• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Senin, 30 Juni 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Tsaqofah Sejarah

Evolusi Ilmu Hadis

Oleh Eneng Susanti
6 tahun lalu
in Sejarah
Waktu Baca: 3 menit baca
A A
0
pendidikan, buku,

Ilustrasi. Foto: Reader's Digest

0
BAGIKAN

BEBERAPA orang menuding bahwa tidak ada metodologi untuk merekam Hadis, terutama selama masa Nabi. Oleh karena itu, mereka mengklaim, ini menimbulkan keraguan tentang keaslian ilmu Hadits dan Sunnah secara umum.

Tuduhan ini sangat keliru karena selama masa hidupnya, Nabi SAW biasa mengajarkan Sunnahnya dengan tiga metode: lisan, tertulis (dikte kepada ahli Taurat), dan demonstrasi praktis.

Sejauh apa yang menyangkut metode pertama, Nabi menggunakannya untuk mengulangi hal-hal penting sebanyak tiga kali. Dia kemudian akan mendengarkan apa yang telah dipelajari para sahabat darinya.

BACA JUGA: Hadist, Kenapa Harus Shahih Bukhari dan Muslim?

ArtikelTerkait

Apa Itu Konspirasi Sykes-Picot: Awal Perpecahan Dunia Islam?

Kejahatan-kejahatan Hajjaj bin Yusuf

Tragedi Kereta Api Bintaro: Luka Mendalam dalam Sejarah Transportasi Indonesia

Berapa Jarak Waktu yang Disebutkan oleh Rasulullah dengan Penaklukan Konstantinopel oleh Al-Fatih?

Metode kedua mencakup semua surat Nabi kepada raja yang berisi ajakan untuk masuk Islam, dan kepada gubernur Muslim yang merinci aturan zakat dan masalah hukum lainnya.

Demikian juga, Nabi mengajarkan para sahabatnya cara melakukan wudhu, sholat, puasa, naik haji, dan sebagainya. Ini merupakan metode ketiga pengajaran Sunnah oleh Nabi.

Para sahabat memainkan peran penting dalam mempelajari dan mengajarkan Hadits Nabi. Mereka menggunakan ketiga metode yang diterapkan oleh Nabi untuk mengajar Sunnah, dan mereka melakukan hadits Nabi untuk mengenangnya.

Menuliskan Hadis (Tadwin Al-Hadits)

Dalam literatur Hadits, kita dihadapkan dengan hadits yang melarang atau mungkin mencegah kemungkinan penulisan hadis.

Abu Sa`id Al-Khudri meriwayatkan sebuah hadis Nabi: “Jangan menulis dari saya apa pun kecuali Alquran dan barang siapa yang menulis sesuatu dari saya selain Alquran harus menghapusnya.”

Ini adalah satu-satunya hadis terkait hal ini. Hadits-hadits lain yang sering dikutip yang melarang penulisan merupakan hadits lemah dan tidak dapat diterima.

Hadits yang disebutkan di atas dicatat dalam Al-Bukhari. Hadits itu merujuk pada  tidak ada yang harus ditulis pada lembar yang sama bersama Alquran, karena ini dapat menyebabkan pencampuran teks Alquran dengan hadis. Perintah ini diberikan ketika Al Qur’an diturunkan sedikit demi sedikit dan belum lengkap.

Penafsiran lain dari hadits itu adalah bahwa dilarang menulis hadis pada masa-masa awal karena semua perhatian harus diberikan pada Al-Qur’an dan pelestariannya.

Kemudian, ketika tidak ada rasa takut untuk meninggalkan Alquran, perintah sebelumnya dibatalkan dan para Sahabat diizinkan untuk menulis hadis.

Izin untuk merekam hadits

Di sisi lain, kita memiliki bukti bahwa Nabi menyetujui penulisan hadisnya. Ditemukan bahwa banyak sahabat mencatat hadis. Misalnya, `Abdullah ibn` Amr diizinkan dan bahkan didorong oleh Nabi SAW untuk menulis Hadis.

