• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Kamis, 11 Agustus 2022
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Syi'ar Islam 4 Beginner

Pesan Tersirat dari Terjadinya Gerhana

Oleh Laras Setiani
1 tahun lalu
in Islam 4 Beginner
Waktu Baca: 3 menit baca
A A
0
ilustrasi.foto: pesantrennuris

ilustrasi.foto: pesantrennuris

0
BAGIKAN

TERJADINYA gerhana, ternyata bukan sekedar fenomena alam biasa. Namun ada pesan tersirat yang diselipkan Sang Pencipta, pada peristiwa tersebut. Banyak yang tidak menyadari, ternyata gerhana adalah tanda-tanda yang Allah jadikan, sebagai peringatan untuk para hambaNya. Barangkali dosa-dosa yang sudah disepelekan, kelalaian yang akut, atau maksiat-maksiat lainnya yang sudah merajalela.

Allah SWT hendak mengingatkan melalui fenomena langka ini, kalau-kalau datang azab. Supaya manusia bertaubat, kembali takut kepadaNya. Juga supaya manusia menyadari, betapa maha kuasanya Allah, menjadikan siang yang tadinya terang benderang, tiba-tiba menjadi redup atau bahkan gelap gulita seperti halnya malam.

Sebagaimana diterangkan dalam Alquran, terkadang Allah mendatangkan musibah supaya manusia bertaubat dan menjadi pelajaran untuk mereka.

BACA JUGA: Shalat Gerhana Bulan; Hukum, Niat dan Tata Caranya

ArtikelTerkait

Niat Puasa Senin-Kamis dan Keutamaannya

Tata Cara Shalat Duduk bagi Orang Sakit Beserta Penjelasannya

5 Keistimewaan Hari Jum’at

Apa itu Mumayyiz dan Baligh? Inilah Perbedaanya

وَلَقَدْ أَخَذْنَا آلَ فِرْعَوْنَ بِالسِّنِينَ وَنَقْصٍ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ

“Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir’aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran.” (QS. Al A’raf: 130)

أَوَلَا يَرَوْنَ أَنَّهُمْ يُفْتَنُونَ فِي كُلِّ عَامٍ مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ لَا يَتُوبُونَ وَلَا هُمْ يَذَّكَّرُونَ

“Tidakkah mereka (orang-orang munafik itu) memperhatikan bahwa mereka selalu ditimpa bencana sekali atau dua kali setiap tahun?! Namun mereka tidak (juga) mau bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran.” (QS. At Taubah: 126)

Hanya saja gerhana bukan musibah. Ia adalah tanda atau peringatan, untuk menakut-nakuti dari sebuah petaka atau bala’.

Oleh karenanya, Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk segera sholat, istighfar, bersedekah, dan semangat melakukan amalan-amalan kebajikan saat terjadi gerhana.

Mari simak hadis dari Abu Musa al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu berikut. Beliau mengatakan,

”Dahulu pernah terjadi gerhana Matahari (di zaman Rasulullah SAW). Maka Rasulullah SAW segera berdiri dengan perasaan takut kalau terjadi kiamat. Kemudian beliau memasuki masjid untuk melakukan shalat; ruku’ dan sujud, dalam waktu yang amat panjang yang pernah aku lihat.

Setelah itu beliau bersabda,

هَذِهِ الْآيَاتُ الَّتِي يُرْسِلُ اللَّهُ لَا تَكُونُ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ وَلَكِنْ يُخَوِّفُ اللَّهُ بِهِ عِبَادَهُ ؛ فَإِذَا رَأَيْتُمْ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ

”Tanda-tanda yang Allah kirimkan ini (yakni gerhana, pent), tidaklah terjadi karena kematian atau kelahiran seseorang. Namun Allah hendak menakut-nakuti para hamba-Nya dengannya. Apabila kalian melihatnya, maka bersegeralah untuk berdzikir, berdo’a dan istighfar (memohon ampun) kepada-Nya.” (HR. Bukhori dan Muslim).

