DI tengah kemegahan Istana Kesultanan Utsmani di Istanbul, pada masa pemerintahan Sultan Abdul Hamid II, terdapat sebuah sudut yang jauh dari hingar-bingar kekuasaan dan upacara kenegaraan. Sebuah bengkel kayu kecil di dalam istana menjadi tempat peristirahatan batin sang sultan. Di situlah ia meluangkan waktu, bukan untuk merancang strategi politik atau menerima utusan negeri, melainkan untuk bertukang—mengukir, meraut, dan merangkai kayu dengan tangannya sendiri.
Suatu hari, seorang pelayan istana yang sudah lama mendampingi Sultan Abdul Hamid II, dengan rasa ingin tahu yang besar, mengetuk pintu bengkel tersebut. Perlahan ia membukanya, lalu menyaksikan pemandangan yang mungkin dianggap tak biasa oleh banyak orang: sang Sultan tengah duduk bersila, khusyuk menyusun lidi dari pelapah pohon kurma yang telah mengering.
“Maaf, Daulat Paduka sedang membuat apa?” tanya pelayan itu, sambil membungkuk penuh hormat.
BACA JUGA: Detik-detik Wafatnya Sultan Abdul Hamid II
“Sapu,” jawab Sultan Abdul Hamid II singkat, namun tegas. Tangannya terus bergerak tanpa terganggu oleh kehadiran si pelayan.
Tentu saja, jawaban itu mengejutkan. Seorang sultan—penguasa dunia Islam saat itu—membuat sapu dari lidi dengan tangannya sendiri?
“Sapu? Kenapa Daulat Paduka membuat sapu sendiri?” tanya si pelayan, masih tidak percaya.
Sultan Abdul Hamid II tidak langsung menjawab. Ia tetap tenang dan fokus, membiarkan keheningan sejenak mengisi ruangan.
“Kenapa Daulat Paduka tidak menyuruh pelayan istana saja untuk membuatkannya?” tanya si pelayan lagi, kali ini dengan suara lebih pelan.
Sultan Abdul Hamid II mengangkat kepalanya perlahan, menatap pelayannya, lalu berkata, “Apakah engkau memandang remeh pekerjaan membuat sapu?”
Tersentak dengan pertanyaan balik itu, si pelayan buru-buru menundukkan kepalanya. “Mohon maaf atas kelancangan hamba, Daulat Paduka,” katanya lirih. “Tentu saja, jika Daulat Paduka yang membuat, sapu ini sangat istimewa.”
Sang Sultan tersenyum tipis. “Ya, saya membuat sapu ini untuk seseorang yang sangat istimewa, dan akan dikirimkan ke tempat yang paling istimewa.”
Pelayan itu mengernyit penasaran. “Kemanakah gerangan, Daulat Paduka?”
“Ke Madinah al-Munawwarah,” jawab sang Sultan lirih. “Ke makam Rasulullah Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam.”
Pelayan itu terpana. Tidak menyangka sapu sederhana yang sedang dibuat itu memiliki tujuan yang begitu mulia dan mengharukan.
“Ini adalah salah satu bentuk kecintaanku kepada Nabi Muhammad,” lanjut Sultan Abdul Hamid II. “Aku ingin menjadi pelayan beliau.”
Suasana menjadi hening, hanya terdengar suara lembut lidi yang saling bergesekan. Sultan menatap sapu yang hampir selesai itu dengan mata yang sendu.
“Pasha, andai aku bisa memilih takdir, aku lebih memilih menjadi tukang sapu makam Nabi Muhammad daripada menjadi sultan,” ucapnya penuh haru. “Bayangkan, betapa indahnya hidup jika setiap hari bisa berada di dekat makam Beliau, menyapu area suci itu, dan merasakan ketenangan di bawah naungan cinta yang tak bertepi.”
BACA JUGA: Sultan Abdul Hamid II: Membayar Utang Rakyat Palestina
Sultan menarik napas panjang, lalu melanjutkan, “Tetapi aku tak mampu. Takdirku adalah menjadi sultan. Karena itu, paling tidak, aku bisa membuat sapu-sapu ini dengan tanganku sendiri. Aku kirimkan ke Masjid Nabawi, agar sapu ini dipakai untuk membersihkan makam dan masjid beliau.”
Pelayan itu menunduk, matanya mulai berkaca-kaca. Ia baru benar-benar memahami bahwa di balik mahkota seorang sultan, ada jiwa seorang hamba yang begitu tulus mencintai Nabinya.
“Aku ingin ketika kelak aku datang ke hadapan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, aku hadir sebagai seorang ummat dan hamba, bukan sebagai sultan dengan segala kebesaran dan kehormatan duniawi,” kata Sultan Abdul Hamid II menutup pembicaraan.
Kisah ini menjadi bukti, bahwa kemuliaan bukan hanya terletak pada tahta atau kekuasaan, tapi pada kerendahan hati dan cinta yang mendalam kepada Rasulullah. Dalam kesunyian bengkel kayu itu, seorang sultan menenun cinta dan kerinduannya dengan lidi, menyapu bukan sekadar debu, tetapi juga segala kesombongan dunia. []














