• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Jumat, 13 Juni 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Syi'ar

Mengapa Poligami Sering Dipandang Negatif, Tapi Pacaran Dianggap Lumrah?

Oleh Yudi
2 bulan lalu
in Syi'ar
Waktu Baca: 3 menit baca
A A
0
poligami

Foto: Unsplash

572
BAGIKAN

POLIGAMI dan pacaran—dua kata yang sering memicu perdebatan panas di ruang publik Indonesia. Yang satu dilegalkan secara agama namun kerap dipandang negatif, sementara yang lain dilarang dalam norma agama, namun dianggap lumrah dalam kehidupan sosial sehari-hari. Lalu, mengapa masyarakat cenderung lebih keras menolak poligami, tetapi tampak lebih longgar terhadap budaya pacaran?

Poligami: Legal tapi Tidak Populer

Dalam hukum Islam, poligami diperbolehkan dengan syarat-syarat yang ketat: keadilan di antara istri-istri, kemampuan finansial, serta tujuan yang jelas dan bertanggung jawab. Bahkan, di Indonesia, praktik ini juga diatur dalam hukum negara melalui UU Perkawinan dengan prosedur khusus yang tidak mudah.

BACA JUGA: 6 Penyebab Banyak Orang Tua Muslim Izinkan Anaknya Pacaran, Padahal Islam Melarang!

Namun, di tengah masyarakat, poligami sering dianggap tabu. Banyak yang mengaitkan poligami dengan ketidakadilan terhadap perempuan, penyalahgunaan wewenang laki-laki, atau bahkan trauma sosial dari kasus-kasus yang tidak sehat.

ArtikelTerkait

Fatimah Tidak Izinkan Abu Bakar Masuk ke Dalam Rumah, tanpa Izin Suami

7 Kalimat yang Jangan Diucapkan Sembarangan oleh Suami kepada Istri!

7 Cara Anak Muda agar Tak Terjerumus kepada Perilaku Zina

10 Hal yang Sebaiknya Kamu Lakukan di Pagi Hari

Tidak sedikit pula yang menolak poligami karena alasan modernitas: konsep “satu pasangan seumur hidup” dianggap lebih romantis dan ideal secara emosional.

Pacaran: Dilarang Agama, Dibenarkan Sosial

Sebaliknya, pacaran adalah praktik yang nyaris umum di kalangan remaja dan dewasa muda. Meski agama secara tegas melarang hubungan yang mendekati zina dan menganjurkan ta’aruf sebagai alternatif, pacaran tetap dianggap wajar—selama “tidak kebablasan.”

Bahkan dalam banyak keluarga, anak remaja yang mulai pacaran tidak ditegur keras. Justru, ketika seorang laki-laki menikah lagi secara sah (poligami), reaksi masyarakat bisa jauh lebih keras.

Dimana Letak Ketidakkonsistenan?

Fenomena ini menunjukkan adanya standar ganda sosial. Masyarakat sering kali menilai sesuatu bukan dari benar-salahnya secara prinsip, melainkan dari persepsi umum dan kenyamanan emosional.

  • Poligami dianggap menyakitkan perasaan (terutama perempuan), sehingga ditolak, meski legal.

  • Pacaran dianggap bagian dari proses menuju kedewasaan, meski dilarang agama.

Padahal, jika diukur dari sisi kejelasan hukum agama, poligami lebih memiliki landasan yang jelas dibanding pacaran.

Faktor Media dan Budaya Populer

Media dan budaya populer juga memainkan peran besar. Sinetron, drama, lagu-lagu cinta—semuanya memperkuat narasi bahwa cinta harus melalui fase pacaran. Di sisi lain, poligami sering digambarkan dalam konteks perselingkuhan atau pria tak bertanggung jawab.

Akibatnya, persepsi masyarakat terhadap dua hal ini pun ikut terbangun oleh narasi yang dikonsumsi setiap hari.

Solusi: Kembali pada Prinsip, Bukan Emosi

Untuk menghadapi fenomena ini, masyarakat perlu menata ulang cara pandang terhadap hukum agama dan budaya.

Advertisements
  • Jika kita ingin hidup dengan nilai-nilai Islam, maka baik poligami maupun pacaran harus dinilai dengan standar yang sama adilnya.

  • Poligami yang dilakukan secara sah dan bertanggung jawab seharusnya tidak lebih buruk dari pacaran diam-diam yang bisa menjerumuskan pada zina.

  • Sebaliknya, pacaran yang melanggar batas justru harus dikritisi dengan cara yang edukatif dan solutif, bukan dinormalisasi begitu saja.

BACA JUGA: Mengapa Taaruf Sebelum Menikah Lebih Baik daripada Pacaran? Ini 6 Alasannya

Akhirnya, ini bukan soal memilih membela poligami atau membela pacaran. Ini tentang konsistensi nilai. Apakah kita benar-benar peduli pada prinsip, atau sekadar menilai berdasarkan perasaan dan opini mayoritas?

