• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Selasa, 17 Juni 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Syi'ar Sirah

Jamilah binti Abdullah bin Ubay bin Salul, Putri dari Gembong Munafik namun Malah Mengikuti Ajaran Nabi

Setelah beberapa lama menjanda Jamilah akhirnya menikah dengan Tsabit bin Qais Radhiallahu ‘anhu, seorang juru bicara Anshar.

Oleh Haura Nurbani
3 bulan lalu
in Sirah
Waktu Baca: 4 menit baca
A A
0
Jima, Sanggul, Jamilah binti Abdullah bin Ubay bin Salul, Potongan Rambut Perempuan yang Tidak Diperbolehkan dalam Islam

Foto: Freepik

1
BAGIKAN

JAMILAH binti Abdullah bin Ubay bin Salul adalah seorang wanita dari kalangan Ansar, putri dari Abdullah bin Ubay bin Salul, seorang pemuka suku Khazraj di Madinah yang dikenal sebagai kepala kaum munafik pada masa Nabi Muhammad ﷺ.

Jamilah awalnya bernama Asmā’, tetapi setelah masuk Islam, Nabi Muhammad ﷺ mengganti namanya menjadi Jamilah. Ia menikah dengan Thabit bin Qais bin Syammas, seorang sahabat Nabi. Namun, dalam pernikahannya, Jamilah tidak merasa cocok dengan Thabit bin Qais, meskipun suaminya tidak berbuat zalim kepadanya.

Karena itu, ia mengajukan khulu’ (permintaan cerai dengan mengembalikan mahar) kepada Nabi Muhammad ﷺ. Nabi mengabulkan permintaannya, dengan syarat ia mengembalikan kebun yang diberikan sebagai mahar oleh Thabit.

Jamilah  sangat taat dalam menjalankan perintah agama. Wanita ini telah masuk Islam dan berbai’at. Suatu hari yang indah, seorang pemuda datang melamarnya. Dengan bahagia ia menerima lamaran itu.

ArtikelTerkait

Fatimah Tidak Izinkan Abu Bakar Masuk ke Dalam Rumah, tanpa Izin Suami

Nabi Muhammad ﷺ dan Permusuhan Abu Jahal

Kemuliaan Khadijah binti Khuwailid r.a.

Ibnu Abbas, Asisten Kecil Nabi, Hafal Ribuan Hadis

Bagaimana bisa ia menolak, padahal yang datang melamarnya adalah Hanzhalah bin Amir Radhiallahu ‘anhu, seorang muslim yang shalih, gagah serta ksatria pemberani. Setelah itu mereka menikah. Kejadian itu terjadi pada malam hari sebelum perang Uhud terjadi.

BACA JUGA: Abdullah bin Ubay Tidak akan Selamat hanya karena Jubah Rasulullah

Jubah malam dihiasi bintang bertaburan yang membawa suasana damai dan tentram membuai penduduk Madinah dalam mimpi indah. Sebenarnya itu hanya malam biasa, namun itu terasa istimewa bagi pengantin baru, Hanzhalah dan Jamilah. Karena malam itu adalah malam bersejarah bagi mereka.

Hanzhalah tahu bahwa besok akan berkecamuk perang yang besar di Uhud, untuk itu ia meminta izin kepada Rasulullah untuk bermalam bersama istrinya.

Sementara dia sendiri tidak tahu dengan pasti apakah malam itu malam pertemuan atau justru malam perpisahan. Rasulullah memberinya izin untuk menginap dan menghabiskan malam itu bersama pengantinnya.

Malam yang indah itu begitu cepat berlalu bagi mereka berdua, setelah shalat Shubuh Hanzhalah kembali ke pangkuan istrinya. Tiba-tiba kesunyian pagi terpecahkan oleh suara orang menyeru manusia untuk berjihad. Kedua pengantin itu pun tersentak.

Saat itu Hanzhalah sempat menimbang antara kenikmatan dunia dan kenikmatan akhirat. Dengan tekad kuat serta dorongan dari istrinya, ia melangkah pasti menuju medan perang, dengan pedang terhunus, menyongsong panggilan jihad dan meninggalkan dunia serta segala isinya.

Jamilah melepas suaminya dengan perasaan bercampur-aduk, antara bangga dan cemas. Bangga karena suami pergi berperang untuk membela agama, cemas bila suami terluka atau mungkin tewas di tangan musuh. Wanita mana yang tak akan gundah, baru saja ia labuhkan cintanya, dan sekarang harus melepas kekasih tercinta berperang mengadu nyawa.

