• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Minggu, 21 Desember 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Dari Anda Opini

Hawa Nafsu dan Hasrat Ingin Berkuasa

Oleh Dini Koswarini
2 tahun lalu
in Opini
Waktu Baca: 4 menit baca
A A
0
Hawa Nafsu, orang shaleh, Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Aib

Foto: Unsplash

0
BAGIKAN

 

Hawa Nafsu dan Hasrat Ingin Berkuasa 1 Hawa NafsuOleh: Enzen Okta Rifai, Lc
Alumni perguruan tinggi International University of Africa, Republik Sudan
enzenoktarifai@gmail.com

JIKA kita tergoda oleh hawa nafsu, maka target pencapaian selalu kita kejar sampai di mana pun dan kapan pun. Misalnya, kita ingin meraih kemenangan dalam lomba tertentu, maka kita berlatih mati-matian untuk mencapai target hingga kita berhasil mencapai kesuksesan. Dengan demikian, boleh jadi harta dan popularitas akan mampu kita raih. Kadangkala, untuk mencapai sasaran yang dituju, manusia menggunakan cara-cara culas dan curang yang dilakukan sekehandak hatinya, sehingga ia dapat berhasil melalui jalan yang tidak fair, dan dengan demikian tidak diridhoi oleh Tuhan.

Bagi seorang yang bijak dan beradab, menang atau kalah akan dipasrahkan kepada ketentuan juri, setelah ia berusaha secara optimal. Secara moril, ia sudah siap menerima kemenangan, juga sudah siap menghadapi kekalahan dengan hati lapang dan terbuka. Demikian yang diajarkan Islam mengenai konsep sabar dan syukur. Jika hati sudah dekat dengan Allah, niscaya manusia akan dibekali kesabaran dan kelapangan untuk menerima kekalahan, bahkan hinaan dan caci-maki sekalipun. Maka, dalam hal kesuksesan pun ia akan memikulnya dengan kelapangan dan rasa syukur, serta tidak terperangkap dalam keangkuhan dan kesombongan.

ArtikelTerkait

5 Prinsip Emas Bisnis Rasulullah yang Relevan Sepanjang Zaman

Apa yang Terjadi Jika Makan Telur Tiap Hari?

The End of Medsos

Apa Itu Nimbus, Varian Baru Covid 19 yang Lagi Merebak?

Hawa nafsu, terutama nafsul ammarah, seringkali menjebak manusia ke dalam sifat hasad dan dendam kesumat. Boleh jadi karena dulunya ia pernah merasa tersakiti. Meskipun, bisa jadi pihak yang menyakiti itu sudah lupa karena berjalannya sang waktu, atau karena kesalahan yang dilakukannya atas dasar ketidaksengajaan atau ketidakpahaman akan suatu nilai tertentu. Melalui perjalanan waktu, sesuatu yang dulu kita anggap besar, boleh jadi ternyata hanya masalah sepele yang sudah tak mengandung arti apa-apa di mata banyak orang. Namun, yang sepele akan tetap menjadi besar, bahkan akan dianggap semakin besar oleh seseorang yang suka memelihara sifat hasad, sehingga hati dan jiwanya tetap picik dan sempit.

BACA JUGA:  Nietzsche dan Filsafat Nabi

Godaan hawa nafsu kadang membuat manusia sibuk mengejar target dan sasarannya untuk membalas perlakuan pada si Z, sementara dia sudah mengorbankan ABCD dan seterusnya di tengah perjalanan. Pokoknya, dia bersikeras menaklukkan si Z, padahal nasib hidup Z sepenuhnya berada di tangan Allah. Ambisi dan keserakahan untuk menaklukkan si Z menjadi agenda utama baginya. Padahal, ketentuan untuk mencapai target bukan mutlak di tangannya, tetapi imajinasinya tergoda oleh suatu keyakinan, seolah-olah hasil akhir pasti berada di tangannya.

Restoran Padang, pintu setan, Adab Bertakziah, Miqdad bin Amr, Hawa Nafsu
Foto: Pinterest

Di sisi lain, justru target yang dicapai Iblis (setan) sebagai sang penggoda sudah mencapai sasarannya, manakala orang yang digodanya bersifat pemarah, tamak dan serakah, terlepas apakah yang menjadi korban adalah si Z atau bukan. Bagi Iblis, tak ada urusan, apakah orang itu berhasil atau tidak dalam rangka menaklukkan si Z. Yang pasti si ABCD dan seterusnya telah menjadi korban dari sifat amarah dan kedengkiannya.

Rumus itulah setidaknya, yang membuat Imam Ali bin Abi Thalib pernah berfatwa: “Tidak sama orang yang mencari-cari kesalahan walaupun sudah berhasil diraihnya, ketimbang orang yang mencari kebenaran walaupun belum berhasil diperolehnya.”

