ADA sebuah fakta yang ga pernah bisa terbantahkan dalam peradaban manusia modern: Nasi Padang adalah solusi segala masalah. Mau habis gajian atau tanggal tua, mau habis patah hati atau jagoan menang 5-0 di UCL, mau kelaparan tengah malam atau sahur kesiangan — Nasi Padang selalu hadir bak malaikat penyelamat.
Konon katanya, ketika ilmuwan NASA bertanya ke masyarakat Indonesia: “Apa yang bisa mempersatukan seluruh suku, ras, dan agama di negeri ini?” Jawabannya bukan (hanya) Pancasila. Bukan sepak bola. But, Nasi Padang.
Coba saja kamu masuk rumah makan Padang, dari ujung Sabang sampai Merauke, menunya hampir seragam. Tapi rasanya? Kayak pelukan hangat ibu saat kamu lagi sedih, tapi ditambah cabai 10 sendok.
Satu-satunya tempat makan di mana kamu bisa pesan satu menu, tapi yang datang kayak orang hajatan: ada ayam pop, rendang, sambal ijo, gulai otak, gulai nangka, sampai sayur singkong rebus yang entah kenapa selalu abis duluan.
Bahkan internet pun sepakat soal ini. Ada yang bilang: “Makan Nasi Padang itu seperti hubungan cinta yang sehat. Pedas, panas, tapi ngangenin.”
Ada juga yang ngetwit di X: “Kalau nasi padang punya fans club, aku rela jadi ketua umum seumur hidup.”
Dan jangan lupakan: “Rendang itu bukan makanan, itu pengalaman spiritual.”
Daya tarik Nasi Padang ga hanya pada rasa yang merasuk hingga ke tulang, tapi juga kemampuan supernatural dari bungkus daun pisangnya. Bungkusan segitiga itu tidak dibuat oleh manusia biasa. Itu teknologi alien. Masuk akal nggak, satu porsi ayam, nasi, sambal, dan kuah gulai bisa disusun rapi kayak origami? Bahkan kamu sudah guncang-guncang di motor 5 kilometer pun, pas dibuka… masih utuh. Masih menguar segala rasa itu.
Dan jangan remehkan kekuatan “kuah campur”. Ini bukan sekadar kuah. Ini ramuan rahasia Minang yang membuat kamu mendadak kuat menghadapi hidup yang pahit. Ada gulai, ada santan, ada air surga. Sekali disiram, semua lauk berubah naik level. Ayam goreng mendadak kayak superhero. Telur dadar berubah jadi telur sakti mandraguna.
Fakta lainnya, kalau kamu perhatikan, Nasi Padang itu selalu ada di setiap kota. Bahkan di luar negeri. Dari pelosok desa di Kalimantan sampai pusat kota New York (ini bisa diliat di reel facebook yang dibagiin sama orang Indonesia yang tinggal di Amrik(. Kadang warungnya kecil, tapi antreannya bisa bikin kamu merasa sedang ambil sembako. Hebatnya, rasa tetap ngena. Bahkan, orang bule pun rela nangis kepedasan asal bisa makan sambal ijo yang bikin kepala cenut-cenut tapi hati bahagia.
Ada satu cerita viral: seorang pria di Australia rela berkendara 3 jam hanya demi makan rendang di restoran Padang terdekat. Ketika ditanya kenapa, jawabnya singkat: “Because it’s not just food, it’s a way of life.”
BACA JUGA: Telur Dadar Nasi Padang, Begini Cara Membuatnya di Rumah
Pada akhirnya, Nasi Padang bukan cuma makanan. Ia adalah simbol cinta, keberanian, dan rasa syukur. Cinta karena rasanya bikin jatuh hati. Berani karena sambalnya bisa membakar dosa. Dan syukur karena harganya tetap bersahabat, walau inflasi mendera dunia.
Jadi kalau ada yang tanya, kenapa Nasi Padang disukai siapa saja dan di mana saja?
Jawaban paling jujur adalah:
Karena hidup sudah cukup susah, jangan tambah susah dengan makan yang nggak enak. []
PS. Di beberapa spot di beberapa tempat, suka ada yang orang bukan Padang jualan nasi Padang, dan rasanya kayak masakan warteg atau sunda. 🙁