Advertisements

Terlebih bila ia teringat mimpinya semalam, sewaktu ia melihat pintu langit terbuka di hadapan Hanzhalah dan ketika suaminya memasuki pintu itu kemudian tertutup kembali. Dari mimpinya itu Jamilah merasa bahwa suaminya akan syahid. Ia tak berdaya karena panggilan jihad wajib dipenuhi. Jika memang ditakdirkan, suaminya syahid maka itulah yang terbaik, apalah arti dunia ini jika dibandingkan akhirat yang kekal?

Ketika berangkat ke medan perang, Hanzhalah masih dalam keadaan junub, belum sempat mandi. Ketika ia sampai di tempat berkumpulnya para mujahidin ia melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi was salam sedang menyiapkan barisan. Setelah siap, mereka lalu menuju gunung Uhud untuk menanti musuh yang datang.

Tak lama terjadilah perang yang dahsyat, pada awalnya kemenangan diraih oleh kaum muslimin, tetapi tatkala pasukan pemanah meninggalkan posisi mereka, keadaan berbalik menjadi kacau dan orang-orang musyrik maju menyerang.

Beberapa tentara tetap teguh bertahan bersama Rasulullah, termasuk di dalamnya Hanzhalah, dia terus menunjukkan dan membuktikan kecintaannya terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia maju menghadapi Abu Sufyan bin Harb.

Ketika ia terlengah dengan cepat dia menebas kaki kuda Abu Sufyan dari belakang, sehingga Abu Sufyan terjatuh, namun pada saat itu datanglah Syaddad bin al-Aswad membantu Abu Sufyan melawan Hanzhalah, maka terjadilah pertarungan satu lawan dua.

Hanzhalah terdesak, hingga salah satu dari dua orang itu berhasil menikamkan tombaknya ke dada Hanzhalah tepat mengenai jantungnya. Seketika itu Hanzhalah roboh. Hanzhalah syahid sebab luka itu.

Ketika perang telah usai para sahabat mulai mencari jasad saudara-saudara mereka yang syahid. Ketika mereka menemukan jasad Hanzhalah, Nabi Shallallahu ‘alaihi was salam bersabda, “Sesungguhnya sahabat kalian, Hanzhalah telah dimandikan oleh Malaikat, tanyakanlah kepada istrinya.” Ketika para sahabat bertanya, Jamilah menjelaskan bahwa suaminya pergi berperang dalam keadaan junub.

Mendengar berita tentang suaminya, Jamilah hanya bisa menangis dan bersabar mengharap pahala dari Allah. Setelah peristiwa itu Hanzhalah digelari sebagai “yang dimandikan Malaikat”. Setiap kali kita membuka buku sejarah yang menceritakan tentang perang Uhud, kita akan dapatkan cerita Hanzhalah, pengantin baru yang rela meninggalkan peraduannya demi mendapatkan syahadah di jalan Allah.

Setelah Hanzhalah syahid, Allah menakdirkan Jamilah hamil, buah dari malam pertama dan terakhir mereka. Setiap kali Jamilah melihat perutnya yang mulai membesar ia selalu teringat suaminya, tampak kesedihan dan juga rona bahagia dalam raut wajahnya.

Sedih mengingat nasib anaknya yang akan lahir tanpa ayah dan bahagia karena ia mengandung benih Hanzhalah. Beberapa bulan kemudian lahirlah seorang anak lelaki yang diberinya nama Abdullah. Abdullah bin Hanzhalah Radhiallahu ‘anhu ini termasuk sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi was salam yang kecil. Ibunya mendidiknya dengan baik sehingga ketika dewasa Abdullah bisa menjadi seorang pejuang dan menjadi syahid, sama seperti ayahnya.

Memang, impian Jamilah bintu Ubay akhirnya benar-benar terwujud. Abdullah bin Hanzhalah syahid dalam peperangan (Harrah) pada tahun 63 H.

BACA JUGA: Abdullah bin Ubay, Gembok Munafik di Zaman Nabi

Setelah beberapa lama menjanda Jamilah akhirnya menikah dengan Tsabit bin Qais Radhiallahu ‘anhu, seorang juru bicara Anshar, dan di antara sahabat Nabi terbaik. Ia ikut berperang dan mencari syahadah bersama Rasulullah, namun ia tidak mendapatkannya kecuali pada masa kekahlifahan Abu Bakar.

Dari pernikahan itu, Jamilah melahirkan seorang putra yang bernama Muhammad bin Tsabit. Muhammad bin Tsabit nantinya juga menjadi syahid bersama saudara seibunya, Abdullah bin Hanzhalah Radhiallahu ‘anhum.

Suaminya yang terakhir adalah Khubaib bin Yasaf Radhiallahu ‘anhu. Ia sahabat Nabi yang masuk Islam ketika bertemu dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi was salam sewaktu beliau hendak berangkat ke Badar, kemudian ia ikut berjihad di Badar, dan setelah itu ia selalu menyertai Rasulullah dalam setiap peperangan.