Kadangkala ada jalan mulus yang diraih seseorang, meskipun menyimpang dari agama dan jalan Tuhan. Ia akan tetap dibiarkan untuk mencapai titik keberhasilannya, sampai akhirnya ia akan dipaksa oleh keadaan, bahwa sesuatu yang diraih secara tidak baik (halal) pasti akan mengundang kehinaan dan malapetaka. Tak peduli apakah yang diperjuangkannya itu berlabel religius atau bukan, karena hakikat yang diperjuangkan tergantung kepada niatnya. Untuk itu, para ulama sufi menyatakan, bahwa amalan bersifat duniawi yang ditujukan untuk akhirat, jauh lebih mulia ketimbang amalan bersifat ukhrawi (agama) namun hanya diperuntukkan bagi kepentingan duniawi belaka.

Karena kehidupan dunia ini hanya sepintas dan sekejap mata, maka dalam penilaian Allah, tak penting Anda menang atau kalah dalam perlombaan untuk mencapai kursi jabatan dan kedudukan politik. Yang terpenting Anda bersikap jujur dan fair atau tidak, dalam rangka menjalani perlombaan tersebut. Ketika Anda menang maka Anda bersikap legawa dan rendah-hati, dan ketika Anda kalah, Anda akan menerima dengan sabar dan lapang-hati, itulah yang terbaik dalam pandangan Tuhan. Untuk apa kesuksesan yang hanya sekejap itu Anda kejar mati-matian, sementara Anda merelakan diri sebagai “manusia terhina” di mata Allah?

Tak jadi soal Anda terhinakan di mata manusia, namun hakikatnya mulia di mata Allah. Ketimbang Anda memaksakan diri agar terlihat mulia di mata manusia namun hakikatnya hina dan kotor di mata Allah. Untuk apa mengejar kemuliaan (popularitas) di mata manusia, yang sifatnya semata-mata fana dan semu belaka? Alangkah bodohnya orang yang mengorbankan kenikmatan yang abadi, hanya untuk mendapatkan kenikmatan semu dan sekejap mata saja. Alangkah hinanya orang yang mengorbankan kemenangan sejati, hanya untuk meraih kemenangan yang instan dan sesaat belaka.

Konon, untuk mencapai tingkat popularitas, kekayaan dan kekuasaan, manusia sampai nekat menggadaikan jiwanya kepada Raja Iblis (Jin Ifrit). Setidaknya itulah kisah yang pernah dialami Nabi Sulaiman dalam Alquran maupun kitab-kitab terdahulu. Kisah itu pun diadaptasi oleh sastrawan Jerman, Wolfgang Goethe, mengenai seorang ilmuwan yang menggadaikan jiwanya pada sang Raja Iblis, yang kemudian ilmuwan tersebut menjadi takluk dan tunduk untuk menjalani hidup dalam bimbingan sang Raja Iblis.

Ibrahim bin Adam, Hawa Nafsu
Foto: Aldi/Islampos

Dalam cerpen yang ditulis Hafis Azhari, “Kunjungan Iblis Mefisto” (radarntt.co), memberikan gambaran jelas, agar manusia terhindar dari godaan hawa nafsu, yang dipersonifikasi melalui godaan Iblis Mefisto yang hendak merenggut kembali talenta atau bakat yang dimiliki sang penulis. Maka, terjadilah dialog intensif, bahwa bakat yang dimiliki manusia hakikatnya adalah anugerah Allah yang patut disyukuri. Namun kemudian, Iblis Mefisto mengklaim bahwa keahlian itu berkat pemberian bos dan atasannya.

BACA JUGA:  Karakteristik Setan

Ditunggu, ditunggu, akhirnya sang penulis melepas bakat yang dimilikinya, serta memasukkannya ke dalam kotak yang disodorkan si Mefisto. Namun, karena di dalam kotak itu terkandung karya-karya penulis yang mengagungkan kebesaran dan keadilan Tuhan, maka tersungkurlah Mefisto lantaran ia tak sanggup lagi memikul beban berat di pundaknya. Akhirnya, bakat itu pun diserahkan kembali kepada sang penulis, dan Iblis Mefisto lari tunggang langgang dengan kotak kosong yang terpikul di pundaknya.

Dengan demikian, hawa nafsu dapat ditaklukkan dan dikendalikan oleh kekuatan iman dan ilmu yang mumpuni. Sebab pada prinsipnya, iman tanpa ilmu dapat menjerumuskan manusia ke lembah kesesatan, sedangkan ilmu tanpa iman akan membuat manusia menjadi angkuh dan sombong. Padahal sejatinya, apa yang dimiliki oleh setiap manusia, hanyalah setetes air di lautan samudera yang maha luas. []

Kirim tulisan Anda ke Islampos. Isi di luar tanggung jawab redaksi. Silakan kirim ke: islampos@gmail.com, dengan ketentuan tema Islami, pengetahuan umum, renungan dan gagasan atau ide, Times New Roman, 12 pt, maksimal 650 karakter.