Selain itu, sekitar 50 Sahabat dan banyak pengikut dikatakan telah memiliki naskah ( sahifah, suhuf jamak Arab), yang digunakan sebagai istilah untuk menunjuk ringkasan Hadis yang muncul selama abad sebelum pembentukan koleksi klasik.

Naskah asli telah hilang, tetapi sangat sedikit salinan yang selamat. Contohnya adalah naskah Hammam ibn Munabbih, yang belajar dari Abu Hurairah dan darinya ia menulis manuskripnya yang berisi 138 hadis. Naskah ini diyakini telah ditulis sekitar pertengahan abad pertama setelah Hijrah (abad ketujuh M).

Mengumpulkan Sunnah

Pada awal abad kedua Hijriah, pada masa pemerintahan ‘Umar ibn `Abdul-`Aziz (AH 97-101 / 715-19 M) teks-teks Hadis telah komitmen untuk ditulis. Sunnah dikumpulkan di Suriah, Mesir, Irak, Yaman, dan Khurasan. Para teolog terkemuka mengucapkan beberapa pernyataan peringatan terhadap perawi yang tidak bermoral dan riwayat mereka yang tidak dapat diandalkan.

Imam Malik (w. AH 179/795 M) adalah orang pertama yang melakukan kompilasi Hadis yang komprehensif dan sistematis. Karyanya dikenal sebagai Al-Muwatta ‘ (The Trodden Path). Belakangan, kompilasi lain muncul.

Dalam hal ini, sangat penting untuk dicatat bahwa ada dua jenis kompilasi: musnad dan Musannaf. Dalam koleksi musnad, hadits disusun secara alfabet dengan nama para sahabat yang otoritasnya diriwayatkan. Contoh dari jenis ini adalah Musnad dari Ibn Hanbal (w. AH 241/855 M).

Dalam koleksi musannaf , hadis dicatat di bawah berbagai judul yang berhubungan dengan subjek hukum. Contohnya adalah As-Sihah As-Sittah ( Enam Buku Otentik Hadits ), yaitu kompilasi Al-Bukhari (w. 256 H / 870 M), Muslim (w. 261 H / 874 M), An-Nasa’i (w. 303 H / 916 M), Abu Dawud (w. 275 H / 889 M), At-Tirmidzi (w. 279 H / 892 M), dan Ibn Majah (w. 273 H / 886 M).

Seiring berlalunya waktu, banyak hadis muncul karena beberapa alasan. Beberapa hadits ini tidak asli. Karena itu, sangat perlu untuk menyaring yang asli dari yang dibuat-buat atau palsu.

Cara Menghindari Salah mengutip Hadis (Pedoman & Contoh)

Orang bisa mengatakan bahwa tugas ini sama pentingnya dengan menghilangkan gulma dari hamparan bunga. Yang pasti, tugas itu tidak mudah bagi para sarjana awal. Mereka harus mengembangkan alat yang dengannya mereka dapat mengatur literatur Hadits yang begitu besar.

Harus diperhatikan bahwa aturan dan kriteria yang dikembangkan oleh para ulama Hadis yang mengatur studi Hadis mereka sangat teliti, tetapi beberapa terminologi mereka bervariasi dari orang ke orang.

BACA JUGA: Dua Ahli Hadis yang ‘Sesat’ dan ‘Lemah‘

Prinsip-prinsip mereka mulai ditulis secara sistematis, tetapi tersebar di antara berbagai buku, misalnya, Risalah Ash-Syafi’i, pengantar Sahih Muslim, dan Jami` At-Tirmidzi.

Banyak kriteria ulama Hadits awal, seperti Al-Bukhari, disimpulkan oleh ulama kemudian dari penelitian yang cermat yang wartawan atau isnad (rantai transmisi) diterima atau ditolak oleh mereka.

