CERITA ini berawal dari sebuah kumpulan, sebut saja seminar kecil. Saat itu kami ditanya oleh seorang pemberi materi dimana letak negara Arab Saudi.
Beliau menggambarkan peta sederhana menyerupai bentuk peta dunia di papan tulis. Tidak lebih dari 15 orang pelajar yang menjadi peserta tersebut tidak dapat menunjukkan letaknya dengan tepat.
Sang Pemberi Materi nampak kesal, ia berujar, “Aduh! Pelajar tidak tahu letak negara satu sama lain?” Beliau mendekati papan tulis dan menunjuk satu titik. “Ini Arab Saudi!, saya tahu ini sejak SD, dan kalian belum tahu? Padahal ini negara yang sering dikunjungi umat Muslim, bagaimana dengan letak negara-negara lain apa kalian tidak tahu juga?”
Beliau kembali mengetes kami dengan menanyakan di mana letak negara India. Lagi-lagi, orang pertama yang ditunjuk tidak tahu dimana letak negara India dalam peta. Orang kedua maju dan baru membenarkan letak negara itu.
“Kalian itu bagaimana? Punya mimpi keliling dunia, tapi tidak tahu letak negara-negara dunia dengan pasti!” ujarnya.
Kami hanya merunduk, malu.
Aku bercerita kepada teman-teman di kelasku tentang kejadian itu. Respon mereka tak jauh berbeda seperti responku. Kami sama-sama tidak tahu.
Keesokan harinya seorang temanku menghampiriku, menepuk pundakku dan berkata “Nanti pulang sekolah antar aku ya!”
“Kemana?” jawabku.
“Kita beli bola dunia,” katanya mantap.
Kami menatap bola dunia kami masing-masing. Memutar-mutar. Mencermati letak negera satu sama lain. Kini aku tahu dimana letak negara-negara yang ditanyakan dengan lebih detail. Kami mulai menunjuk menandai negara-negara yang ingin kami kunjungi. Suatu saat nanti.
Singapore, Arab Saudi, menyebrang ke Mesir dan Maroko. Menyebrang lagi ke Italia, lalu ke Prancis, Spanyol, Turki dan Inggris. Menyebrang samudera Altlantik ke New York, ke Kanada lalu melihat kawasan Holliwood di Los Angeles, menyebrang Pasifik ke Korea Selatan dan Jepang, lalu berhenti di Bali. Melanjutkan perjalanan ke Australia dan New Zealand.
Mimpi, dan ambisi semaunya yang kami tunjuk di peta. Kami terbahak-bahak sambil menunjuki satu persatu wilayah tersebut, berpikir ini mungkin sebuah lelucon, yang menyimpan pertanyaan besar bisakah kami mencapainya?
“Tunggu, ada sesuatu yang terlupakan, aku ingin ke Palestina.”
“Oke, dimana Palestina?”
Kami memutar-mutar bola dunia kami. Menurut hemat kami, Palestina pasti ada di dekat deretan negara Timur Tengah. Namun beberapa kali kami memutar-mutar bola dunia, kami tak menemukan tulisan wilayah yang bernamakan Palestina. Entahlah! []