• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Senin, 2 Juni 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Ibrah

Zuhudnya Orang Kaya, Bagaimana?

Oleh Sodikin
5 tahun lalu
in Ibrah
Waktu Baca: 3 menit baca
A A
0
Ilustrasi. Foto: Unsplash

Ilustrasi. Foto: Unsplash

0
BAGIKAN

TANYA: Mayoritas yang diceritakan tentang zuhud adalah orang-orang miskin sehingga mereka qana’ah dengan apa yang mereka miliki. Lalu bagaimana zuhudnya orang kaya? Apakah orang yang punya banyak harta dan selalu membeli materi boleh dikatakan orang yang tidak zuhud?

 

JAWAB: Zuhudnya orang kaya adalah dengan cara tidak menjadikan kekayaannya sebagai kebanggaan dan cita-citanya yang tertinggi. Dengan cara menggunakan kekayaan tersebut seperlunya saja, selebihnya digunakan untuk menolong orang lain, bersedekah, menolong agama Allah serta meninggikan kalimat Allah di atas muka bumi.

Syaikh Abdurrahman Ad-Dausiri mengatakan:

ArtikelTerkait

Sungai di Zaman Nabi Daud

Wahai Jiwa, Mengapa Engkau Enggan Sedekah?

Ciri Orang yang Tidak Pernah Mau Bersedekah, Hah Ternyata …

Nasihat-nasihat yang Dalam dari Imam Hasan Al-Bashri

“Zuhud itu dengan tidak menjadikan dunia sebagai tujuan utamanya, dan tidak menjadikan dunia mengalahkan cita-cita akhiratnya sehingga ia lebih memilih untuk selalu bekerja siang malam untuk membanggakan harta dan berlomba dalam memperbanyak harta.

BACA JUGA: Zuhud, Ini 3 Tingkatannya

Namun kesudahan dari aktivitas kerjanya adalah untuk menolong agama Allah dan mengutamakan kepentingan akhirat. Yang dengan itu semua ia bisa merealisasikan jihad di jalan Allah serta memperbaiki hubungan baik antara dia dengan Allah dan dengan sesama makhluk.

Dan tidaklah zuhud itu dengan cara menyingkir dari bekerja dan menjauh dari kehidupan lalu beralih menuju kehidupan kerahiban yang merupakan produk gagal ajaran para penyembah berhala.

Yang seperti ini tidak layak disebut zuhud, namun ia adalah kepengecutan dan cerminan dari kerdil dan lemahnya jiwa, serta menelantarkan potensi-potensi kemanusiaan.

Perilaku seperti ini merupakan bid’ah yang buruk, yang memperlambat kaum muslimin dari kemajuan, serta memperlambat proses mendekatnya mereka kepada risalah dan agama mereka, sehingga para pengikut kebatilan akan dengan mudah menyerang kaum muslimin di negri mereka serta meluluh-lantakannya.” (Al-Ajwibah Al-Muhimmah Limuhimmatil ‘Aqidah : 1/74).

Adapun mengenai mayoritas orang zuhud adalah orang miskin yang terjebak dalam kemiskinan sehingga ia ridha atasnya, maka ini tidak benar. Karena di sana ada banyak para nabi, para sahabat, orang-orang yang shalih, yang sebenarnya sangat mudah mendapatkan kekayaan. Namun mereka lebih memilih menginfakkan hartanya karena takut terfitnah oleh harta tersebut.

Jadi tidak semua yang miskin itu karena tidak mampu menjadi orang kaya, ada di antara mereka yang mampu, dan memiliki peluang besar menjadi orang kaya. Tapi mereka tidak mengambil peluang tersebut karena takut terfitnah oleh harta. Seperti Abu Bakar yang menginfakkaan seluruh hartanya, seperti Utsman yang kaya raya tapi lebih memilih hidup sederhana, seperti Abu Dzar Al-Ghifari yang menolak menerima jabatan. Dan di zaman sekarang kita mendengar Syaikh Ar-Rajihi salah satu orang terkaya di Saudi yang menginfakkan seluruh hartanya. Itu mereka lakukan karena takut terfitnah harta, Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya pada setiap umat itu ada fitnahnya, dan sesungguhnya fitnahnya umatku (umat islam) ada di dalam harta.” (HR. Ahmad : 17471).

