• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Kamis, 22 Mei 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Fiksi

Disaster Jono

Oleh Adam
7 tahun lalu
in Fiksi
Waktu Baca: 4 menit baca
A A
0
Foto: Fanpop

Foto: Fanpop

0
BAGIKAN

 

MALAM ini, memandangi bulan, di dalam hatiku tengah terjadi proses yang begitu meremukan, menggerus semua. Bahwa aku bersumpah, akan di mana hari aku tak akan pernah bisa memberikan maaf untuknya—walaupun dalam bentuk sederhana. Hhh, sungguh berat apa yang kualami ini. Sungguh, siapa berani mengatakan kita telah beriman sedangkan kita belum pernah diberi ujian? Dan Jono, hhh, apa lagi yang bisa kutuliskan lagi tentangmu, ketika kau telah memperlakukanku begitu buruknya? Ibu, menangislah untuk anakmu…

***

“KENAPA, Pi?”

ArtikelTerkait

Tapi Ini Tanah Kami, Meski Duka dan Mati Tertanam di Sini

Hidup Itu Seperti UAP… Puisi Terakhir WS Rendra

Suamiku Mantan Majikanku

Gadis Cantik Sebagai Anugerah Tuhan

Aku menarik nafas. “Aku kan sudah bilang sama kamu berkali-kali… Kamu nggak ngerti juga?”

“Karena jilbab kamu itu? Halah, kamu sok hipokrit….”

Aku memandangi Jono dengan telak, sedikit tersinggung. Aku sudah merasa, percakapanku dengannya kali ini pun sudah tidak memberikan sesuatu yang berarti lagi—sama seperti yang kemarin-kemarin.

“Yah, terserah kamu sih, Jon…. Kamu juga tau ini bukan sesuatu yang mudah bagiku. Tapi aku musti, Jon…”

“Pia, tapi bukan berarti kamu musti mutusin hubungan kita. Kita udah jadian sekian lama, 4 taon, sejak SMP dulu. Aku, aku jelas sayang kamu, …”

“Sudah, Jon…” aku memotong, “kita nggak mungkin lagi terus berputar-putar di sini. Kamu harus belajar menerimanya, menerima dan atau bahkan menghormati keputusanku…”

“Kamu mengorbankanku…. Itu akibatnya kalo kamu keseringan gaul ama anak-anak mesjid itu…”

Aku menatap Jono makin telak. Bukan karena apa, tapi lebih karena aku membenci kata-katanya yang semakin tidak terkontrol.

Advertisements

Sepertinya tidak ada yang bisa kulakukan lagi untuk membuatnya mengerti. “Jon,” ujarku perlahan-lahan, “baiklah…. Aku mungkin sudah harus mengatakan ini kepadamu,…”

“Tapi, Pia….”

“Dengarkan aku dulu….. Kamu juga harus tahu ini berat bagiku. Tidak mudah ngeliat kamu tiap hari seperti ini, malah aku berpikir ingin pindah kelas aja, supaya nggak bisa ngeliat kamu seperti ini. Gimana-gimana juga, kita pernah deket. Tapi tolong Jon, begitu mahal dan panjang yang udah aku lakukan untuk bisa sampai ke titik ini…”

“Jadi ceritanya kamu tobat begitu…?”

“Ih, kamu makin ngaco deh Jon…. Aku cuma ngerasa apa yang kita lakukan selama itu adalah sebuah kesalahan. Susah ngomong sama kamu tentang hidayah…. Jon, ktia dulu pernah memulai hubungan kita yang salah itu dengan baik-baik, dan aku sudah berniat baik berusaha untuk ngebaik-baikin kamu untuk menyudahinya, tapi kamu selalu aja nggak ngerti dan nggak terima….”

Jono kali ini tidak berkata. Ia balik memandangiku dengan tajam. “Kamu tau, Pia….”

Aku terdiam, menarik nafas. Ruangan kelas yang kosong makin sunyi.

“Kamu, hidayah kentutmu…..!”

Jono beranjak, meninggalkanku. Ia membanting kursi yang didudukinya. Ia pun melakukan hal yang sama dengan pintu kelas. Aku beristighfar berkali-kali. Setitik air mata mulai jatuh ke pipi, dan sementara aku mulai menguatkan hati. Ini bukan apa-apa, walau itulah pertama kali Jono bersikap kasar kepadaku. Dan sejak hari ini, aku tahu ya Allah, bahwa hari-hari di kelas ini tak akan pernah lagi ramah dan mudah bagiku. Tapi jika itu harga yang harus kubayar atas begitu banyak kesalahan dan kesenangan pribadi yang tak tentu arah yang dulu kulakukan, maka itu semua memang sudah kupersiapkan.