Tags: Hawa NafsuKekuasaan
ShareSendShareTweetShareScan
ADVERTISEMENT
Previous Post

Bawaslu Dorong Masyarakat Berani Tolak Politik Uang

Next Post

Bertemu di Jeddah, Menag Yaqut dan Menhaj Taufiq Bahas Persiapan Haji 1445 H

Dini Koswarini

Dini Koswarini

Terkait Posts

Leasing, Bisnis

5 Prinsip Emas Bisnis Rasulullah yang Relevan Sepanjang Zaman

11 Juli 2025
telur

Apa yang Terjadi Jika Makan Telur Tiap Hari?

16 Juni 2025
Threads

The End of Medsos

14 Juni 2025
Syarat Taubat Diterima, Waktu Mustajab untuk Berdoa, Hukum Menggunakan Masker ketika Shalat, Waktu Berdoa yang Mustajab, Hadits tentang sabar, Sedekah Shubuh, ibadah, keutamaan berdoa, Syarat Taubat, Waktu Mustajab untuk Berdoa di Hari Jumat, Hukum Menghadiahkan Al-Fatihah untuk Diri Sendiri, Doa Memohon Ampunan pada Allah SWT, Perkara Iman, Istighfar,Hukum Meminta Doa dari Orang Lain, Nimbus

Apa Itu Nimbus, Varian Baru Covid 19 yang Lagi Merebak?

13 Juni 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Melakukan Perubahan, sifat jujur, orang yang meninggalkan shalat, istidraj, FITNAH, SYAHWAT, maksiat, bunuh diri, dosa, maksiat, taubat

5 Alasan Jangan Mengungkit Dosa Masa Lalu Seseorang yang Sudah Bertaubat

Oleh Yudi
14 Juli 2025
0

agar tidak mengulangi dosa, mengganti shalat wajib, dosa jariyah, mandi, dosa, shalat

Jangan Tinggalkan Shalat Meski Badan Kotor saat Kerja, Tidak Semua Kotor Itu Najis

Oleh Yudi
14 Juli 2025
0

Senin

Jangan Lagi Bilang “Nggak Suka Senin!”

Oleh Dini Koswarini
14 Juli 2025
0

Cerai, Sebab Zina Dilarang dalam Islam, zina, Penyebab Lelaki Selingkuh, Talak

Talak: Halal yang Dibenci, Senjata Iblis untuk Memecah Belah

Oleh Saad Saefullah
13 Juli 2025
0

Laporan Donasi Islampos Juli 2025: Alhamdulillah, Sudah Terkumpul Rp2.390.999! 2 Hawa Nafsu

Laporan Donasi Islampos Juli 2025: Alhamdulillah, Sudah Terkumpul Rp2.390.999!

Oleh Saad Saefullah
13 Juli 2025
0

Terpopuler

Al-Mahdi, Sang Pemimpin yang Dinanti di Akhir Zaman (2-Habis)

Oleh Saad Saefullah
15 Mei 2024
0
Al-Mahdi, Kabah, Sosok Pertanda Datangnya Kiamat

Sekaligus ini menunjukkan kebagusan pemimpin ini, Al-Mahdi, dimana dia menghadiri salat berjama’ah bersama kaum muslimin.

Lihat LebihDetails

MasyaAllah, Inilah 124 Nama Sahabiyat untuk Bayi Perempuan beserta Artinya

Oleh Haura Nurbani
24 Agustus 2023
0
Hukum Mengubur Ari-ari Bayi, Fakta Bayi Baru Lahir, ASI, ciri bayi cerdas, nama, Nama Anak Perempuan, Hukum Bayi Tabung dalam Islam, Doa ketika Melahirkan

Nama Sahabiyat adalah nama wanita-wanita agung yang dikaitkan dengan Nabi Muhammad dalam menyebarkan Islam bersamanya.

Lihat LebihDetails

Apa Itu Buhul-buhul?

Oleh Sodikin
15 Juli 2017
0
Foto: Gumtree

Biasanya kabel sihir ini dibawa oleh pasukan jin lalu pasukan jin itu masuk kedalam tubuh manusia dan mengikatkan kabel sihir...

Lihat LebihDetails

Jawab 20 Pertanyaan tentang Islam Ini, dari yang Paling Mudah sampai yang Agak Sulit

Oleh Dini Koswarini
2 Mei 2025
0
Teka Teki Fiqih, Pertanyaan, Pertanyaan tentang Islam

Berikut 20 soal pilihan ganda bertema Islami, disusun dari tingkat mudah hingga sulit, lengkap dengan jawabannya,

Lihat LebihDetails

Ini 8 Ayat Al-Quran tentang Perintah Bekerja Keras

Oleh Sufyan Jawas
26 Oktober 2021
0
hadist-hadist tentang kesombongan

Banyak sekali kita jumpai ayat Al-Quran tentang perintah bekerja keras. Bekerja keras merupakan sebuah keharusan yang dimiliki oleh setiap orang

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.