• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Jumat, 16 Mei 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Dari Anda Renungan

Seorang Muslim dan Musibah

Coba Anda bayangkan perasaan duka dan lara yang dirasakan oleh Ummu Salamah saat suaminya meninggal dunia.

Oleh Dini Koswarini
3 minggu lalu
in Renungan
Waktu Baca: 3 menit baca
A A
0
Musibah

Foto: Freepik

0
BAGIKAN

MUSIBAH dan seorang Muslim.  Ketika membaca kisah-kisah Al-Qur’an dan membuka lembaran-lembaran sejarah, lalu mencermati fakta yang terjadi, maka ditemukan sebuah pelajaran dan bukti kuat yang mendukung serta menguatkan kaidah Al-Qur’an ini.

Berikut ini kita akan memaparkan beberapa di antara bukti itu, semoga ia menjadi obat pelipur lara bagi yang dirundung kesedihan, serta menjadi pelajaran bernilai bagi yang sedang ditimpa kegalauan.

Perhatikanlah kisah ummu Musa saat melarungkan bayinya ke sungai Nil.

Jika membaca susunan kejadian sejarahnya, maka Anda akan menemukan bahwa tidak ada yang paling menyakitkan dan menyedihkan dalam kehidupan Ummu Musa selain saat ia diperintah Allah untuk melarungkan bayinya yang bernama Musa di aliran sungai Nil. Namun, cerita ini berakhir dengan keindahan, pujian, serta pengaruh yang baik di masa-masa datang. Itulah tafsir potongan ayat yang Allah disebutkan pada bagian akhir ayat, “Dan Allah mengetahui sedangkan kalian tidak mengetahui.”

ArtikelTerkait

Mengapa Aku Tidak Mau Shalat Dhuha?

Engkau dengan Kesabaran

Saat Engkau Mudah Berbuat Kebaikan

Mengapa Hati Menjadi Keras?

BACA JUGA: 16 Amalan Penghilang Musibah

Renungkan juga kisah Yusuf Awal cerita ini juga tentang kesedihan yang dirasakan oleh Yusuf dan ayahnya Ya’qub Alaihimassalam.

Renungkan juga kisah seorang anak yang dibunuh oleh Khidr berdasarkan perintah Allah. Setelah itu, Allah mengemukakan alasan kuat serta meyakinkan di balik perintah pembunuhan anak itu dengan firman-Nya,

وَأَمَّا الْغُلَامُ فَكَانَ أَبَوَاهُ مُؤْمِنَيْنِ فَخَشِينَا أَن يُرْهِقَهُمَا طُغْيَنًا وَكُفْرًا فَأَرَدْنَا أَن يُبْدِلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيْرًا مِنْهُ زَكَوَةً وَأَقْرَبَ رُحْمًا )

“Dan adapun anak itu maka kedua orangtuanya adalah orang-orang mukmin dan Kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orangtuanya itu kepada kesesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya kepada ibu bapaknya.” (Al-Kahfi: 80-81)

Betapa banyak pasangan suami istri yang ditakdirkan belum dikaruniai buah hati, lalu dengan kondisi seperti itu dadanya menjadi sempit dan merasakan sedih yang berkepanjangan. Tentu, tidak atau belum memiliki keturunan adalah sesuatu yang biasa dan lumrah terjadi. Akan tetapi, satu hal yang tidak boleh terjadi adalah menghadirkan kesedihan yang terus menerus, bahkan merasa bahwa dirinya telah diharamkan Allah meraih aneka kebaikan dalam hidupnya.

Seseorang yang belum dikaruniai anak hendaknya merenung-kan ayat ini baik-baik, karena itu tidak saja menghilangkan kesedihan dan kegalauannya, tapi juga membuat hatinya menjadi tentram dan damai, dadanya menjadi lapang, ia memandang ketetapan ini sebagai nikmat dan bentuk kasih sayang Allah kepadanya.

Boleh jadi sekarang Allah menetapkan kondisi seperti ini (Tidak memiliki keturunan) untuk dirinya. Tapi, siapa yang mengetahui jika di belakang hari banyak kebaikan dan kasih sayang untuknya. Boleh jadi ketika ia dianugrahi seorang anak, maka anak itu akan menjadi fitnah dan kecelakaan dalam hidupnya, menjadi siksa dan bencana dalam kesehariannya.

