• Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
Jumat, 5 Maret 2021
No Result
View All Result
NEWSLETTER
Islampos
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Muslimtrip
  • Muslimbiz
  • Beginner
  • Syiar
  • Keluarga
  • Dari Anda
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Muslimtrip
  • Muslimbiz
  • Beginner
  • Syiar
  • Keluarga
  • Dari Anda
No Result
View All Result
Islampos
No Result
View All Result

Mengenal Sang Pencetus Sistem Otentikasi Hadits

Redaktur Rika
4 tahun ago
in Sosok
Reading Time: 2min read
0
Mengenal Sang Pencetus Sistem Otentikasi Hadits

Foto: Madinatuliman

DALAM Islam, semua ilmu dan pengetahuan berpedoman kepada dua Sumber, Al-Quran dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Al-Quran adalah sumber utama hukum Islam yang Allah turunkan sebagai wahyu kepada nabi Muhammad SAW, sementara Hadits menjadi contoh yang ditetapkan Nabi kepada umatnya sebagai sumber hukum kedua.

Namun, mengingat bahwa Nabi Muhammad hidup pada 1400 tahun yang lalu, bagaimana kita bisa yakin bahwa ucapan-ucapan dan perbuatannya yang sampai hingga saat ini nyata dan tidak berubah?

Untuk yang tidak terbiasa dengan ilmu hadits, beberapa hadits mungkin seperti tidak ada perbedaannya dan rentan dipalsukan. Namun, berkat karya Imam Muhammad al-Bukhari di abad ke-9, ilmu hadits telah dilindungi dari masalah tersebut.

Dengan menggunakan metode yang sistematis dan menyeluruh untuk setiap pepatah yang dikaitkan kepada Nabi SAW, karya Imam Bukhari ini mampu menjembatani keotentikan ucapan Nabi Muhammad yang kemudian dikenal dengan istilah hadits.

Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, lahir sekitar tahun 809 M di kota Bukhara, Uzbekistan. Dia berasal dari keluarga Persia, ayahnya meninggal saat ia masih bayi dan diasuh oleh ibunya. Meskipun miskin, al-Bukhari muda tetap mendedikasikan dirinya untuk mempelajari ilmu-ilmu Islam.

Al-Bukhari belajar bersama para ulama di kota kelahirannya, ia fokus belajar di bidang studi hadits serta fiqih.

Di usia mudanya, ia menunjukkan kemampuan unik dalam memahami masalah hukum yang kompleks. Bakatnya yang paling menentukan adalah mampu mengingat rantai hadits yang panjang, dan teks (matn) hadits yang kompleks.

Di akhir masa remajanya, setelah menyelesaikan studi di Bukhara, ia berangkat ke Mekkah untuk berhaji bersama ibu dan adiknya.

Al-Bukhari kemudian tinggal di Makkah dan Madinah selama beberapa tahun, di mana ia terus mengumpulkan hadits dari beberapa ulama hadits terkemuka di dunia. Bukhari menghafal teks hadits (matn), rantai perawi (isnad), dan mengajar di sana.

Ia lalu melakukan perjalanannya ke Mesir, Suriah, dan Irak guna melanjutkan studi ketika menjelang dewasa. Akhirnya ia menetap di Bashrah, tempat ia mengoleksi hadits-hadits yang terkumpul dalam karyanya yang monumental “Shahih al-Bukhari.”

Apa yang membuat kitab Shahih al-Bukhari itu unik, adalah mengenai kecermatan al-Bukhari terhadap kumpulan bermacam-macam hadits. Dia memiliki aturan tersendiri yang jauh lebih ketat mengenai keotentikan hadits daripada ulama-ulama yang lain.

Untuk mempertimbangkan keotentikan hadits, ia harus mempelajari sejarah kehidupan semua perawi secara mendalam. Ia mempelajari di mana dan kapan perawi tersebut hidup. Untuk memastikannya, jika seseorang meriwayatkan hadits dari orang lain, keduanya harus berada di tempat yang sama, pada waktu yang sama dan telah benar-benar bertemu serta membahas hadits. Serta untuk memastikan mereka dapat dipercaya atau tidaknya, atau merubah kata-kata dari sebuah hadits.

Imam al-Bukhari adalah ulama pertama yang membuat pendekatan secara sistematis dalam mengelompokkan hadits. Setiap hadis yang dianalisis, dicap sebagai shahih (otentik), hasan (baik), mutawatir (berulang di banyak rantai), ahad (soliter), da’if (lemah), atau maudlu ‘(palsu). Selanjutnya, sistem ini juga digunakan sebagai standar untuk hadits-hadits dari kitab koleksi hadits lainya. []

Sumber: Lostislamichistory

Tags: Al bukharihadis
Rika

Rika

Related Posts

Rina Gunawan, dari Si Doel Anak Sekolahan, AMKM hingga Perjalanannya Kenakan Hijab

Rina Gunawan, dari Si Doel Anak Sekolahan, AMKM hingga Perjalanannya Kenakan Hijab

2 Maret 2021
Sosok Imam Ahmad, Penghafal 1 Juta Hadist

Sosok Imam Ahmad, Penghafal 1 Juta Hadist

2 Maret 2021
Jalal Al-Din Rumi; Pendiri Tarekat Maulawiyyah

Jalal Al-Din Rumi; Pendiri Tarekat Maulawiyyah

22 Februari 2021
Nabi Idris; Manusia Pilihan Allah Sang Bapak Ilmu Pengetahuan 

Sejak Kecil, Imam Syafi’i Belajar Ilmu Agama dengan Semangat Membara

13 Februari 2021
Buka Lagi
Selanjutnya
Kemenag: Tidak Ada Materi Syahadat ‘Palsu’ di Buku PAI SMK

Kemenag: Tidak Ada Materi Syahadat ‘Palsu’ di Buku PAI SMK

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisements

Terbaru

Ciri-Ciri Anak Anda Alami Depresi
Uncategorized

Dampak Buruk lakukan Kekerasan pada Anak

Redaktur Laras Setiani
24 menit ago
Pilihlah Ibadah Paket Hemat!
Sirah

Kabar tentang Rasul Akhir Zaman

Redaktur Eneng Susanti
52 menit ago
Agar Muslim Lebih Memahami Tujuan Hidup
Syi'ar

Bahaya Panjang Angan-angan dan Menuruti Hawa Nafsu

Redaktur Yudi
1 jam ago
Jangan Menyerah, Pertolongan Allah Itu Pasti
Note

Perbaiki Hubunganmu Sama Allah, Allah Perbaiki Semua Hidupmu …

Redaktur Dini Koswarini
2 jam ago

On Facebook

Navigasi

  • Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi

About Us

Membuka, menginspirasi, free to share

  • Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi

© 2019 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Ramadan
    • Tanya Jawab Ramadhan
    • Tsaqofah Ramadhan
    • Video Ramadhan
    • Fiqh Ramadan
    • Kesehatan Ramadhan
    • Kultum Ramadhan
  • Muslimbiz
  • Muslimtrip
  • Beginner
  • Keluarga
  • Sirah
  • Syiar
  • Muslimah
  • Dari Anda
  • Donasi

© 2019 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Add Islampos to your Homescreen!

Add