• Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
Sabtu, 27 Februari 2021
No Result
View All Result
NEWSLETTER
Islampos
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Muslimtrip
  • Muslimbiz
  • Beginner
  • Syiar
  • Keluarga
  • Dari Anda
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Muslimtrip
  • Muslimbiz
  • Beginner
  • Syiar
  • Keluarga
  • Dari Anda
No Result
View All Result
Islampos
No Result
View All Result

Surat Cinta dari Mesir

Redaktur Saad Saefullah
4 tahun ago
in Sejarah
Reading Time: 2min read
0
Surat Cinta dari Mesir

Foto: Wikipedia

Oleh: Rizki Lesus
Wartawan, pegiat Jejak Islam untuk Bangsa

ADA akar sejarah sangat kuat antara Mesir dan Indonesia. Teringat kisah utusan Indonesia—yang saat itu belum dikenal dan belum diakui internasional—yang ditanya “Are you Moslem?” ketika tiba di Mesir tahun 1947. Dengan serempak mereka menjawab “Yes”.

Lalu petugas berkumis Bandara itu bilang “Well, then, Ahlan Wa Sahlan, Welcome!” dan H. Agus Salim, AR Baswedan, Mr Nazir dan Prof Rasjidi lewat begitu saja tanpa diperiksa petugas bersiap menghadap perdana menteri Mesir, dan Raja Farouq. Dengan pakaian sederhana. 3 bulan lamanya mereka bernegosiasi, menjelaskan tentang Indonesia ke wartawan-wartawan, mencari dukungan, dan lain-lain.

Nama Indonesia sayup-sayup muncul menghiasi media di Mesir. Hingga pada suatu malam mereka bertemu Raja Farouq dan raja berkata “Karena persaudaraan Islam-lah, terutama, kami membantu dan mendorong Liga Arab untuk mengakui kedaulatan Bangsa Indonesia.”

Tanggal 10 Juni 1947, jam 9.00 para delegasi RI tiba di ruang Kemenlu Mesir, sekaligus PM Mesir Nokrashi Pasha. Namun mereka menunggu sekitar setengah jam, dan tiba-tiba keluar seorang—duta Besar Belanda—dari ruang PM Mesir. Belanda memprotes Mesir karena akan mendukung Indonesia.

Dengan tegas, PM Mesir bilang, “Menyesal sekali kami menolak Tuan, sebab Mesir selaku negara berdaulat, dan sebagai negara yang berdasarkan Islam, tidak bisa membiarkan perjuangan bangsa Indonesia yang beragama Islam.”

Detik-detik itu digambarkan oleh AR Baswedan sangat mengharukan tak terlukiskan dengan kalimat. “Lega dan syukur kepada Allah, karena Republik Indonesia pada akhirnya mendapat pengakuan De Jure dalam dunia Internasional,” katanya.

Bulir-bulir bening air mata membasahi pipi para delegasi. Bergetar tangan H. Agus Salim menandatangani perjanjian persahabatan antara RI dan Mesir 10 Juni itu. Kairo menjadi saksi, bahwa di sanalah, tonggak RI dikenal, bahkan suaranya mulai didengar.

29 Juni, Libanon mengakui kedaulatan RI, satu per satu pengakuan berdatangan. Pupus harapan Belanda yang menandatangani perjanjian Linggarjati pada Maret 1947, bahwa nanti akan membentuk Indonesia Serikat, akan dikuasai Belanda. Pengakuan Mesir telah menghancurkan harapan tersebut. Tak lama, Juli 1947 Belanda melancarkan Agresi pertama. Dengan dukungan Internasional, RI saat itu bisa bersuara di PBB, hingga diinisiasi perundingan Renville—oleh PBB—yang akhirnya dilanggar Belanda sendiri pada Agresi Militer Belanda II.

Kini, Mesir kembali bergejolak. Ikatan batin itu mungkin terasa samar-samar. Kalau awal tahun 1947, Abdul Mun’im (diplomat Mesir) datang bertaruh nyawa -menyelinap- menembus blokade Belanda, menyewa pesawat dari Singapura ke Yogyakarta bertemu Soekaeno, Sri Sultan, untuk shalat Jumat.

Surat yang dibawa AR Baswedan, penandatangan pengakuan kedaulatan, yang sendirian ia bawa kembali ke Indonesia bertaruh nyawa, surat cinta ini melebur hingga RI dapat tegak, tempat kita berdiri sekarang. []

Tags: mesirsejarah indonesia
Saad Saefullah

Saad Saefullah

Lelaki dengan tiga orang anak yang menyukai kisah-kisah Nabi dan para sahabat

Related Posts

Ini Panduan Umum Minum Obat selama Puasa Ramadhan

Apotek Pertama dan Perkembangan Farmasi di Dunia Islam

23 Februari 2021
Siapa Pemegang Kekhalifahan Setelah Khulafaur Rasyidin?

Siapa Pemegang Kekhalifahan Setelah Khulafaur Rasyidin?

23 Februari 2021
Kontribusi Bani Abbasiyah dalam Kemajuan Peradaban Islam (1)

Kontribusi Bani Abbasiyah dalam Kemajuan Peradaban Islam (2-Habis)

22 Februari 2021
Kontribusi Bani Abbasiyah dalam Kemajuan Peradaban Islam (1)

Kontribusi Bani Abbasiyah dalam Kemajuan Peradaban Islam (1)

22 Februari 2021
Buka Lagi
Selanjutnya
Menjual Rambut, Bolehkah?

Jual Rambut Setelah Nyalon, Bolehkah?

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisements

Terbaru

Anak Hasil Zina Lebih Mudah Dilahirkan? Mengapa Demikian?
Islam 4 Beginner

Hukum Menggugurkan Kandungan dalam Pandangan Islam

Redaktur Dini Koswarini
3 jam ago
Tidak Semua yang Haram itu Najis (Bagian-1)
Uncategorized

Kenali Penyebab Kulit Wajah Mengelupas dan Cara Mengatasinya

Redaktur Laras Setiani
4 jam ago
Sering Dilupakan, Inilah Doa Penting yang Harus Dipanjatkan kepada Allah SWT
Tanya Jawab

Membuka Wajah di Hadapan Ipar dan Suaminya Sepupu

Redaktur Yudi
4 jam ago
Terinspirasi Tokoh Wanita Berprestasi dalam Sejarah, Ini Rekomendasi 5 Nama Bayi Perempuan Muslim
Parenting

Inilah Sunnah Sambut Kelahiran Buah Hati yang Diajarkan Nabi

Redaktur Eneng Susanti
4 jam ago

On Facebook

Navigasi

  • Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi

About Us

Membuka, menginspirasi, free to share

  • Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi

© 2019 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Ramadan
    • Tanya Jawab Ramadhan
    • Tsaqofah Ramadhan
    • Video Ramadhan
    • Fiqh Ramadan
    • Kesehatan Ramadhan
    • Kultum Ramadhan
  • Muslimbiz
  • Muslimtrip
  • Beginner
  • Keluarga
  • Sirah
  • Syiar
  • Muslimah
  • Dari Anda
  • Donasi

© 2019 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Add Islampos to your Homescreen!

Add