Oleh: Shinta Wahyu
[email protected]
SENANG rasanya melihat perkembangan ilmu Islam di Indonesia. Terutama di kalangan muslimahnya. Banyak yang telah menerapkan pakaian syar’i dalam penampilannya. Pakaian/ hijab syar’i ialah pakaian yang menutup lekuk tubuh dengan sempurna, mulai dari rambut sampai ujung kaki kecuali muka dan telapak tangan.
Pakaian yang tidak ketat dan tidak menerawang. Berwarna kalem, tidak menyolok dan banyak gaya. Sederhana. Bahkan beberapa sudah berani menutup sebagian wajahnya dengan niqab. Sungguh, tanpa seijin Allah tidak akan mudah.
BACA JUGA:Â Dia, Teladan Muslimah yang Fasih Bicaranya
Kalau dulu, Ilmu agama Islam seolah hanya di monopoli oleh orang-orang tertentu, hanya bisa dipelajari di lembaga yang tidak mudah dijangkau, kini seiring terlahirnya ulama-ulama muda yang giat dan gigih menyemai ilmu melalui berbagai media, belajar agama bukan lagi hal yang langka. Orang miskin yang tidak mampu memasukkan putra-putri mereka ke Pesantren, bisa bernapas lega.
Kaum dhuafa bisa ikut menimba ilmu kapan saja tanpa takut tak bisa membagi waktu antara belajar dan bekerja. Semua itu terjadi karena telah banyaknya Majelis Ilmu yang tersebar di berbagai tempat, welcome terhadap siapa pun yang ingin belajar.
Kembali ke persoalan muslimah, seperti yang kita tahu bahwa perubahan itu senantiasa dibarengi problematika. Sedangkan telah ditegaskan bahwa perempuan itu kurang akal dan agamanya, serta laksana tulang rusuk yang bengkok. Jika keras meluruskannya, dia akan patah. Namun jika dibiarkan saja, dia bengkok selamanya. Karena itu pelan-pelan saja.
Menjadi seorang muslimah, tidak selesai hanya dengan berpakaian syar’i dan ikut mengaji saja. Banyak pe-er yang harus diselesaikan. Sebagai pilar peradaban, wanita harus berhati-hati dalam semua hal. Dalam suatu kaum, jika para wanitanya rusak maka rusak lah kaum tersebut. Wanita yang lemah, mudah baginya tergelincir dari jembatan istiqomah. Tetapi bila dia arogan, salah-salah menjadi penyebab permusuhan dan kerap mengundang fitnah. Sedangkan telah diwanti-wanti oleh Rasulullah, bahwa fitnah yang paling besar adalah wanita. []
Surakarta, 12 Agustus 2016