Menjadi masyarakat yang adil artinya berani bersikap kritis—tidak hanya pada apa yang terasa tidak nyaman, tetapi juga pada apa yang dianggap lumrah meski melanggar nilai-nilai dasar kita. []

Tags: PacaranPoligami
ShareSendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Lebih dari 60 Persen Muslim Indonesia Tidak Konsisten Shalat Wajib, Mengapa?

Next Post

Mengapa Ada Wanita yang Mau Dijadikan Istri Kedua?

Yudi

Yudi

Terkait Posts

Penjagaan Allah terhadap Nabi, Abu Bakar

Fatimah Tidak Izinkan Abu Bakar Masuk ke Dalam Rumah, tanpa Izin Suami

12 Juni 2025
hak dan kewajiban suami istri, NAFKAH, talak, rumah tangga, suami, aurat

7 Kalimat yang Jangan Diucapkan Sembarangan oleh Suami kepada Istri!

12 Juni 2025
Selingkuh dalam Islam, khilafiyah, perbuatan zalim, pacaran, zina

7 Cara Anak Muda agar Tak Terjerumus kepada Perilaku Zina

12 Juni 2025
Sunnah, Marah, Pagi Hari

10 Hal yang Sebaiknya Kamu Lakukan di Pagi Hari

12 Juni 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Keutamaan Berjima di Malam Jumat, Tempat Duduk Penghuni Surga, Nasihat, Nabi Luth, Posisi Duduk yang Dimurkai, Manusia, Hasan Al-Bashri, ujian

Musibah Itu Ujian, Teguran, Hukuman, ataukah Azab?

Oleh Saad Saefullah
12 Juni 2025
0

Penjagaan Allah terhadap Nabi, Abu Bakar

Fatimah Tidak Izinkan Abu Bakar Masuk ke Dalam Rumah, tanpa Izin Suami

Oleh Dini Koswarini
12 Juni 2025
0

Gejala Diabetes, Durasi Tidur, Akibat Menahan BAB, Penyebab Asam Urat

Penyebab Asam Urat, Apa Saja?

Oleh Dini Koswarini
12 Juni 2025
0

Itikaf, Ciri Malam Lailatul aQadar,, Munafik

Kenapa Shalat Shubuh Terasa Berat bagi Orang Munafik?

Oleh Yudi
12 Juni 2025
0

hak dan kewajiban suami istri, NAFKAH, talak, rumah tangga, suami, aurat

7 Kalimat yang Jangan Diucapkan Sembarangan oleh Suami kepada Istri!

Oleh Yudi
12 Juni 2025
0

Terpopuler

Cara Singkat Tulis ‘Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ﷺ di Microsoft Word, Ini Dia

Oleh Saad Saefullah
19 Oktober 2024
1
Nabi Muhammad Keutamaan Membaca Sholawat, Waktu Terbaik Bershalawat, Sholawat, Ciri Fisik Rasulullah, Wasiat Nabi Sebelum Wafat, Cara Bershalawat yang Benar kepada Nabi, Keistimewaan Rasulullah, Kebiasaan Nabi Muhammad ﷺ, Rasulullah

Selain untuk membuat karakter shalawat tersebut, kita juga bisa membuat lafadz Allah (ﷲ), Muhammad (ﷴ), Basmalah (﷽), Jalla Jalaluhu (ﷻ)...

Lihat LebihDetails

Rajin Sholat Tapi Maksiat Masih Jalan, Apa yang Salah?

Oleh Yudi
19 Mei 2024
0
3 Kali Tidak Shalat Jumat saat Pandemi, doa iftitah, keutamaan shalat berjamaah, shalat berjamaah, sholat, shalat, imam, masbuk

Justru ketika seseorang belum bisa meninggalkan maksiat, maka kewajiban sholat itu semakin dia butuhkan.

Lihat LebihDetails

Meninggal Dunia Masih Pakai Behel dan Rambut Sambung, Apakah Harus Dicopot?

Oleh Yudi
19 Mei 2024
0
gigi, behel, anak

Sebelum lebih jauh, muslim harus mengetahui terlebih dahulu mengenai hukum penggunaan behel dan rambut sambung.

Lihat LebihDetails

14 Sifat Teladan Rasulullah ﷺ dalam Kehidupan Sehari-hari

Oleh Yudi
12 Juni 2025
0
Sebab Nabi Muhammad Diutus di Arab, Bukti Kenabian Muhammad

Salah satu karakter mulia Rasulullah ﷺ adalah tidak pernah mengasingkan diri dari kaumnya meski diperlakukan semena-mena.

Lihat LebihDetails

5 Kriteria Harta yang Wajib Dikeluarkan Zakatnya

Oleh Saad Saefullah
7 Februari 2017
0
Foto: YouTube

Para ulama telah menyusun kriteria jenis harta yang wajib dizakati.

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.