PRABU Siliwangi adalah sosok legendaris yang sangat dihormati dalam sejarah dan budaya Sunda, khususnya di wilayah Kerajaan Pajajaran yang berpusat di Pakuan (sekarang sekitar Bogor). Nama Siliwangi sering dikaitkan dengan raja besar Kerajaan Sunda yang bijaksana, gagah berani, dan dihormati rakyatnya. Namun, yang juga menarik dari sosok ini adalah kisah masuk Islamnya Prabu Siliwangi, yang berkembang luas dalam tradisi lisan masyarakat Sunda dan memiliki tempat tersendiri dalam dakwah Islam di Nusantara.
Walaupun belum ditemukan catatan sejarah resmi yang pasti, kisah masuk Islamnya Prabu Siliwangi tetap hidup dalam cerita rakyat, babad, dan kisah spiritual yang sarat hikmah. Berikut adalah rangkaian kisah yang banyak dipercaya masyarakat tentang perjalanan spiritual Prabu Siliwangi menuju Islam.
BACA JUGA: Interaksi Walisongo dengan Majapahit
1. Prabu Siliwangi: Raja Agung Kerajaan Pajajaran
Prabu Siliwangi dikenal sebagai raja besar dari Kerajaan Pajajaran yang menganut agama Hindu-Sunda Wiwitan. Ia memerintah dengan keadilan dan memiliki kharisma luar biasa. Ia digambarkan sebagai pemimpin yang mampu menyatukan banyak wilayah di tanah Pasundan dan menjadikan Pajajaran sebagai kerajaan yang makmur.
Namun, pada masa pemerintahannya, mulai masuk pengaruh Islam ke wilayah Jawa Barat, terutama dari arah pesisir utara seperti Cirebon dan Banten. Islam mulai menyebar melalui para wali dan pedagang dari Timur Tengah dan Gujarat.
2. Pertemuan Prabu Siliwangi dengan Wali Songo
Dalam berbagai versi cerita rakyat, disebutkan bahwa Prabu Siliwangi pernah bertemu langsung dengan para Wali Songo, terutama dengan Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) yang aktif menyebarkan Islam di wilayah Cirebon dan sekitarnya.
Sunan Gunung Jati sendiri adalah keturunan campuran Arab dan Sunda, dan ia memiliki hubungan darah dengan Kerajaan Pajajaran melalui ibunya. Ini yang membuat pendekatan dakwah kepada Prabu Siliwangi dilakukan secara halus dan penuh hikmah, bukan dengan kekerasan.
3. Dialog Spiritual yang Mengguncang
Salah satu bagian menarik dalam kisah ini adalah adanya dialog spiritual antara Prabu Siliwangi dan Sunan Gunung Jati. Dalam dialog tersebut, Prabu Siliwangi mempertanyakan keesaan Tuhan dalam Islam, konsep kehidupan setelah mati, dan ajaran moral dalam Islam.
Sunan Gunung Jati menjawab dengan bijak dan penuh kelembutan, menggunakan dalil dan hikmah. Prabu Siliwangi yang dikenal memiliki jiwa spiritual tinggi sangat tersentuh dengan penjelasan tersebut. Hatinya mulai terbuka, dan ia mulai mempertimbangkan kebenaran Islam.
4. Proses Masuk Islam yang Penuh Perjuangan Batin
Namun, masuknya Prabu Siliwangi ke dalam Islam tidak serta merta. Ia mengalami pergolakan batin yang mendalam. Sebagai raja, ia harus mempertimbangkan rakyat, kebudayaan, dan kepercayaan turun-temurun. Dalam beberapa versi cerita, disebutkan bahwa ia akhirnya masuk Islam secara pribadi dan diam-diam, namun tidak memaksakan rakyatnya.
Menurut tradisi lisan Sunda, Prabu Siliwangi mengatakan:
“Saha nu rek Islam, sing Islam jeung iman, tapi ulah maksa. Nu rek tetep ngagem karuhun, ulah dipaksa.”
(Siapa yang mau masuk Islam, silakan masuk dan beriman, tapi jangan dipaksa. Yang ingin tetap pada kepercayaan leluhur, jangan dipaksa.)
Ini menunjukkan kebijaksanaan beliau dalam menjaga harmoni di tengah perubahan besar.
5. Pengaruh Islam di Wilayah Pajajaran Pasca Siliwangi
Setelah wafatnya Prabu Siliwangi, wilayah Kerajaan Pajajaran mulai runtuh dan Islam menyebar semakin luas. Cirebon dan Banten berkembang sebagai pusat kekuatan Islam baru. Banyak bangsawan Pajajaran yang kemudian masuk Islam, termasuk Pangeran Walangsungsang dan Rara Santang, anak-anak Prabu Siliwangi, yang kemudian menjadi tokoh penting dalam penyebaran Islam.
Rara Santang bahkan menikah dengan Syarif Abdullah dari Mesir dan melahirkan Sunan Gunung Jati, salah satu Wali Songo. Ini menunjukkan bahwa Islam menyebar di tanah Sunda tidak melalui peperangan, tetapi melalui jalur darah, dakwah, dan kebijaksanaan.
BACA JUGA: Ajaran Moh Limo Sunan Ampel
Penutup: Jejak Abadi Sang Raja
Kisah masuk Islamnya Prabu Siliwangi adalah cerita yang tidak bisa dilepaskan dari kombinasi antara sejarah, budaya, dan spiritualitas masyarakat Sunda. Terlepas dari keakuratan sejarahnya, kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya:
-
Kelembutan dalam berdakwah
-
Kebijaksanaan dalam menerima perubahan
-
Harmoni antara tradisi dan ajaran tauhid
Prabu Siliwangi, dalam pandangan banyak orang Sunda, bukan hanya raja besar dalam sejarah, tetapi juga simbol kearifan lokal yang terbuka terhadap kebenaran universal. Semoga kisah ini menjadi pengingat bahwa kebenaran Islam bisa diterima oleh siapa saja, selama dakwah disampaikan dengan hati dan penuh kasih. []