Advertisements

Namun demikian seperti penjelasan Syaikh Abdurrahman di atas, zuhud tidak identik dengan kemiskinan atau tampil sederhana. Karena hakikat zuhud itu ada di dalam hati, sehingga sangat mungkin orang kaya menyandang predikat zuhud. Dengan cara menjauhi hal-hal yang haram, menjadikan hartanya sebagai potensi untuk senantiasa menolong agama Allah SWT:

إذا كان قلبه غير معلق بالدنيا فإن هذا من أعظم الزهد.

وقد مرت على الأمة فترة من الفترات ظن الكثير أن الزهد يتعلق بالظاهر، فإذا لبس الإنسان ثوباً خشناً، أو كان الإنسان بعيداً عن الملابس الغالية أو الأشياء الغالية في بيته أو في أي مكان اعتبروا ذلك من الزهد، وهذا مظهر وليس بأساس في الزهد ولا في حقيقة الزهد، فحقيقة الزهد هو زهد القلب، فإذا زهد القلب في الحرام فإنه يترتب عليه عدم التعلق بالدنيا.

“Inilah hakikat zuhud, maka zuhud itu bukan dengan mengenakan pakaian yang kasar/jelek, zuhud bukan dengan sedikit makan, zuhud bukan dilihat dari tampilan luar. Akan tetapi pondasi zuhud ialah zuhudnya hati. Apabila manusia hatinya tidak tergantung dengan dunia maka inilah zuhud yang paling agung.

Dan telah berlalu dalam sejarah umat ini satu zaman di antara zaman-zaman yang ada ketika itu banyak manusia menyangka bahwasanya zuhud itu berkaitan dengan tampilan luar. Jika manusia memakai pakaian yang kasar lagi jelek atau ketika manusia menjauh dari pakaian yang mahal lagi indah dan perabotan indah di rumahnya atau di lokasi lain, mereka lantas menganggap perilaku ini sebagai cerminan zuhud.

Ini bukanlah cerminan zuhud, bukan pula pondasi zuhud, bukan pula hakikat zuhud. Hakikat zuhud yang sebenarnya ialah zuhud hati, apabila hati merasa zuhud/menyingkir dari keharaman, maka akan berimbas pada hilangnya ketergantungan hati kepada dunia.” (Dirasah Madhu’iyyah Lil Haa’iyyah, Wa Lum’atil I’tiqad Wal Wasitiyyah : 5/5).

BACA JUGA: Ummu Hasan, Muslimah yang Cerdas dan Zuhud

Demikian pula Imam Ath-Thibbi berkomentar tentang zuhud ini :

هذا رد على من زعم أن الزهد في مجرد ترك الدنيا ولبس الخشن وأكل الجشب، أي: ليس حقيقة الزهد ما زعمته، بل حقيقته أن تأكل الحلال، وتلبس الحلال، وتقنع بالكفاف، وتقصر الأمل، ونحوه قوله – صلى الله تعالى عليه وسلم -: ” «الزهادة في الدنيا ليست بتحريم الحلال ولا بإضاعة المال، ولكن الزهادة في الدنيا بأن لا تكون بما في يديك أوثق بما في أيدي الناس»

“Ini merupakan bantahan bagi orang yang menyangka bahwa zuhud sekedar meninggalkan dunia, mengenakan pakaian kasar, makan makanan yang sederhana. Maksud dari atsar di atas adalah hakikat zuhud tidak seperti yang engkau sangka.

Namun hakikat zuhud ialah dengan hanya memakan makanan yang halal, mengenakan pakaian yang halal, merasa cukup, tidak ambisius dan yang lainnya senada dengan sabda Nabi SAW, Zuhud di dunia bukan dengan mengharamkan yang halal, atau dengan membuang harta, tapi zuhud itu dengan tidak menjadikan apa yang ada di tanganmu lebih kuat dari apa yang ada di tangan manusia (dermawan kepada manusia). (Mirqatul Mafatih : 8/3305). []

SUMBER: BIMBINGAN ISLAM

Tags: DuniaHalalHartaorang kayazuhud
ShareSendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Umar bin Khattab dan Sarung Tambalannya

Next Post

Manfaat Adzan untuk Bayi Baru Lahir

Sodikin

Sodikin

Terkait Posts

Nabi Musa, Nabi Daud

Sungai di Zaman Nabi Daud

27 Mei 2025
Hal yang Bisa Jadi Kita Sedekahkan, Keutamaan Sedekah

Wahai Jiwa, Mengapa Engkau Enggan Sedekah?

