• Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
Selasa, 2 Maret 2021
No Result
View All Result
NEWSLETTER
Islampos
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Muslimtrip
  • Muslimbiz
  • Beginner
  • Syiar
  • Keluarga
  • Dari Anda
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Muslimtrip
  • Muslimbiz
  • Beginner
  • Syiar
  • Keluarga
  • Dari Anda
No Result
View All Result
Islampos
No Result
View All Result

Me Time

Redaktur Saad Saefullah
4 tahun ago
in Kolom Ernydar Irfan
Reading Time: 3min read
0
bersihkan tubuh dari racun

Foto: OK-woman.com

Oleh: Ernydar Irfan

DULU, saya sebagai ibu bekerja, kuliah, aktif berorganisasi, saya selalu tetap berusaha optimal sebagai ibu.

Bangun jam 4 subuh, langsung memasak buat sarapan, makan siang, makan malam, extra fooding buat anak-anak. Kadang dengan menu yang berbeda, karena suami suka pedas, si kakak Fashhan yang nafsu makannya sulit hingga perlu disiapkan menu dan trik penyajian khusus, dan Altaf yang punya selera berbeda pula. Lalu memandikan anak-anak, menyiapkan kebutuhan mereka sekolah dan kebutuhan mereka pulang sekolah, membawa buku pelajaran mereka ke sekolah untuk diperiksa dan dicheck pemahaman mereka di sela-sela kesibukan di kantor.

Berangkat ke kantor dengan kondisi tidak jarang seragam kerja yang basah karena memandikan anak-anak yang kondisinya tidak mungkin saya sekadar pakai baju rumah baru ganti karena diburu waktu. Jangankan menggunakan kerudung bermodel, makai bergo simple dengan rapi saja merupakan prestasi dan tidak terulas make up. Jangankan make up, bedak pun tidak.

Mobil jemputan adalah tempat peristirahatan saya sejenak. Dengan jarak tempuh kurang lebih 1, jam saya bisa rehat, tidur untuk mengumpulkan tenaga.

Di kantor, ritual pertama telefon rumah, memastikan segalanya oke. Bekerja, memanfaatkan waktu luang untuk memeriksa buku anak-anak yang dibawa, memanfaatkan waktu jika memungkinkan baca buku atau ngerjain tugas kuliah. Pulang kantor, tidur di kendaraan menyiapkan tenaga untuk di rumah. Sampai rumah langsung menyiapkan perlengkapan untuk sekolah besok, mengajari anak-anak, menyuapi anak-anak, mengurus segala keperluan mereka, lalu berangkat kuliah malam.

Pulang sampai rumah, menidurkan anak-anak, chek persiapan masak besok, mengerjakan tugas organisasi belum lagi hak suami, hak keluarga besar. Karena Sabtu dan Ahad kuliah dan berbagai kegiatan lain. Belum lagi jika anak-anak sakit—anak-anak saya memiliki catatan kesehatan yang spesial.

Sebagai manusia, jujur aja, saya mengharapkan adanya “Me Time”. Memanjakan diriku sendiri. Kadang saya ada keinginan, bermanja di salon, berkumpul seharian sekadar haha hihi dengan teman-teman. Saya sangat merindukan hal itu….

Tapi, rencana selalu gagal. Ketika mengingat betapa banyak waktuku yang akan terbuang ketika mengantre, membayangkan wajah anak-anak yang merindu, tugas yang menumpuk yang pada akhirnya tetap harus segera saya selesaikan.

Bukan sekali dua kali, mama saya mengingatkan: “Urus badan, urus wajah, suamimu nanti melirik wanita lain…”

Tapi setiap kali itu direncanakan, tetap saya gak pernah sanggup melangkah. Naif mungkin buat sebagian orang, berpenghasilan seharusnya menikmati buat bersenang-senang, karena kesenangan akan mendongkrak produktivitas. Tapi apa mau dikata, saya tidak pernah punya kemampuan untuk melakukannya.

Sebagai wanita, tentu saja kadang ada rasa takut menyapa, tapi saya tidak ingin tenggelam dalam resah.

Di hamparan sajadah saya berdoa, “Yaa Rabb, kasar tangan dan kaki ini karena cinta, lusuh wajah inipun karena cinta, lelah letih badan ini juga karena cinta, maka kumohonkan kepadamu Ya Rabb, andai cinta suamiku adalah kebaikan untukku, tolong jaga cinta dan hatinya untukku. Namun jika cintanya tidak memberikan kebaikan untukku, saya pasrahkan diriku dalam penjagaanMu, karena cintaku padanya hanyalah karenaMu. Kuabdikan tubuh dan pikiranku untuk suami dan anak-anakku karenaMu. Dan kuyakin Engkau yang akan menjaga hati dan cinta mereka karena mereka dalam genggamMu.”

Ternyata, lelah letih dan segala penat begitu mudah terbayar dengan senyuman suami dan anak-anak.

Loading...

Itu dulu, ketika saya merindukan “me time”. Me time yang tidak pernah sekalipun terlaksana. Yang ada cuma we time.

Tapi sekarang, saya tidak pernah merindukan lagi me time.

Waktu berlalu begitu cepat, cuma sejenak kita bisa memeluk mereka. Merasakan mereka tergantung dengan kita, merasakan rengekan mereka, merasakan teriakan lengkingan tangis mereka, meradakan mereka mengejar kita ketika pulang bekerja dan memeluk kita… Itu hanya beberapa tahun saja, karena belasan dan puluhan tahun kemudian lambat laun semua sirna. Me time kita jauh lebih banyak daripada we time. Percayalah, kita akan merindukan we time.

Kini, tinggalah saya merindu rengekan mereka, pelukan mereka, merdunya tangisan mereka, me time kita akan terlalu banyak… hingga kita sadar, waktu itu tidak akan pernah lembali.

Menatap mereka ketika tertidur pulas, nak… maafkan ibu sudah banyak kehilangan waktu untuk memenuhi hidupmu dengan kasih sayang, tangan ini pernah menyakitimu, lidah ini pernah menghardikmu, mata ini pernah terbelalak membuatmu ketakutan.

Maafkan aku dengan segala egoku, keterbatasan dan kelalaian cintaku …. Tanpa pernah melakukan me time pun saya begitu menyesal pernah memimpikannya. Karena ternyata kini kusadari bahwa we time jauh lebih indah bagiku.

Buat semua ibu, keep your spirit, kesibukan, kerepotan dan kelelahan kita cuma sesaat, nikmati dan rekam baik-baik jejak itu, kelak ketika rindu itu datang semoga senyuman bisa mengembang, bukan air mata penyesalan. []

DISCLAIMER: Tulisan ini secara ekslusif diberikan hak terbit kepada www.islampos.com. Semua jenis kopi tanpa izin akan diproses melalui hukum yang berlaku di Indonesia. Kami mencantumkan pengumuman ini di rubrik Kolom Ernydar Irfan dikarenakan sudah banyak kejadian plagiarisme kolom ini di berbagai media sosial. Terima kasih. 

Tags: anak-anakernydar irfanme time
Saad Saefullah

Saad Saefullah

Lelaki dengan tiga orang anak yang menyukai kisah-kisah Nabi dan para sahabat

Related Posts

Bos Perempuan

Seorang Anak di Tempat Parkiran Mobil

21 Februari 2021
Rio

Aa Ga Sekolah? Nerusin ke SMP-kan?

5 Desember 2020
Selagi Ada Waktu, Bahagiakan Ibumu!

Terus Gimana Hari Tua Kita kalau Anak-anak Tidak Peduli sama Ortunya?

7 September 2020
Babang Grab yang Menolak Nasi Kotak

Babang Grab yang Menolak Nasi Kotak

25 April 2020
Buka Lagi
Selanjutnya
Trend Kekinian di Eropa, Pria Polandia Mulai Banyak yang Berjenggot

Trend Kekinian di Eropa, Pria Polandia Mulai Banyak yang Berjenggot

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisements

Terbaru

Apa Itu Alam Bawah Sadar?
Tanya Jawab

Mengapa Allah Ciptakan Malaikat Pencatat Amal?

Redaktur Yudi
3 menit ago
Nabi Musa dan Seorang Lelaki Shaleh yang Sedang Sibuk Beribadah di Sebuah Gua
Kisah Nabi

Nabi Musa dan Seorang Lelaki Shaleh yang Sedang Sibuk Beribadah di Sebuah Gua

Redaktur Ari Cahya Pujianto
32 menit ago
Nasihat Jibril kepada Nabi yang Patut Kita Renungkan
Tanya Jawab

Pernah Sakiti Hati Orang dan Tak Dimaafkan, harus Bagaimana?

Redaktur Sodikin
1 jam ago
Posisi Berdiri Makmum Bersama Imam
Islam 4 Beginner

Shalat Memejamkan Mata, Bolehkah?

Redaktur Ari Cahya Pujianto
2 jam ago

On Facebook

Navigasi

  • Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi

About Us

Membuka, menginspirasi, free to share

  • Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi

© 2019 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Ramadan
    • Tanya Jawab Ramadhan
    • Tsaqofah Ramadhan
    • Video Ramadhan
    • Fiqh Ramadan
    • Kesehatan Ramadhan
    • Kultum Ramadhan
  • Muslimbiz
  • Muslimtrip
  • Beginner
  • Keluarga
  • Sirah
  • Syiar
  • Muslimah
  • Dari Anda
  • Donasi

© 2019 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Add Islampos to your Homescreen!

Add