***

SUARA telefon itu membangunkan tidur siangku. Siapa gerangan? Kemana orang-orang yang lain di rumah? Ketika aku sampai di ruangan tengah, kulihat mama sudah ada di sana juga. “Maaf, tadi mama lagi tanggung masak…. Ini dari Jono…”

Aku menggeleng lemah. Aku merasa malas mendengar namanya.

“Mau terima atau tidak?” tanya mama.

“Yah….”

“Pia, tidak baik begitu. Setidaknya kamu harus tetap bersikap baik pada orang, seburuk apapun orang memperlakukanmu…”

“Tapi, ma…”

“Baik kalau kamu tidak mau menerimanya…”

Aku tersenyum. Setelah mendengar mama mengatakan aku sedang tidak ingin menerima telefon, aku kembali berbalik ke kamar. Membaringkan diri, menerawang, aku tidak bisa tidur lagi. Hah Jono, kenapa kamu begitu picik dan kerdil? Sekarang, aku mendengar bahwa Jono dengan terang-terangan tengah mendekati Reza, teman sekelas kami yang banyak dianggap sebagai bintang kelas.

HP di meja belajar berdering. Aku sudah menduga itu Jono, dan memang benar. Merasa tidak punya pilihan lagi, akhirnya aku mengangkatnya. “Halo?”

“Pia, please deh, aku, aku butuh bantuanmu sekarang… Pi…”

Aku terdiam.

“Aku, aku… aku ngerasa nggak tentu arah, Pi…. Aku ngerasa hidupku nggak berarti lagi…. Aku cuman mau ngucapin selamat tinggal aja sama kamu….”

“Hah, Jono…. maksud kamu…., kamu di mana sekarang…?”

“Nggak penting lagi bagi kamu, Pi…. Aku teramat mencintaimu, aku kehilangan kamu, sangat….”

“Jon, kamu nggak sedang…. Macam-macam kan?”

Terdengar suara mendengus sekarang, “Hmm, apa bedanya buat kamu? Toh, kamu bukan siapa-siapa lagi….”

“Jono, ya Allah…” aku mulai panik, aku sebenarnya tidak merasa yakin dengan apa yang kutangkap, tapi sepertinya anak itu benar-benar nekad…

“Kamu mau ke sini dulu, Pi…? Ke rumahku? Aku, aku…. Aku…..” Jono menutup telefonnya.

Aku mengerutkan kening. Tanpa sempat berpikir lagi, aku segera meraih jilbabku dan tergopoh-gopoh meraih semua peralatan yang biasa kubawa pergi. Ketika melewati mama, aku hanya sempat berkata, “Ma, pergi dulu…” dan mama hanya menjawab dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Jono mau bunuh diri, itu sepertinya. Ya Allah, betapa cengengnya anak lelaki itu. Hanya karena cinta. Ya Allah, betapapun yang akan dia lakukan, sesungguhnya tak akan pernah bisa menukarnya lagi dengan apa yang sudah kupilih sekarang: mengenaliMu itu.

Sepanjang perjalanan, sebisa mungkin aku mengucapkan doa dan dzikir apa saja yang kubisa yang memang tidak banyak yang kuhafal.

Sesampai di rumah Jono, suasana hening. Tapi pintu depan terbuka. Aku mengucapkan salam. Tidak terdengar jawaban. Tapi kemudian, Jono sendiri yang keluar, “Eh, Pia…. Kirain nggak datang…..”

Aku merasa mulai ada yang tidak beres. Saat itu tiba-tiba dari dalam muncul Reza, diikuti oleh beberapa gengnya yang lain. Aku terperanjat, nyaris tercekik. Sedang apa ia dan temen-temennya di sini…?

Jono menggandeng bahu Reza, begitu mesranya, aku terus-terang mau muntah melihatnya, karena begitu tak nyaman melihat pemandangan itu.

“Tuh kan Reza, aku kan sudah bilang, kamu sih nggak percaya aja…. Pia ini nggak pernah bisa ngelupain aku, ia selalu pengen aku balik lagi sama dia, tapi kan aku juga sudah bilang sama dia, aku sudah memilih kamu jadi pacarku….”

