• Redaksi
  • Iklan
  • Disclaimer
  • Copyright
Selasa, 24 Mei 2022
No Result
View All Result
NEWSLETTER
Islampos
No Result
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Ramadhan
  • Cari
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Ramadhan
  • Cari
No Result
View All Result
Islampos
No Result
View All Result
Home Syi'ar Inspirasi

KH. Hasyim Asy’ari, Sosok Ulama yang Haus Ilmu

by Mila
5 tahun ago
in Inspirasi
Reading Time: 2 mins read
0
Foto: Oase Muslim

Foto: Oase Muslim

 

KITA pasti sudah mengenal seorang tokoh Islam yang satu ini. Dialah Pendiri Nahdlatul Ulama (NU) yakni KH. Hasyim Asy’ari. Ia lahir di Desa Nggendang, dua kilometer sebelah utara Jombang pada 24 Dzuqa’dah 1287 H/ 14 Februari 1817 M. Garis ketururannya berasal dari kalangan ulama. Kakeknya KH. Usman dikenal sebagai ulama besar di masanya yang memiliki pesantren di Nggedang. Dia pun tercatat sebagai keturunan kesepuluh dari Prabu Brawijaya VI.

Ketika dalam kandungan dan kelahiran KH. Hasyim Asy’ari, nampak adanya sebuah isyarat yang menunjukkan kebesaran Allah. Diantaranya, ketika dalam kandungan Nyai Halimah bermimpi melihat bulan purnama yang jatuh kedalam kandungannya, begitu pula ketika melahirkan Nyai Halimah tidak merasakan sakit seperti apa yang dirasakan wanita ketika melahirkan. Subhanallah kan?

Melalui perjalanan keluarga beliau memulai pertama kali belajar ilmu-ilmu agama baik dari kakek dan neneknya. Desa Keras membawa perubahan hidup yang pertama kali baginya, disini mula-mula ia menerima pelajaran agama yang luas dari ayahnya yang pada saat itu pendiri dan pengasuh pondok pesantren asy’ariyah.

Dengan modal kecerdasan yang dimiliki dan dorongan lingkungan yang kondusif, dalam usia yang cukup muda, beliau sudah dapat memahami ilmu-ilmu agama, baik bimbingan keluarga, guru, atau belajar secara autodidak. Ketidakpuasannya terhadap apa yang sudah dipelajari, dan kehausan akan mutiara ilmu, membuatnya tidak cukup hanya belajar pada lingkungan keluarganya. Setelah sekitar sembilan tahun di Desa Keras (umur 15 tahun) yakni belajar pada keluarganya, beliau mulai melakukan pengembaraanya menuntut ilmu.

Tujuan pendidikan menurut Hasyim Asy’ari adalah menjadi insan yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT dan insan yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Hingaa sejak usia 15 tahun inilah, beliau berkelana menimba ilmu di berbagai pesantren, antara lain pesantren wonokoyo di Probolinggo, pesantren langitan di Tuban, pesantren trenggilis di Semarang, pesantren kademangan di Bangkalan dan pesantren siwalan di Sidoarjo.

Tahun 1893, ia berangkat ke Tanah Suci. Sejak itulah ia menetap di Mekkah selama 7 tahun dan berguru pada Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau, Syaikh Mahfudz At-Tarmasi, Syaikh Ahmad Amin Al Aththar, Syaikh Ibrahim Arab, Syaikh Said Yamani, Syaikh Rahmaullah, Syaikh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As Saqqaf, dan Sayyid Husein Al Habsyi. Tahun l899 pulang ke Tanah Air, Hasyim mengajar di pesanten milik kakeknya, Kyai Usman. Tak lama kemudian ia mendirikan pesantren tebuireng, Jombang.

Kyai Hasyim bukan saja Kyai ternama, melainkan juga seorang petani dan pedagang yang sukses. Tanahnya puluhan hektar. Dua hari dalam seminggu, biasanya Kyai Hasyim istirahat tidak mengajar. Saat itulah ia memeriksa sawah-sawahnya. Kadang juga pergi ke Surabaya berdagang kuda, besi dan menjual hasil pertaniannya. Dari bertani dan berdagang itulah, Kyai Hasyim menghidupi keluarga dan pesantrennya.

Pada tanggal 16 Sa’ban 1344 H/ 31 Januari 1926 M, di Jombang Jawa Timur didirikanlah Jam’iyah Nahdlatul Ulama (kebangkitan ulama) bersama KH. Bisri Syamsuri, KH. Wahab Hasbullah, dan ulama-ulama besar lainnya, dengan asas dan tujuannya: “Memegang dengan teguh pada salah satu dari madzhab empat yaitu Imam Muhammad bin Idris Asyafi’i, Imam Malik bin Anas, Imam Abu Hanifah An-Nu’am dan Ahmad bin Hambali. Dan juga mengerjakan apa saja yang menjadikan kemaslahatan agama Islam.” KH. Hasyim Asy’ari terpilih menjadi rois akbar NU, sebuah gelar sehingga kini tidak seorang pun menyandangnya. Beliau juga menyusun qanun asasi (peraturan dasar) NU yang mengembangkan faham ahli sunnah waljama’ah. []

Tags: Hasyim Asyari
Share17989SendShareTweet



loading...
loading...
Previous Post

Transfer Dosa?

Next Post

Ukhti, Perhatikan Tiga Tanda Ini dari Calon Suamimu

Mila

Mila

Related Posts

Rifdah Farnidah dosen IIQ

Dosen IIQ, Hj Rifdah Farnidah Raih Juara 1 Musabaqah Hafzh Al-Quran 30 Juz di Nigeria

23 Mei 2022
walikota muslim

Baru Berusia 22 Tahun, Hamza Taouzzale Terpilih Jadi Walikota Muslim Pertama di Westminster

15 Mei 2022
dokter muslim

Dokter Muslim Kanada Terpilih Jadi Direktur Ilmiah Kelompok Penasihat Covid-19

10 Mei 2022
alumni madrasah,

Alumni Madrasah, Luvena Raih Beasiswa Kuliah Penerbangan Sipil di Rusia

4 Mei 2022
Please login to join discussion
Advertisements

Ramadhan

Foto: repro You Tube

Viral, Imam Ini Tetap Salat Walau Diguncang Gempa

by Eneng Susanti
12:30 pm
0

...

Foto: DepositPhotos

Enam Fakta Unik Ramadhan di Hadhramaut

by Ari Cahya Pujianto
10:30 am
0

...

Foto: Inside Higher Ed

5 Persiapan Menyambut Bulan Suci Ramadhan

by Yudi
9:00 pm
0

...

Foto: Abu Umar/Islampos

Kapan Malam Lailatul Qadar Terjadi?

by Saad Saefullah
8:00 pm
0

...

Foto: Ralda/Islampos

Keutamaan Memberi Hidangan Buka Puasa bagi Orang yang Berpuasa

by Adam
3:40 pm
0

...

ADVERTISEMENT
Facebook Twitter Youtube Pinterest

On Facebook

Navigasi

  • Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

No Result
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Ramadhan
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.