Oleh: Alfi Taufik Faturrahman
Mahasiswa Jurusan Kimia, ITB
“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan…” (QS Asy-Syrh: 6)
ALHAMDULILLAH, Jika mendengar kalimat itu rasanya hati menjadi lebih tenang. Saya yakin kata-katanya pun sudah tidak asing lagi bukan? Ya, itu salah satu ‘pesan cinta’ yang Allah kirimkan untuk kita semua.
Seandainya kita mau meresapinya, seharusnya kita sadar bahwa Allah menginginkan kita untuk selalu yakin dan tak mudah putus asa dalam menjalani kehidupan.
Hidup memang tak mungkin terlepas dari yang namanya masalah. Dalam setiap pilihan yang kita ambil, pasti selalu ada masalah di dalamnya.
Ada kalanya kita merasa lelah dengan apa yang sedang kita jalani. Bahkan tak jarang hampir menyerah di tengah jalan saat kita dihadapkan dengan banyak tantangan dan hambatan. Namun, yakinlah bahwa Allah tak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Ya, itu semua janji Allah bukan?
Yang perlu kita lakukan hanyalah bersabar dan lakukan yang terbaik. Pertolongan Allah itu sangatlah dekat. Jika kau mau merenungkannya, cobalah hitung berapa banyak pertolongan yang Allah berikan kepadamu?
Pernahkah saat kau merasa ‘buntu’ terhadap suatu hal, kemudian dengan mudahnya ide cemerlang itu datang begitu saja? atau ketika kau mengerjakan sesuatu yang sulit dan kau pesimis, namun pada akhirnya dapat kau lakukan dengan baik? Atau saat kau merasa beban yang sedang kau pikul begitu berat, kemudian beban itu perlahan menghilang dari pundakmu, satu per satu masalahmu terselesaikan?
Saya yakin hal itu sering terjadi pada kita. Bahkan jika aku coba ingat-ingat pengalamanku sendiri, rasanya tak dapat dihitung.
Hmm, mungkin lewat tulisan ini ingin saya bagikan sedikit ceritaku. Pengalaman luar biasa yang pernah saya alami ketika tingkat pertama. Ya, saat masa-masa TPB (Tahap Persiapan Bersama), awal saya memulai perjuanganku di kampus tercinta.
Jujur, saya sangat bersyukur bisa masuk kampus ini. Jika dibandingkan dengan teman-temanku yang lain, kemampuan mereka sangat jauh lebih baik dibandingkan denganku. Maka, untuk suatu pencapaian yang sama, mungkin aku harus melakukan usaha yang jauh lebih besar dibanding mereka. Tapi, tak mengapa. Saya ada di sini memang untuk berjuang.
Saat TPB, ada mata kuliah yang sangat asing bagik saya, yaitu Pengenalan Teknologi Informasi (PTI), di dalamnya belajar pemrograman untuk bahasa C dan C++. Bagi sebagian orang mungkin hal itu sangatlah mudah, tapi saya butuh penyesuaian dan usaha yang luar biasa agar bisa memahami mata kuliah ini.
Tak terasa perkuliahan sudah berjalan sekitar 2 bulan, namun saya masih kesulitan untuk mengikuti materi. Saya masih ingat ketika sedang makan di kantin, saat itu teman-teman saya sedang asik ‘berimprovisasi’ dengan ilmu yang mereka miliki. Mereka sudah bisa menjalankan faktorial, sedangkan saya masih seabatas operasi matematika biasa. Padahal minggu depan sudah saatnya Ujian Tengah Semester (UTS). Dalam hati saya berkata, “Semoga saya tidak mengecewakan orang tuaku”.
Minggu depannya, saat menjelang UTS saya tengah mendapat amanah untuk menjadi Penanggung Jawab di acara ITB Fresh Time, semacam Ta’lim yang diadakan oleh GAMAIS (Keluarga Mahasiswa Islam) ITB. Pada saat itu kebetulan sedang kekurangan SDM untuk mengelola acaranya. Saya sangat bingung.
Jika kembali lagi tentang UTS PTI pun, saya masih belum siap. Maka dari itu, saya meminjam buku tentang bahasa C ke salah satu temanku. Niat saya ingin merangkum dan mempelajari materi yang akan diujikan. Tapi, belum sempat saya membuka buku itu, saya disibukkan dengan persiapan acara ITB Fresh Time, mulai dari poster sampai perizinan. Bahkan saya ingat saat itu saya harus lari dari gedung GKU Barat lantai 3 ke tempat print untuk mencetak posternya. Cukup melelahkan.
Sesampainya di kelas, baru saja saya hendak membaca buku yang ku pinjam. Tiba-tiba teman saya sudah memintanya kembali. Memang saya hanya izin untuk meminjamnya sehari. Alhasil saya kembalikan tanpa ada catatan sedikitpun di buku tulisku.
Namun, tiba-tiba ada yang memanggilku. Belum sempat saya menjawabnya, dia langsung menawarkanku untuk meminjam bukunya, kebetulan dia punya 2 buku. Tidak hanya sehari, bahkan dia meminjamkannya hingga Ujian Akhir Semester (UAS) selesai. Mungkin dia seperti itu karena melihat saya, tapi siapakah yang menggerakkan hatinya sehingga dia langsung meminjamkan bukunya pada saya? Bahkan tanpa saya bertanya lebih dahulu, siapakah yang paling tau tentang apa yang ada di dalam hati? Allah.
Bahkan bukan hanya itu, saya merasa setelah mendapatkan buku itu, saya lebih mudah dalam belajar. Dalam waktu sehari tiba-tiba saya dapat memahami materi yang awalnya saya masih bingung. Rasanya sampai UAS tiba, kemudahan demi kemudahan saya rasakan. Alhamdulillah, untuk mata kuliah ini, yang awalnya saya benar-benar tidak mengerti, pada akhirnya bisa mendapatkan nilai A, padahal teman-teman saya yang lebih baik dariku pun tidak mendapatkan nilai itu.
Siapa lagi yang bisa melakukannya selain Allah? Saya sangat yakin ini sama sekali bukan karena kepandaianku, tapi pertolongan dan anugerah dari Allah.
Satu pesan juga yang ingin saya sampaikan. Pesan ini sebenarnya datang dari Allah, saya yakin banyak dari kita yang sudah mendengarnya.
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7)
Ya, jangan pernah merasa rugi ketika kita berkorban untuk melakukan suatu kebaikan. Tak ada yang sia-sia, semuanya pasti akan mendapatkan balasannya sesuai dengan apa yang dikerjakan. Ketika kita melakukan suatu kebaikan yang diniatkan karena Allah, walau terlihat berat dan sulit, yakinlah pertolongan Allah begitu dekat.
Kau kira siapa yang selama ini menolongmu? Allah, tak ada yang lain. []