Ya Allah, aku merasa langit runtuh menimpaku! []

 

Tags: cerpenfiksiPacaranPutus
ShareSendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Seketika Lupa

Next Post

Vaksinasi, Berbahaya ataukah Tidak?

Adam

Adam

Dengan Ilmu, engkau berani bertindak dan dapat menahan diri untuk diam

Terkait Posts

Palestina, Semangka, tanah, Pelajaran dari Gaza, Palestina, Palestina

Tapi Ini Tanah Kami, Meski Duka dan Mati Tertanam di Sini

6 November 2023
Hadits tentang Sabar, Konsultasi Kesehatan, Puisi Terakhir WS Rendra

Hidup Itu Seperti UAP… Puisi Terakhir WS Rendra

10 Oktober 2023
KDRT, Balasan bagi Orang yang Suka Memaki dan Menyakiti Orang Lain, Suamiku

Suamiku Mantan Majikanku

17 Agustus 2023
cantik, Rukun Islam, Amal Penghapus Dosa

Gadis Cantik Sebagai Anugerah Tuhan

9 Maret 2023
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Angin Duduk, Angin Duduk, Kebiasaan di Malam Hari

10 Kebiasaan di Malam Hari yang Membuat Tubuhmu Rusak, Nomor 5 Sering Banget Dilakukan!

Oleh Haura Nurbani
22 Mei 2025
0

Perusak Amal, Larangan Allah, Anak Durhaka pada Orangtua, Maksiat, Pembohong

Apa Hukuman Sosial untuk Seorang Pembohong?

Oleh Saad Saefullah
22 Mei 2025
0

Rezeki, Jalan Rezeki, pencuri

Jejak di Balik Bayangan: Siapa Pencuri Uang 5 Milyar di Rumah Pengusaha Ini?

Oleh Dini Koswarini
22 Mei 2025
0

hidup, orang baik, shalat

Orang Baik Tapi Tak Pernah Shalat, Bagaimana?

Oleh Yudi
22 Mei 2025
0

uban, usia 40

7 Hal yang Harus Diperhatikan Jika Kamu Masuk Usia 40 Tahun

Oleh Yudi
22 Mei 2025
0

Terpopuler

Rahasia Bisa Tidur Sejak Jam 21.00 di Malam Hari

Oleh Haura Nurbani
21 Mei 2025
0
Akibat Tidur dengan Lampu Menyala, Bahaya Tidur Lagi setelah Sahur, Tidur di Awal Malam

Berikut beberapa “rahasia” agar Anda bisa tidur lebih awal—sejak pukul 21.00—dengan lebih mudah dan berkualitas.

Lihat LebihDetails

Siapa Penghuni Bumi Sebelum Nabi Adam? Ternyata Ada Makhluk Lain

Oleh Yudi
21 Mei 2025
0
bumi

Namun, tidak banyak informasi mengenai apakah makhluk-makhluk bercahaya ini pernah menghuni bumi atau tidak.

Lihat LebihDetails

Cara Singkat Tulis ‘Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ﷺ di Microsoft Word, Ini Dia

Oleh Saad Saefullah
19 Oktober 2024
1
Nabi Muhammad Keutamaan Membaca Sholawat, Waktu Terbaik Bershalawat, Sholawat, Ciri Fisik Rasulullah, Wasiat Nabi Sebelum Wafat, Cara Bershalawat yang Benar kepada Nabi, Keistimewaan Rasulullah, Kebiasaan Nabi Muhammad ﷺ, Rasulullah

Selain untuk membuat karakter shalawat tersebut, kita juga bisa membuat lafadz Allah (ﷲ), Muhammad (ﷴ), Basmalah (﷽), Jalla Jalaluhu (ﷻ)...

Lihat LebihDetails

5 Penyakit yang Bisa Ditimbulkan Akibat Banyak Cicak di Rumah

Oleh Yudi
20 Mei 2025
0
cicak

CICAK sering kali dianggap sebagai hewan yang tidak berbahaya karena mereka membantu mengurangi populasi serangga seperti nyamuk atau lalat.

Lihat LebihDetails

Orang Baik Tapi Tak Pernah Shalat, Bagaimana?

Oleh Yudi
22 Mei 2025
0
hidup, orang baik, shalat

Sebagian ulama, seperti Imam Ahmad dan ulama madzhab Hanbali, bahkan menganggap orang yang sengaja meninggalkan shalat sebagai kafir.

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.