tidak tahu apa yang terjadi sesudahnya.” (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim)
Jika sudah meletakkan lambungnya, hendaknya dia mengucapkan,
باسمك رَبِّ وَضَعْتُ جَنْبِي وَبِكَ أَرْفَعُهُ إِنْ أَمْسَكْتَ نَفْسِي فَاغْفِرْ لَهَا وَإِنْ أَرْسَلْتَهَا فَاحْفَظْهَا بِمَا تَحْفَظُ به عبادك الصالحين. (رواه البخاري ومسلم)
“Dengan asma-Muwahai Tuhanku kuletakkan lambungku dan dengan-Mu pula kuangkat lambungku. Jika Engkau mencabut jiwaku, maka ampunilah dosanya, dan jika Engkau membiarkannya hidup, maka jagalah ia sebagai-mana Engkau menjaga hamba-hamba-Mu yang shalih.” (Ditakhrij Al-Bukhari dan Muslim).
Di dalam “Ash-Shahihain” juga disebutkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha. bahwa jika Nabi menghampiri tempat tidurnya pada setiap malam, maka beliau menghimpun dua telapak tangannya, lalu meniupnya seraya mengucapkan, “Qul huwallahu ahad”, (surat Al-Ikhlas) dan, ‘Qul a’udzu birabbil falaq. (surat Al- Falaq) dan ‘Qul a’udzu birabbin-nas, (surat An-nas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangannya ke tubuh yang memang diusap, dimulat dari wajah dan kepala serta tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian itu sebanyak tiga kali.”
Di dalam Ash-Shahihain juga disebutkan darı hadits Al-Barra bin Azib bahwa Rasulullah bersabda,
إذا أتيت مضجعك فتوضأ وُضُوءَكَ للصَّلَاةِ ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شَقَّكَ الأَيْمَنِ ثُمَّ قُلِ اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ وَوَجَّهْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ وفوضت أمري إليكَ وأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ لَا ملحا ولا منجا منك إلا إلَيْكَ اللهم آمنت بكتابك الَّذِي أَنْزَلْتَ وَسَبِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ فَإِنَّكَ إِنْ مُتَّ فِي لَيْلَتِكَ مُنَّ عَلَى الْفِطْرَةِ وَإِنْ أصبحت أصبت خيرا. (رواه البخاري ومسلم)
“Apabila engkau mendatangi tempat tidurmu, maka wudhu’lah seperti wudhu mu untuk shalat, kemudian terlentanglah pada tulang rusukmu yang kanan, kemudian ucapkanlah, Ya Allah, kupasrahkan diriku kepada-Mu, kuhadapkan wajahku kepada-Mu, keserahkan urusanku kepada-Mu, kutumpukan punggungku kepada-Mu, suka maupun tidak suka kepada-Mu. tidak ada tempat berlindung dan tempat menyelamatkan diri dari siksa-Mu kecuali kembali kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab-Mu yang Engkau turunkan dan aku beriman kepada nabi-Mu yang Engkau utus”. Sesungguhnya jika engkau meninggal pada malam itu, maka engkau meninggal di atas fitrah, dan jika engkau tetap hidup hingga pagi hari, berarti engkau telah mendapat sebuah kebaikan.” (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).
Dari Ali bin Abu Thalib, bahwa Rasulullah pernah bersabda kepadanya dan juga kepada Fathimah, “Jika kalian berdua mendatangi tempat tidur atau kasur kalian, maka bertasbihlah kepada Allah sebanyak tiga puluh tiga kali, bertahmidlah kepada-Nya sebanyak tiga puluh tiga kali, dan bertakbirlah kepada Nya tiga puluh empat kali. Hal ini lebih baik bagi kalian berdua daripada seorang pembantu.” (Muttafaq Alaihi)
BACA JUGA: Adab Membaca Al-Quran
Dalam hadits Abu Hurairah tentang menjaga zakat Ramadhan cukup terkenal, yang di dalamnya disebutkan bahwa setan berkata kepadanya, “Jika engkau menghampiri tempat tidurmu, maka bacalah ayat Kursi, karena dengan begitu senantiasa ada yang manjagamu dari Allah dan setan tidak akan berani mendekatimu.” Lalu dia mengabarkan kejadian ini kepada Rasulullah Maka beliau bersabda, “Sekalipun dia berkata benar kepadamu, tatapi dia tetap saja sebagai pendusta.” (Diriwayatkan Al-Bukhari)
Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa jika Nabi menghampiri tempat tidurnya, maka beliau bersabda,
الْحَمْدُ لله الذي أَطْعَمَنَا وَسَقَانَا وَكَفَانَا وَآوَانَا فَكَمْ مِمَّنْ لَا كَافِيَ لَهُ وَلا مُؤوي. (رواه مسلم)
“Segala puji bagi Allah yang telah memberi malan dan minum kepada kami, yang mencukupi kami dan memberi tempat berlindung kepada kami. Berapa banyak orang yang tidak ada yang mencukupi dan memberi tempat berlindung.” Jika bangun dari tidur untuk shalat malam, maka hendaklah dia mengucapkan doa seperti yang biasa diucapkan Rasulullah:
اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيمُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالتَّيُّونَ حَقٌّ وَمُحَمَّدٌ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْكَ أَتَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ. (متفق عليه)
“Ya Rabb kami, segala puji bagi-Mu. Engkau yang menegakkan langit dan bumi dan siapa pun yang ada di dalamnya. Bagi-Mu segala puji. Engkau yang Mahabenar, janjimu adalah benar, pertemuan dengan-Mu adalah benar, surga adalah benar, neraka adalah benar, para nabi adalah benar. Muhammad adalah benar, Hari Kiamat adalah benar. Ya Allah kepada-Mu aku memasrahkan diri, kepada-Mu aku beriman, kepada-Mu aku bertawakkal, kepada-Mu aku berserah diri, karena-Mu aku memusuhi, kepada-Mu aku mengadukan perkara, maka ampunilah dosaku, yang dahulu maupun yang kemudian, yang kusembunyikan dan yang kutampakkan”. Dalam riwayat lain disebutkan, “Dan apa-apa yang Engkau lebih mengetahuinya dariku, Engkau yang mendahulukan dan Engkau yang mengakhirkan. Tiada Ilah selain Engkau.” (Muttafaq Alaihi)
Hendaklah dia berusaha agar perkataannya yang terakhir sebelum tidur adalah dzikir kepada Allah, begitu pula saat bangun tidur, karena ini merupakan tanda iman. []
SUMBER: HUMAYRO