Advertisements

Seperti bunyi ayat di atas, Allah berfirman, “Dan adapun anak itu maka kedua orangtuanya adalah orang-orang mukmin dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orangtuanya itu kepada kesesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya kepada ibu bapaknya.” (Al-Kahfi: 80-81)

Beberapa saat sebelum Perang Badar berkecamuk, Al-Qur’an menanamkan nilai dan pesan ini dalam dada kaum muslimin. Allah berfirman, “Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan kebenaran (Perang Badar) padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang beriman itu tidak menyukainya. Mereka membantahmu tentang kebenaran sesudah nyata bahwa mereka pasti menang, seolah-olah mereka dihalau kepada kematian sedang mereka melihat sebab-sebab kematian itu.” (Al-Anfal: 5-6)

Pada kenyataannya, betapa banyak kebaikan, kemuliaan, kehebatan yang terjadi pada diri kaum muslimin pasca terjadinya perang besar ini, yang sebelumnya tidak disukai oleh sebagian sahabat Rasulullah untuk turut andil mengambil peran di dalamnya.

Dalam sunnah Nabi banyak disebutkan contoh-contoh yang sejalan dengan kandungan makna ayat ini, di antaranya tentang cerita kematian suami dari Ummu Salamah, yakni Abu Salamah Setelah peristiwa kematian itu, Ummu Salamah mendengar Rasulullah bersabda, “Tidaklah seorang muslim ditimpa sebuah musibah lalu ia berdoa, ‘Sesungguhnya kami milik Allah dan kami akan kembali kepadaNya, Ya Allah, berilah aku pahala terhadap musibah yang menimpaku ini dan berikan ganti yang lebih baik darinya, kecuali Allah akan memeberi ganti yang lebih baik untuknya.”

Ketika suami Ummu Salamah (Abu Salamah) meninggal dunia, ia bertanya-tanya dalam dirinya, “Adakah orang yang lebih baik dari Abu Salamah?” Tidak terlalu membutuhkan waktu yang lama, Ummu Salamah pun akhirnya dinikahi oleh Rasulullah, sebagai ganti yang lebih baik dari suaminya yang telah meninggal dunia. (HR. Muslim)

Coba Anda bayangkan perasaan duka dan lara yang dirasakan oleh Ummu Salamah saat suaminya meninggal dunia. Sebuah kedalaman perasaan yang juga pernah dialami oleh sebagian wanita yang ditakdirkan suaminya meninggal dunia atau meninggalnya orang-orang yang dekat di hatinya. Boleh jadi ia mengajukan pertanyaan yang sama, “Adakah orang yang lebih baik dari ayahnya anak-anakku?”

BACA JUGA: 10 Hikmah Musibah Seorang Manusia

Namun, coba cermati dengan baik, ketika Ummu Salamah menyikapi bencana dan musibah itu dengan penuh sabar dan ikhlas, mengembalikan segalanya kepada Allah sembari bergumam, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” maka Allah berkenan menghadirkan seorang pengganti suaminya yang jauh lebih baik untuknya, sesuatu yang sangat istimewa, dimana sosok pengganti itu belum pernah terlintas dan terbayang dalam benaknya.

Demikianlah seharusnya sikap seorang wanita muslimah dalam menyikapi setiap musibah yang menerpanya. Ia tidak membatasi kebahagiaannya pada satu pintu kehidupan. Padahal, kehidupan itu memiliki banyak pintu. Ya, memang kesedihan itu sesuatu yang dirasakan oleh semua manusia, termasuk para Nabi dan Rasul. Akan tetapi, yang perlu ditekankan di sini adalah terlarangnya membatasi kehidupan atau kebahagian pada satu sikap atau menggantungkannya kepada seseorang; laki-lai, perempuan atau orang tua. []

SUMBER: HUMAYRO

Tags: MusibahMuslim
ShareSendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Realita Poligami di Indonesia

Next Post

5 Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Perceraian Baim Wong dan Paula Verhoeven

Dini Koswarini

Dini Koswarini

Terkait Posts

Surat yang Harus Dibaca ketika Shalat Dhuha, Keutamaan Shalat Rawatib, Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib, Tata cara shalat, , Hukum Baca Surah yang Sama dalam Shalat, Hukum Menqadha Shalat untuk Orang yang Sudah Meninggal, Shalat Sunnah, Pahala dan Keutamaan Shalat Dhuha, Sunnah, Allahu Akbar, Shalat Tasbih, Keutamaan Shalat Qobliyah Shubuh, Shalat Dhuha

Mengapa Aku Tidak Mau Shalat Dhuha?