Dengan cara ini ilmu Hadits (mustalah al-hadits) muncul. Itu adalah tujuan dari ilmu ini untuk menyaring, mengatur, mengembangkan, dan menyusun materi sebelumnya. Para ahli mengajukan teori, memperluas karya biografis dari semua generasi. Mereka membuat klasifikasi lengkap dari perawi dan hadis, dan melakukan pekerjaan kompiler terkemuka untuk pengawasan ketat, tidak menyisakan Al-Bukhari dan Muslim. []

SUMBER: ABOUT ISLAM

Tags: hadisilmu hadis
ShareSendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Islam Melarang Mandi Malam?

Next Post

4, Mengikuti Teladan Nabi

Eneng Susanti

Eneng Susanti

Terkait Posts

sykes-picot

Apa Itu Konspirasi Sykes-Picot: Awal Perpecahan Dunia Islam?

25 Juni 2025
Damaskus, Hajjaj bin Yusuf

Kejahatan-kejahatan Hajjaj bin Yusuf

15 Juni 2025
kereta bintaro, kereta

Tragedi Kereta Api Bintaro: Luka Mendalam dalam Sejarah Transportasi Indonesia

31 Mei 2025
Konstantinopel, Khaibar

Berapa Jarak Waktu yang Disebutkan oleh Rasulullah dengan Penaklukan Konstantinopel oleh Al-Fatih?

14 Mei 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Musibah, Kematian

Kematian, Setiap Hari Semakin Mendekat

Oleh Dini Koswarini
30 Juni 2025
0

Cristiano Ronaldo,

Cristiano Ronaldo Resmi Perpanjang Kontraknya Bersama Al-Nassr, Nilainya Fantastis Capai 10 Triliun!

Oleh Haura Nurbani
29 Juni 2025
0

Firaun

10 Keistimewaan yang Allah SWT Berikan kepada Firaun

Oleh Dini Koswarini
29 Juni 2025
0

Nayirah

Propaganda Berdarah Air Mata – Kisah Palsu Nayirah dan Perang Teluk

Oleh Saad Saefullah
29 Juni 2025
0

Arie Hanggara

Kisah Arie Hanggara, Anak 6 Tahun yang Dihukum oleh Ayahnya Sendiri

Oleh Dini Koswarini
29 Juni 2025
0

Terpopuler

Ciri-ciri Motor yang Harus Sudah Ganti Oli

Oleh Haura Nurbani
28 Juni 2025
0
Motor

Berikut ini adalah ciri-ciri motor yang sudah waktunya ganti oli dan sebaiknya jangan diabaikan.

Lihat LebihDetails

Cara Memberi Tahu Teman Kalau Dia Bau Badan: Jujur Tanpa Menyakiti

Oleh Yudi
27 Juni 2025
0
bau badan , teman,

Menyampaikan kekurangan teman adalah bentuk cinta yang paling tinggi, tapi cara penyampaiannya harus penuh adab.

Lihat LebihDetails

8 Cara Kendalikan Hawa Nafsu bagi Pria yang Belum Sanggup Menikah

Oleh Yudi
26 Juni 2025
0
sifat, manusia, neraka, kesalahan, meludah, kufur, shalat tahajud, putus asa, futur, iman, berdusta, hawa nafsu, stres, amalan, rambut, amalan, berputus asa, bermaksiat, nafsu, hawa nafsu

Semakin banyak aktivitas yang bermanfaat, semakin sedikit ruang untuk bisikan hawa nafsu.

Lihat LebihDetails

Inilah 3 Sosok yang Jadi Pertanda Datangnya Kiamat

Oleh Eneng Susanti
9 Oktober 2020
0
3 jari amalan pahala berlipat

Berikut ini sejumlah sosok yang dikaitkan dengan tanda munculnya hari kiamat

Lihat LebihDetails

10 Kengerian Hari Kiamat Menurut Hadist Nabi ﷺ

Oleh Haura Nurbani
27 Juni 2025
0
Prediksi Kiamat, Tiupan Sangkakala, Maksud Hari Sabtu Penuh Tipu Daya, Maksud Hari Sabtu Penuh Tipu Daya,Hari Kiamat

Hari Kiamat bukan sekadar akhir dari kehidupan dunia, melainkan sebuah peristiwa dahsyat yang menggetarkan langit dan bumi.

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.