• Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
Kamis, 25 Februari 2021
No Result
View All Result
NEWSLETTER
Islampos
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Muslimtrip
  • Muslimbiz
  • Beginner
  • Syiar
  • Keluarga
  • Dari Anda
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Muslimtrip
  • Muslimbiz
  • Beginner
  • Syiar
  • Keluarga
  • Dari Anda
No Result
View All Result
Islampos
No Result
View All Result

Ikhwan Memesona itu Haram

Redaktur Dini Koswarini
5 bulan ago
in Cerpen
Reading Time: 3min read
0
Jadi Muslimah, Beginilah Amirah Dilamar Seorang Pria Muslim

Foto: Pixabay

Oleh: Ramadani Ann Al-Qohirohiyyah

MALAM itu, sungguh tak ada yang spesial. Shakila masih lesu, mendekap bantal lalu pandangan menerawang ke luar jendela. Ada harap yang tak kunjung terpenuhi, rasa rindu membuncah. Sesosok pemuda rupawan telah menawan hatinya, Fauzi. Perkenalan yang tidak disengaja, dari sebuah grup Komunitas Penulis Indonesia di media sosial facebook.

Tulisan yang sering ia posting banyak membahas tentang syiar islam serta dakwah terkini. Shakila juga berkomunikasi dengannya lewat pesan pribadi, sekadar bertanya alamat hingga hal lainnya. Percakapan demi percakapan telah berlangsung, namun malam kemarin ada sesuatu yang terjadi, Shakila membalikkan badan. Posisinya masih terbaring di atas kasur, dengan posisi tubuh menghadap ke langit-langit kamar.

“Dek, sudah siap menikah?” tanya Fauzi saat chatting.

Tentu saja pertanyaan tersebut dinanti sebagian wanita dari orang yang dicintainya. Begitu juga Fauzi, bermaksud untuk ta’aruf, namun Shakila tidak semudah itu memberi jawaban. Justru menjawab dengan kalimat berbelit, mengalih topik serta bersikap acuh tak acuh, hingga Fauzi berujar bahwa dirinya telah menutup diri. Padahal bukan seperti itu maksudnya, tapi Shakila membiarkan Fauzi dengan sangkaannya sendiri. Mau ditahan pun tidak mungkin; kita adalah pikiran masing-masing.

BACA JUGA: Bantal Guling

Sehari setelah kejadian malam itu, Shakila pergi mengunjungi sahabatnya Rukayyah. Mereka berdua duduk di sofa ruang keluarga, kebetulan suami dari sahabatnya itu sedang tidak berada di rumah. Shakila menumpahkan semua pikirannya, bercerita perihal Fauzi yang telah mendominasi hati juga ruang pikirnya akhir-akhir ini.

“Aku harus apa, Rukayyah?” ujarnya sangat gundah.

“Jauhi dia … mungkin itu bukan cinta tapi nafsu,” seru Rukay.

Shakila menatap ruangan dengan hampa; peristiwa ini mengingatkannya kembali pada kejadian beberapa tahun silam. Saat itu ia telah mengutarakan rasa cinta pada ikhwan yang tengah menuntut ilmu di Turki, Raffa; teman seangkatan di Madrasah Aliyah dulu. Namun, lagi-lagi pikiran gadis ini menerawang jauh ke depan, sebab Raffa berstatus seorang pelajar, ia khawatir pernyataan itu akan mengganggunya. Esoknya, Shakila memutuskan pertemanan dengan Raffa, menafikan segala rasa yang sempat tertanam dalam hatinya.

“Mungkin ini bukan cinta, tapi nafsu. Maafkan aku!” ujar Shakila pada Raffa di saat chatting terakhirnya dua tahun silam.

Meskipun begitu, Shakila merasa tidak enak hati. Hingga detik ini masih memikirkan Raffa, bukan bersebab cinta; tapi rasa bersalah telah pergi menjauh di saat yang sama mengutarakan cinta. Ah, sungguh rumit membahas cinta, pikirnya.

“Mengapa kalian tidak mencoba saling ta’aruf?” Rukayyah memandang gadis itu dengan wajah bersemangat.

Shakila menggelengkan kepala, Rukayyah menasihati gadis itu dengan santun serta bijaksana. Menurutnya, jika secara fisik maupun psikologis belum siap untuk menikah, maka segala hal yang dilarang agama; masalah interaksi dengan ikhwan juga dilarang, apapun bentuknya. Shakila menyanggah, interaksi dengan Fauzi hanya sebatas chatting, bukankah itu hal biasa. Rukayyah mengangguk lalu tersenyum, kembali memaparkan masalah interaksi tadi, katanya jika benar hanya sebatas chatting, bukan tidak mungkin kalau sampai memikirkannya.