Advertisements

Ibnu Hajar rahimahullah menyimpulkan dari hadis ini, “Hadits di atas terdapat anjuran untuk beristighfar ketika terjadi gerhana, atau yang lainnya. Karena istighfar adalah diantara sebab untuk menolak bala‘.” (Fathul Bari, 2/546)

Syaikh Ibnu Baz mengatakan, “Kejadian gerhana bulan atau matahari, atau fenomena yang semisalnya, merupakan ujian Allah untuk hamba-hambaNya. Yaitu untuk menimbulkan rasa takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala, dan peringatan kepada mereka dari berlarut-larut dalam kemaksiatan. Dan supaya mendorong mereka untuk kembali ke jalan Allah.” (Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 9/157).

Sampai-sampai diceritakan oleh para sahabat, bagaimana ekspresi takut Rasulullah SAW ketika terjadi gerhana kala itu, “Sampai-sampai beliau keliru mengambil selendang salah satu istri beliau, kemudian setelah sadar, beliau mengenakan selendangnya.” (HR. Muslim)

Imam Nawawi rahimahullah menerangkan makna perkataan di atas, “Karena saking buru-burunya dan konsentrasi beliau tertuju pada fenomena gerhana tersebut. Yakni beliau hendak mengambil selendangnya, namun ternyata yang keambil selendang milik sebagian istri beliau. Karena tidak sadar, disebabkan hati beliau disibukkan dengan peristiwa gerhana.” (Al Minhaj 6/212).

Maka dari itu, gerhana bagi seorang mukmin selayaknya menimbulkan rasa takut, membuatnya berfikir akan adzab Allah, dan menyadarkan dirinya untuk segera bertaubat. Bukan ajang untuk hiburan, sekedar tontonan atau menganggapnya sebatas fenomena alam biasa; yang lumrah terjadi.

Imam Ibnu Kastir menasehatkan, ketika menafsirkan ayat, “Tidakkah mereka (orang-orang munafik itu) memperhatikan bahwa mereka selalu ditimpa bencana sekali atau dua kali setiap tahun?! Namun mereka tidak (juga) mau bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran.” (QS. At Taubah: 126).

Beliau mengatakan,

“Seorang yang mukmin, adalah yang berfikir / sadar saat Allah mendatangkan cobaan kepadanya, baik dengan kenikmatan atau musibah. Oleh karenya dalam sebuah hadis diterangkan, “Seorang mukmin selalu mendapatkan cobaan, sampai dia keluar dari alam dunia, bersih tanpa membawa dosa.”

BACA JUGA: Gerhana Matahari; Shalat atau Selfie?

Adapun orang munafik, perumpaannya seperti keledai. Tidak sadar kalau sedang diikat tuannya, ketika diperintah, ketika mendapat musibah, dan ketika diberi.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir untuk ayat 95 dari surat Al A’raf).

Tentu kita tak ingin meniru orang munafik itu. Bersikap dan bertingkah sepertinya. Tidak mengambil pelajaran dari setiap kejadian. []

SUMBER: MUSLIM

Tags: bulanFenomenaGerhanaMatahariPesan
ShareSendShareTweetShare
Advertisements



ADVERTISEMENT
Previous Post

Inilah 2 Tips Perawatan Rambut untuk Muslimah

Next Post

Ijma’ Para Sahabat Bahwa Hasil Ijtihad Mungkin Keliru

Laras Setiani

Laras Setiani

Terkait Posts

Larangan bagi Perempuan Haid atau Nifas, Manfaat Puasa Senin Kamis, Hukum Menunda-nunda Qadha Puasa Ramadhan, Puasa Senin Kamis, Manfaat Puasa Sunnah Senin dan Kamis, qadha puasa, Puasa Qadha, Waktu Membayar Utang Puasa Ramadhan, Ketentuan Qadha Puasa, Utang Puasa Ramadhan, Niat Puasa Senin-Kamis

Niat Puasa Senin-Kamis dan Keutamaannya

10 Agustus 2022
Foto: Unsplash

Tata Cara Shalat Duduk bagi Orang Sakit Beserta Penjelasannya

10 Agustus 2022
Nama Bulan Hijriah, Mahabbah Ilahiyyah, Keutamaan Amalan di Bulan Rajab, Waktu Terlarang Shalat Dhuha, Dilarang ketika Menghadap Kiblat, Dzulhijjah, Dzulhijjah, Keistimewaan Hari Jum'at

5 Keistimewaan Hari Jum’at

10 Agustus 2022
Mumayyiz

Apa itu Mumayyiz dan Baligh? Inilah Perbedaanya

10 Agustus 2022
Please login to join discussion
Facebook Twitter Youtube Pinterest

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist