• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Jumat, 13 Juni 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Kolom

Laki-laki Menikah Lagi Gak Perlu Izin Istri Tua kan? (2-Habis)

Oleh Adam
8 tahun lalu
in Kolom
Waktu Baca: 4 menit baca
A A
0
Foto: Pinterest

Foto: Pinterest

1
BAGIKAN

Laki-laki Menikah Lagi Gak Perlu Izin Istri Tua kan? (2-Habis) 1Oleh: Ernydar Irfan

AKU tersenyum. “Alhamdulillah ala kulli haal kalau banyak orang melihat begitu. Tapi percayalah, setiap pernikahan memiliki masalah dan ujiannya sendiri. Kalau kita melihat rumah tangga orang lain tenang dengan kebahagiaan yang menyilaukan, jangan lantas berpikir hidup mereka sempurna. Bisa jadi di balik itu, ujian dan prahara yang sedang mereka jalani berlipat dari apa yang kita jalani. Hanya saja mungkin mereka lebih pandai menyimpan dengan rapat ketimbang menceritakan apa yang mereka alami dengan orang lain,” kataku menghiburnya. “Gak mau coba lagi selesaikan dengan suamimu sebelum melangkah lebih jauh?” 

“Apa lagi yang mau dicoba, Er? Dia gak butuh aku…”  jawabnya gusar. “Sejak awal pernikahan, dia kurang menghargai aku, perhatianku, rasa cintaku. Buat dia pernikahan ini seperti melepas tanggung jawab sosial aja bahwa dia sudah menikah. Itu saja yang dia butuhkan. Dia butuh wanita yang bisa mengubah statusnya dan butuh punya keturunan sebagai bukti eksistensinya. Dia tidak suka aku telepon sekadar tanya, sudah makan belum, sudah shalat belum. Buat dia itu pertanyaan yang bodoh dan ngabisin waktunya aja.

“Atau aku sekadar cerita apa yang ku alami dan anak anak, menurut dia itu mengganggu jam kerjanya. Dia gak pernah komunikasikan jam berapa dia akan pulang ke rumah, hingga aku dan anak anak setiap hari menanti hingga lelah berharap. Jangan bilang kenapa gak telepon aja, karena buat dia ini seolah aku mengekang, aku cemburu, aku gak ngerti kesibukan dia. Jadi telepon dariku buat dia adalah hal yang jelek dan harus segera disudahi, sedang dia akan merasa nyaman bertelepon dengan teman sekolahnya, dengan keluarganya, dengan urusan -urusan lain.”

ArtikelTerkait

Membangun Legitimasi dalam Menghadapi Yahudi Madinah

Bangsa-bangsa Arab Abaikan Rakyat Palestina?

5 Strategi Menghancurkan Militer Penjajah Israel dalam Perspektif Al-Qur’an

Jejak Palestina di Nusantara

“Mungkin dia pikir di rumah bisa ngobrol,” kataku.

“Ngobrol di rumah? Tau, Er? Dia sampai rumah sudah jam 8 malam, kita semua sudah kelelahan dengan segala aktivitas, yang dia pegang remot teve dan hape. Gak berkumpul dan bergumul dengan anak anak. Kalau interaksi sama anak ngomongnya gak enak, kalau apa yang gak sesuai dengan dia di rumah mulutnya sinis nyakitin. Urusan rumah bocor, handle pintu rusak, lampu putus bisa berbulan-bulan dan kita sampai musti marah baru bergerak.

“Bukan cuma itu, kita sama sama punya penghasilan, gaji dia, dia pegang semua, dia kasih aku sesukanya aja… Dan segala kekurangan itu semua, aku yang penuhi. Kalaulah dia berpikir aku ini wanita yang selain cari penghasilan, waktuku pun terbatas harus urus rumah dan keluarga, manalah kakiku bebas melangkah?

“Tapi dia tidak perduli. Jadi jangankan dia mau manjakan aku di salon atau spa, memberikan fasilitas layaknya istri-istri orang selevel dia, untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga standar pantas pun musti aku yang turun tangan. Halooo… lalu apa gunanya laki-laki itu ada di rumah, Er? Jawab aku! Apa kamu masih berusaha mencari salah dan lemahku?” tanyanya sengit.

Aku tertawa, “Kok jelek amat sih prasangkanya sama aku, aku kan cuma berusaha netral…” kataku berusaha menenangkan.

“Aku udah capek dengan semua ini. Itu baru masalah di dalam. Belum masalah keluarganya yang bermulut busuk. Belum masalah anak anak karena sikap dia yang musti aku treatment. Aku juga berhak bahagia, Er,” kali ini tangisnya meledak.

Aku biarkan dia menumpahkan tangis dan kekesalannya… Aku cuma diam menatapnya iba.

Hingga aku berkata, “Setiap rumah tangga punya ujiannya sendiri. Banyak rumah tangga bertahan bukan karena saling cinta, tapi karena ingin memberikan suasana bertumbuh yang baik buat anak-anaknya. Cinta dalam rumah tangga memang perlu, tapi apa iya musti seperti ini akhirnya? Anak anak tidak pernah minta terlahir menjadi anak siapa dan dalam keluarga seperti apa, haruskah mereka menjadi korban atas alasan satu kata antara suami istri ‘cinta’, lalu mereka sendiri merasa tidak dicinta? Padahal mereka buah cinta kalian dulu.

“Aku tahu bersabar itu begitu melelahkan….. Aku tahu rasanya memijak bumi dengan hati perih itu menyakitkan. Aku tahu betapa ibadah dan amalan kita pun terganggu ketika masalah mendera. Aku gak menghakimi dirimu, atau suamimu, gak juga laki laki calon suamimu,” kucoba meyakininya.

“Tapi, ingatkah kamu dulu ketika sebelum menikah masa-masa itu punya impian manis dalam rumah tangga? Sekarang pun demikian. Kamu merasa masamu dengan calonmu juga punya impian manis, tapi pada kenyataannya nanti belumlah tentu.

“Pernikahan bukan cuma butuh perasaan tapi juga logika. Anakmu, istrinya, anaknya. Jika kamu melakukan dengan cara seperti ini, itu kamu merebut cinta mereka. Tapi kalau mereka yang bersedia berbagi, itu akan lain soal dan insya Allah membawa keberkahan buat semua. Itu jika kamu akan terus mengikuti langkah ini,” kataku.

“Apakah kamu tidak ada lagi keinginan mencoba memperbaiki lagi apa yang ada di dalam? Sekian tahun bersama dengan empat  anak… pasti ada masa masa indah. Kalau kamu bisa menumbuhkan rasa cinta pada orang yang sebelumnya tidak kamu kenal baik, kenapa enggak kamu tumbuhkan rasa cinta dengan lelaki yang kamu kenal betul kebaikan dan keburukannya? Karena sebelum kamu menikahi suamimu, kamu pun cuma mengenalnya baik tanpa tahu keburukannya kan? Sama dengan lelaki itu…

“Aku yakin jauh di lubuk hatimu yang dalam, masih ada cinta untuk suamimu… Istiqarah… serahkan semuanya pada Allah, kita cuma berhak menjalani,” aku berusaha mengingatkannya.

Tangis dan isak nya mereda….. diam… lalu hening.

“Kita tidak akan diuji dengan apa yang kita tidak mampu, tapi kita diuji sesuai batas kemampuan. Kita saja yang kurang sabar dan kurang bersyukur. Ketika rumah tanggamu baik baik saja, sudikah kamu seseorang hadir merebutnya? Atau pernahkan kamu bertanya apakah dalam hal ini terjadi pada dirimu kamu lebih memilih berbagi dari pada direbut? Pikirkan hal ini juga….

“Pernikahan suatu ibadah, maka mulailah semuanya dengan niat dan cara yang baik… Mungkin perjalanan yang berat ini terjadi karena niat dan cara kita memulai pernikahan ini ada yang kurang baik, intropeksi dulu, muhasabah dulu, mungkin ada yang tersakiti? Ada doa orang yang terdzalimi? Ada dosa besar? Direnungkan lagi… Karena semua yang diawali dengan tidak baik, jalannya pun tidak akan baik,” kataku berusaha mengingatkan lagi.

Setelah itu kami berpisah.