20 Mei 2025
Utang Piutang, Pekerjaan yang Dilaknat dalam Islam, Adab Utang Piutang dalam Islam, Keutamaan Memberi Utang, Kesalahan saat Bersedekah

Ciri Orang yang Tidak Pernah Mau Bersedekah, Hah Ternyata …

16 Mei 2025
Keutamaan Berjima di Malam Jumat, Tempat Duduk Penghuni Surga, Nasihat, Nabi Luth, Posisi Duduk yang Dimurkai, Manusia, Hasan Al-Bashri

Nasihat-nasihat yang Dalam dari Imam Hasan Al-Bashri

15 Mei 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Poligami

Ga Semuanya, tapi Kenapa Lelaki yang Poligami Cenderung Bohong pada Istri Pertamanya?

Oleh Dini Koswarini
2 Juni 2025
0

pengentalan darah, pembuluh darah, muntah darah, darah, haid

7 Penyebab Perempuan Haid Bisa Sampai 1 Bulan

Oleh Yudi
2 Juni 2025
0

impotensi, usia 40 tahun, 40 tahun, shalat

Belum Bisa Shalat di Usia 25 Tahun, Bagaimana?

Oleh Yudi
2 Juni 2025
0

Ulil Amri

Menaati Ulil Amri, Siapa Ulil Amri?

Oleh Saad Saefullah
2 Juni 2025
0

Cara Mengendalikan Sifat Boros, Renungan tentang Rezeki, Keuangan Keluarga

10 Ucapan yang Tidak Boleh Dikatakan Suami kepada Istri tentang Keuangan Keluarga

Oleh Dini Koswarini
2 Juni 2025
0

Terpopuler

92 Prediksi Akhir Zaman yang Menjadi Kenyataan: Bukti Kenabian Muhammad ﷺ

Oleh Saad Saefullah
1 Juni 2025
0
Ciri Kiamat Besar, Hari Kiamat, Akhir Zaman

BUKTI kenabian Rasulullah Muhammad ﷺ semakin banyak terbukti di akhir zaman ini.

Lihat LebihDetails

10 Ucapan yang Tidak Boleh Dikatakan Suami kepada Istri tentang Keuangan Keluarga

Oleh Dini Koswarini
2 Juni 2025
0
Cara Mengendalikan Sifat Boros, Renungan tentang Rezeki, Keuangan Keluarga

Salah satu area yang sering kali menimbulkan gesekan adalah persoalan keuangan keluarga.

Lihat LebihDetails

10 Hal Yang Tidak Boleh Terlewat oleh Suami Istri sebelum Tidur setiap Malam

Oleh Dini Koswarini
1 Juni 2025
0
Jima, Suami Istri

Bagi suami istri, momen sebelum tidur bukan hanya waktu untuk beristirahat fisik, tapi juga saat yang penuh berkah untuk memperkuat...

Lihat LebihDetails

Bahaya Air Seni atau Urin Berwarna Kuning Pekat

Oleh Yudi
1 Juni 2025
0
air, masturbasi, was-was, banjir,wudhu, kencing batu, urin

Vitamin B kompleks, terutama vitamin B2 (riboflavin), dan beberapa obat-obatan bisa membuat urin berwarna kuning terang hingga kuning neon.

Lihat LebihDetails

Cara Singkat Tulis ‘Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ﷺ di Microsoft Word, Ini Dia

Oleh Saad Saefullah
19 Oktober 2024
1
Nabi Muhammad Keutamaan Membaca Sholawat, Waktu Terbaik Bershalawat, Sholawat, Ciri Fisik Rasulullah, Wasiat Nabi Sebelum Wafat, Cara Bershalawat yang Benar kepada Nabi, Keistimewaan Rasulullah, Kebiasaan Nabi Muhammad ﷺ, Rasulullah

Selain untuk membuat karakter shalawat tersebut, kita juga bisa membuat lafadz Allah (ﷲ), Muhammad (ﷴ), Basmalah (﷽), Jalla Jalaluhu (ﷻ)...

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.