Khubaib wafat pada masa kekhalifahan Utsman. Ahli sejarah ragu, apakah Jamilah wafat sebelum ataukah sesudah Khubaib. Semoga Allah meridhai Jamilah binti Ubay, istri dua orang syahid dan ibu para syuhada’. Seorang wanita yang tabah dalam menghadapi pahit getir kehidupan.

Dalam cinta baginya memang tak selalu harus berakhir bahagia di dunia, namun di akhirat ia berharap akan mendapatkan kebahagiaan sejati. Wallahu a’lam. []

SUMBER: AL-FURQON GRESIK

Tags: Jamilah binti Abdullah bin Ubay bin Salul
ShareSendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Apa Perbedaan Bensin Pertamax dan Pertalite?

Next Post

Bolehkah Minum Kopi di Waktu Sahur?

Haura Nurbani

Haura Nurbani

Terkait Posts

Penjagaan Allah terhadap Nabi, Abu Bakar

Fatimah Tidak Izinkan Abu Bakar Masuk ke Dalam Rumah, tanpa Izin Suami

12 Juni 2025
Nabi, Utsman bin Affan, Unta, Abdullah bin Ubay, Abu Jahal

Nabi Muhammad ﷺ dan Permusuhan Abu Jahal

10 Juni 2025
Cara Cari Jodoh, Renungan, Khadijah binti Khuwailid

Kemuliaan Khadijah binti Khuwailid r.a.

1 Juni 2025
Nabi Zakaria, Ibnu Abbas

Ibnu Abbas, Asisten Kecil Nabi, Hafal Ribuan Hadis

23 Mei 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Nasi Padang

Kenapa Nasi Padang Begitu Disukai oleh Siapa Saja dan di Mana Saja?

Oleh Haura Nurbani
17 Juni 2025
0

prabu siliwangi

Kisah Masuk Islamnya Prabu Siliwangi: Antara Legenda, Sejarah, dan Spiritualitas

Oleh Yudi
17 Juni 2025
0

Pengeluaran, Ciri Orang Medit

Ciri-ciri Orang Medit

Oleh Dini Koswarini
17 Juni 2025
0

piramida, kaum

5 Kaum yang Memiliki Keahlian Membangun Bangunan Megah dalam Sejarah

Oleh Yudi
17 Juni 2025
0

rezeki, ashabul kahfi

Kisah Ashabul Kahfi: Pemuda-Pemuda Beriman yang Tertidur Selama Ratusan Tahun

Oleh Yudi
17 Juni 2025
0

Terpopuler

Nama-nama Bayi yang Dilarang dalam Islam

Oleh Saad Saefullah
24 Mei 2022
0
Foto: .lanlinglaurel.com

Demikian juga kita mesti mengubah nama-nama yang buruk.

Lihat LebihDetails

10 Hal Yang Tidak Boleh Terlewat oleh Suami Istri sebelum Tidur setiap Malam

Oleh Dini Koswarini
1 Juni 2025
0
Jima, Suami Istri

Bagi suami istri, momen sebelum tidur bukan hanya waktu untuk beristirahat fisik, tapi juga saat yang penuh berkah untuk memperkuat...

Lihat LebihDetails

10 Tips agar Rajin Puasa Sunnah Senin dan Kamis

Oleh Yudi
16 Juni 2025
0
buka puasa, qadha, lapar, puasa

Tanamkan dalam hati bahwa puasa ini dilakukan untuk mencari ridha Allah, bukan sekadar ikut-ikutan atau demi manfaat kesehatan semata.

Lihat LebihDetails

Mengapa Jatuh di Kamar Mandi Itu Berbahaya untuk Keselamatan Jiwa?

Oleh Yudi
16 Juni 2025
0
junub, kamar mandi, adzan, mandi junub

Kamar mandi umumnya sempit dan penuh dengan permukaan keras seperti keramik, wastafel, tepi bathtub, atau kloset.

Lihat LebihDetails

Cara Singkat Tulis ‘Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ﷺ di Microsoft Word, Ini Dia

Oleh Saad Saefullah
19 Oktober 2024
1
Nabi Muhammad Keutamaan Membaca Sholawat, Waktu Terbaik Bershalawat, Sholawat, Ciri Fisik Rasulullah, Wasiat Nabi Sebelum Wafat, Cara Bershalawat yang Benar kepada Nabi, Keistimewaan Rasulullah, Kebiasaan Nabi Muhammad ﷺ, Rasulullah

Selain untuk membuat karakter shalawat tersebut, kita juga bisa membuat lafadz Allah (ﷲ), Muhammad (ﷴ), Basmalah (﷽), Jalla Jalaluhu (ﷻ)...

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.