16 Mei 2025
Sakaratul Maut, amal, Penghalang Rezeki, Arwah, Shalat Malam, renungan ramadhan, PMO, Keutamaan Pemimpin yang Adil, Shalat Malam, Orang yang Dibenci oleh Allah SWT, Kesabaran

Engkau dengan Kesabaran

14 Mei 2025
Rahmat Allah, Kebaikan

Saat Engkau Mudah Berbuat Kebaikan

11 Mei 2025
Penghina Nabi, Orang yang Murtad, Hati

Mengapa Hati Menjadi Keras?

10 Mei 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Surat yang Harus Dibaca ketika Shalat Dhuha, Keutamaan Shalat Rawatib, Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib, Tata cara shalat, , Hukum Baca Surah yang Sama dalam Shalat, Hukum Menqadha Shalat untuk Orang yang Sudah Meninggal, Shalat Sunnah, Pahala dan Keutamaan Shalat Dhuha, Sunnah, Allahu Akbar, Shalat Tasbih, Keutamaan Shalat Qobliyah Shubuh, Shalat Dhuha

Mengapa Aku Tidak Mau Shalat Dhuha?

Oleh Haura Nurbani
16 Mei 2025
0

Nabi Musa, Umar bin Khattab, Ujian, Nabi Yusuf, Nabi Ibrahim, Fakta Nabi Isa, Nabi, Nabi Adam

Hikmah Penciptaan Nabi Adam (‘alaihis salam)

Oleh Dini Koswarini
16 Mei 2025
0

Nabi Ayyub

Kesabaran Nabi Ayyub

Oleh Saad Saefullah
16 Mei 2025
0

Utang Piutang, Pekerjaan yang Dilaknat dalam Islam, Adab Utang Piutang dalam Islam, Keutamaan Memberi Utang, Kesalahan saat Bersedekah

Ciri Orang yang Tidak Pernah Mau Bersedekah, Hah Ternyata …

Oleh Dini Koswarini
16 Mei 2025
0

wanita bekerja, manfaat menulis dengan tangan, Freelancer

Freelancer Muslim Zaman Now: Halalkah Gigs dan Remote Work Menurut Syariah?

Oleh Dini Koswarini
16 Mei 2025
0

Terpopuler

Adakah Penduduk Indonesia yang Masih Mendapatkan Gaji hanya 2 Juta / Bulan?

Oleh Saad Saefullah
14 Mei 2025
0
Uang Istri, sedekah, gaji

Jumlah pasti penduduk Indonesia yang berpenghasilan sekitar Rp2 juta per bulan tidak tersedia secara langsung.

Lihat LebihDetails

Ciri-ciri Orang yang Sering Shalat Tahajud

Oleh Haura Nurbani
15 Mei 2025
0
Tahajjud, Amalan di Pagi Hari, Shalat Taubat, Renungan, Tahajjud, Shalat Malam, shalat tahajud

Orang yang sering shalat tahajud biasanya memiliki ciri-ciri khas dalam kepribadian, akhlak, dan ruhiyahnya.

Lihat LebihDetails

Ciri Orang yang Tidak Pernah Mau Bersedekah, Hah Ternyata …

Oleh Dini Koswarini
16 Mei 2025
0
Utang Piutang, Pekerjaan yang Dilaknat dalam Islam, Adab Utang Piutang dalam Islam, Keutamaan Memberi Utang, Kesalahan saat Bersedekah

Apa ciri orang yang tidak pernah mau bersedekah? 

Lihat LebihDetails

Penyebab Mata Bisa Berwarna Kuning, Hati-hati Kondisi Penyakit Ini

Oleh Yudi
15 Mei 2025
0
mata, mata kuning

Hasil dari penghancuran itu adalah peningkatan kadar bilirubin, yang akhirnya bisa menyebabkan warna kuning pada mata dan kulit.

Lihat LebihDetails

Cara Singkat Tulis ‘Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ﷺ di Microsoft Word, Ini Dia

Oleh Saad Saefullah
19 Oktober 2024
1
Nabi Muhammad Keutamaan Membaca Sholawat, Waktu Terbaik Bershalawat, Sholawat, Ciri Fisik Rasulullah, Wasiat Nabi Sebelum Wafat, Cara Bershalawat yang Benar kepada Nabi, Keistimewaan Rasulullah, Kebiasaan Nabi Muhammad ﷺ, Rasulullah

Selain untuk membuat karakter shalawat tersebut, kita juga bisa membuat lafadz Allah (ﷲ), Muhammad (ﷴ), Basmalah (﷽), Jalla Jalaluhu (ﷻ)...

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.