Kemarin aku ke rumah sakit, tanpa sengaja aku berjumpa dengannya. Masih dengan suaminya bergandengan tangan dengan mesra, berjalan sambil berbincang dan raut wajah bahagia. Dia Dia berteriak memanggilku, kami berperluk erat tanpa kata… Tapi aku tahu… Dia bahagia. []

HABIS

Tags: Kolom Ernydar IrfanpernikahanPoligami
ShareSendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Pejabat Inggris: Tak Cukup Sekadar Mengecam Israel, Kita Butuh Tindakan Nyata

Next Post

Belajar dari Tutur Kata Nabi

Adam

Adam

Dengan Ilmu, engkau berani bertindak dan dapat menahan diri untuk diam

Terkait Posts

Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Yahudi

Membangun Legitimasi dalam Menghadapi Yahudi Madinah

12 Juni 2025
Palestina, Palestina

Bangsa-bangsa Arab Abaikan Rakyat Palestina?

11 Juni 2025
Perbuatan Buruk Kaum Yahudi, israel, Malaikat Jibril

5 Strategi Menghancurkan Militer Penjajah Israel dalam Perspektif Al-Qur’an

9 Juni 2025
Palestina, Ismail Haniyeh, Lemah

Jejak Palestina di Nusantara

7 Juni 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Keutamaan Menikah, Hukum Mengumumkan Pernikahan, Resepsi Pernikahan yang Islami,, Nikah

Nikah di KUA, Asyik Juga!

Oleh Haura Nurbani
13 Juni 2025
0

Waktu Shalat, Manfaat Shalawat bagi Hati,, Jumlah Rakaat Shalat Witir, Hukum Pura-pura Menangis dalam Shalat, Sholat, Keutamaan Shalat Qobliyah Shubuh, Cara Ruqyah Diri Sendiri, Shalat Dhuha, Hal yang Dilarang ketika Shalat, Shalat Witir, Pura-pura Menangis ketika Shalat, Shalat Dhuha

Kenapa Tidak Boleh Lewat di Depan Orang yang Sedang Shalat?

Oleh Haura Nurbani
13 Juni 2025
0

maen HP

Kenapa Sih Maen HP Pas Shalat Jumat?

Oleh Haura Nurbani
13 Juni 2025
0

diabetes

7 Tanda Tubuh yang Rentan Terkena Diabetes

Oleh Yudi
13 Juni 2025
0

hati, jin, api, murtad, pekerjaan

5 Pekerjaan Haram yang Jarang Disadari

Oleh Yudi
13 Juni 2025
0

Terpopuler

7 Kalimat yang Jangan Diucapkan Sembarangan oleh Suami kepada Istri!

Oleh Yudi
12 Juni 2025
0
hak dan kewajiban suami istri, NAFKAH, talak, rumah tangga, suami, aurat

Mengurus anak, rumah, dan mendukung suami secara emosional adalah kontribusi besar yang tak bisa diukur dengan uang.

Lihat LebihDetails

Cara Singkat Tulis ‘Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ﷺ di Microsoft Word, Ini Dia

Oleh Saad Saefullah
19 Oktober 2024
1
Nabi Muhammad Keutamaan Membaca Sholawat, Waktu Terbaik Bershalawat, Sholawat, Ciri Fisik Rasulullah, Wasiat Nabi Sebelum Wafat, Cara Bershalawat yang Benar kepada Nabi, Keistimewaan Rasulullah, Kebiasaan Nabi Muhammad ﷺ, Rasulullah

Selain untuk membuat karakter shalawat tersebut, kita juga bisa membuat lafadz Allah (ﷲ), Muhammad (ﷴ), Basmalah (﷽), Jalla Jalaluhu (ﷻ)...

Lihat LebihDetails

Kenapa Shalat Shubuh Terasa Berat bagi Orang Munafik?

Oleh Yudi
12 Juni 2025
0
Itikaf, Ciri Malam Lailatul aQadar,, Munafik

Rasulullah ﷺ menyebut bahwa shalat Shubuh dan Isya adalah shalat yang paling berat bagi orang munafik.

Lihat LebihDetails

Penyebab Asam Urat, Apa Saja?

Oleh Dini Koswarini
12 Juni 2025
0
Gejala Diabetes, Durasi Tidur, Akibat Menahan BAB, Penyebab Asam Urat

Penyakit asam urat (gout) disebabkan oleh penumpukan kristal asam urat di dalam sendi, yang menimbulkan nyeri, bengkak, dan peradangan.

Lihat LebihDetails

Hilangnya Keberkahan Waktu

Oleh Ari Cahya Pujianto
30 Mei 2019
0
Foto: Aldi/Islampos

Oleh: Taufik Aulia Saat dulu masih kecil dan belum punya gadget, jeda waktu dari maghrib sampai isya terasa sangat cukup...

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.