HUKUM azan adalah sunnat mu’akkad bagi laki-laki muslim yang telah akil baligh dan dikerjakan di masjid untuk shalat fardhu atau shalat wajib lima waktu (berjamaah maupun munfarid) dan juga shalat Jum’at.
Kendati telah umum diketahui, ada beberapa hal terkait tata cara azan yang perlu diperhatikan.
Berikut sepuluh hal terkait tata cara atau pedoman azan:
1- Telah masuk waktu
Azan dikumandangkan saat telah memasuki waktu shalat agar terhindar dari kesalahan. Jika azan dikumandangkan sebelum waktunya, maka hukum azan tersebut menjadi haram sebagaimana kesepakatan para ulama.
2- Suci
Muazin disunnahkan dalam keadaan suci ketika hendak mengumandangkan azan. Hal ini didasarkan atas hadis:
“ … tidak boleh mengumandangkan adzan kecuali orang yang berwudhu (suci) … “ (HR. At-Tirmidzi)
BACA JUGA: Jarak Azan dan Iqamat, Berapa Lama?
3- Niat
Ada dua pendapat mengenai niat azan.
Pertama, niat azan merupakan syarat sah azan. Pendapat ini dikemukakan oleh para ulama bermazhab Malikiyah dan Hanabilah. Dasar hukumnya adalah hadits berikut:
“ … sesungguhnya semua amal tergantung pada niat … “ (Muttafaq ‘alaih)
Kedua, niat azan merupakan sunnah. Pendapat ini dikemukakan oleh para ulama bermazhab Hanafi dan Syafi’i.
4- Berdiri
Mengumandangkan azan disunnahkan dilakukan dengan berdiri tegak. Hal ini didasarkan atas hadits berikut:
“ … berdirilah wahai Bilal, dan kumandangkanlah adzan untuk shalat.” (Muttafaq ‘alaih)
5- Menghadap kiblat
Mengumandangkan azan dilakukan dengan berdiri menghadap ke kiblat kecuali pada lafadz hayya ‘alash-shalah dan hayya ‘alal falah. Hal ini didasarkan hadits berikut.
“ … bahwa para muadzin Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengumandangkan adzan dengan menghadap kiblat.” (HR. Al-Hakim)
Dalil lainnya adalah sebagai beriku:
“Beliau memalingkan lehernya ketika mengucapkan Hayya ‘alash shalah ke kanan dan ke kiri tapi tidak berputar.” (HR. Abu Daud)
6- Lafaz azan
Lafaz azan yang menjadi kesepakatan para ulama bermazhab Al-Hanafiyah, Asy-Syafi’iyah dan Al-Hanabilah adalah azan dengan empat kali takbir sebagaimana disebutkan dalam hadits Abdullah bin Zaid.
Lafaz azan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar 2x
Asy-hadu alaa ilaaha illallaah 2x
Asy-hadu anna Muhammadar Rasulullah 2x
Hayya ‘alash shalaah 2x
Hayya ‘alal falaah 2x
Allaahu Akbar, Allahu Akbar 1x
Laa ilaaha illallaah 1x
Untuk adan subuh, antara kalimat “Hayya ‘alal falaah” dan “Allaahu Akbar, Allahu Akbar” ditambah dengan kalimat sebagai berikut:
Ash-shalaatu khairum minan naum(i) 2x
Dari lafaz azan di atas, jelaslah bahwa syarat sah azan yang dikumandangkan oleh muazin adalah menggunakan bahasa Arab. Lafaz azan juga harus dikumandangkan secara benar tanpa salah, berurutan, dan berkesinambungan.
7- Tartil atau Tarassul
Yang dimaksud dengan tartil atau tarassul adalah berhenti sejenak pada setiap dua kalimat takbir atau perkalimat selain takbir dengan durasi lebih kurang bisa untuk menjawab atau mengulang kalimat azan yang sama.
Dalilnya adalah sebagai berikut:
“Jika kamu adzan, maka tarassul-lah”
8- Bersuara lantang
Disunnahkan agar azan dikumandangkan dengan suara lantang dan bagus. Hal ini didasarkan atas hadits berikut.
“Pergilah kepada Bilal dan sampaikan apa yang kamu lihat dalam mimpi. Sesungguhnya Bilal itu suaranya lebih terdengar dari suaramu.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)
BACA JUGA: Ini Dia Sifat Muazin (Orang yang Azan)
9- Menutup lubang telinga
Ketika mengumandangkan azan disunnahkan menutup lubang telinga dengan ujung jari. Hal ini dimaksudkan agar suara yang dihasilkan menjadi lebih tinggi.
Dalilnya adalah sebagai berikut:
“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan Bilal untuk meletakkan dua jarinya di kedua telinganya, kemudian beliau bersabda, “Itu akan menjadikan suaramu lebih tinggi.” (HR. Ibnu Majah)
10- Doa sesudah azan
Ketika muazin selesai mengumandangkan azan, disunnahkan membaca doa sesudah azan sebagai berikut:
Allahumma rabba haadzihid da’watit taammati wash shalaatil qaa-imati, aatil sayyidinaa Muhammadanil wasilata, wal fardliilata wasy syarafa wad darajatal ‘aaliyatar rafii ’ata, wab’atshul maqaamal mahmuudal ladzii wa’ad-tahu innaka laa tukhliful mii-‘aada.
“Ya Allah Tuhan yang memiliki panggilan ini, yang sempurna dan memiliki shalat yang didirikan. Berilah junjungan kami Nabi Muhammad, wasilah dan keutamaan serta kemuliaan dan derajat yang tinggi, dan angkatlah ia ke tempat yang terpuji sebagaimana Engkau telah janjikan. Sesungguhnya Engkau ya Allah Dzat Yang tidak akan mengubah janji.”
Itulah sekelumit ketentuan yang perlu diperhatikan tentang Azan. []
SUMBER: DALAM ISLAM