Loading...

“Benar, aku selalu memikirkannya ….” ujar Shakila.

“Nah, kalau begitu artinya sudah biasa. Cinta hadir karena terbiasa, kalau tidak dibiasakan mungkin tidak akan cinta!”

Shakila mulai mengerti, sebenarnya dia tahu, tapi rasa kagum berlebihan menutup tabir ilmu yang pernah dikuasainya itu. Rukayyah menghidangkan semangkuk sup hangat, dan kedua wanita tersebut menikmatinya sembari membahas keseharian yang dilewati Rukayyah selama berumah tangga. Suka duka menjalani kehidupan berdua, meski awalnya sepasang suami istri itu tidak mengenal satu sama lain.

Mereka dijodohkan, ridha atas pilihan orang tua, juga ridha karena jodoh langsung dipilih Allah. Sebagai makhluk-Nya, kita harus melabuhkan rasa cinta pada Sang Maha Cinta, bukan meliarkan nafsu berkedok cinta. Karena cinta itu sesungguhnya suci, tidak akan ternodai.

BACA JUGA: Bukan Romansa Biasa

Setibanya di rumah, Shakila mengambil benda layar putih seukuran telapak tangan yang terhubung dengan dunia maya itu, mencari nama Fauzi, dan memilih tombol delete contact.

“Fauzi, maafkan aku. Mungkin ini juga bukan cinta tapi nafsu!” Shakila menghapus pertemanannya dengan Fauzi, demi cinta.

Betapa pun indahnya pesona seorang ikhwan ketika belum halal, maka ia tetap tidak halal. Shakila berusaha menaati perintah Allah untuk menjauhi zina; sebab zina bukan hanya persetubuhan. Zina mata dengan melihat yang diharamkan, zina tangan dengan menuliskan sesuatu yang memudharatkan, serta indera tubuh lainnya. Ada lagi zina terbaru; zina pikiran. Berimajinasi bahwa seseorang itu telah kita miliki, mencipta daya khayal fantasi, tentu tidak akan dibenarkan dalam islam.

Malam ini, Shakila memandang langit yang tiada berbintang. Perihal jodoh telah ia serahkan sepenuhnya pada pemilik-Nya. Meskipun telah menghapus beberapa ikhwan yang sempat bersemayam di hatinya, semua dikarenakan rasa cinta pada Sang Maha Cinta. Bukankah lebih baik saling bertemu dalam do’a, berujar tasbih tahmid memuji keagungan-Nya, maka suatu hari nanti, insyaaAllah jodoh terbaik akan datang. Asal mau memantaskan diri dulu; berlaku santun, berujar baik, dan benar.

“Ikhwan memesona itu haram ….” ujarnya sembari tersenyum. []

Dini Koswarini

Dini Koswarini

Related Posts

Ketika Wawancara Usai

Ketika Wawancara Usai

19 November 2020
Mau Dibawa Kemana Hidup Ini?

Lelaki Itu Melamarku

16 November 2020
Ia yang Duduk di Sebelah

Ia yang Duduk di Sebelah

21 September 2020
Cerai

Cerai

13 Juni 2020
Buka Lagi
Selanjutnya
Hikmah Diharamkannya Bangkai

Hikmah Diharamkannya Bangkai

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisements

Terbaru

Uncategorized

Kematian datang Kapan dan Di mana saja

Redaktur Laras Setiani
16 menit ago
Cerita Seorang Mualaf yang Menjadi Guru Bahasa Isyarat di Turki
Mualaf

Cerita Seorang Mualaf yang Menjadi Guru Bahasa Isyarat di Turki

Redaktur Eneng Susanti
46 menit ago
Kisah Pria yang Memberi Minum Anjing
Sirah

Kisah Pria yang Memberi Minum Anjing

Redaktur Yudi
1 jam ago
Kunci Kesuksesan Hidup
Islam 4 Beginner

Jam Berapa Sebaiknya Shalat Dhuha?

Redaktur Ari Cahya Pujianto
2 jam ago

On Facebook

Navigasi

  • Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi

About Us

Membuka, menginspirasi, free to share

  • Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi

© 2019 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Ramadan
    • Tanya Jawab Ramadhan
    • Tsaqofah Ramadhan
    • Video Ramadhan
    • Fiqh Ramadan
    • Kesehatan Ramadhan
    • Kultum Ramadhan
  • Muslimbiz
  • Muslimtrip
  • Beginner
  • Keluarga
  • Sirah
  • Syiar
  • Muslimah
  • Dari Anda
  • Donasi

© 2019 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Add Islampos to your Homescreen!

Add