• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Selasa, 24 Juni 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Dari Anda Renungan

Penjual Kerupuk

Oleh Rifki M Firdaus
7 tahun lalu
in Renungan
Waktu Baca: 3 menit baca
A A
0
Foto hanya ilustrasi. Sumber: Google

Foto hanya ilustrasi. Sumber: Google

1
BAGIKAN

Oleh: Mawar Dani

Beberapa menit lalu, aku membaca sebuah tulisan sederhana seorang penulis ternama berjudul ‘Hargai Mereka’. Maksud dari tulisan tersebut bukan hal baru buatku. Seruan mengenai bagaimana harusnya kita bisa menghargai orang-orang dengan usaha mereka yang menurut kita ‘biasa’ saja.

Mengajak kita untuk bisa membuka hati, bahwa pekerjaan yang mereka lakoni bukan untuk disepelekan. Tukang ojek misal, barangkali pernah di antara kita merasa seperti majikan nyuruh angkatin barang bawaan (kadang tanpa kata ‘tolong’) hanya karena merasa kita sudah membayar jasanya.

BACA JUGA: Kisah Bung Hatta yang Tak Mampu Beli Sepatu Impiannya

ArtikelTerkait

Setelah Allah dan Rasul-Nya… Ibu

Hey, Kenapa Kamu Ga Mau Bayar Utang?

Kenapa Kamu Teh Malas Baca Quran?

Jangan Terlalu Memuji Seorang Tokoh, Apalagi Sambil Menjatuhkan Tokoh yang Lainnya

Contoh lain yang paling sering kita jumpai, ini juga sebagai pengingat bagi penulis, saat berbelanja di pasar. Ketika asyik memilah milih sayuran terkadang kita juga sering menawar terlalu jauh. Sayuran itu dijual dengan untung yang tipis, belum lagi bila mulai layu, maka dengan berat hati si penjual merelakan dagangannya dengan harga modal asal sayuran tetap dibeli juga mengurangi tumpukan dagangannya.

Tulisan si penulis ternama tadi juga mengingatkan pada kejadian tadi siang. Saat di tempat kerja, sepi job dan udara cukup panas. Aku sendiri tergoda untuk cabut pulang karena terserang rasa bosan diikuti kantuk. Datanglah seorang lelaki menjajakan kerupuk kemasan. Orang ini sudah sering lewat dan menawarkan dagangannya. Jujur, setiap kali beliau menawarkan kami (aku dan rekan kerja) sering menolak. Alasannya sederhana, karena kerupuk mudah didapat apalagi di warung jadi rasanya tidak begitu menyulitkan bila ingin membeli.

“Bu, beli kerupuknya ya?” tawarnya dari depan pintu.
Kantukku sedikit lenyap saat beliau memberanikan diri masuk kantor.

“Berapa sebungkusnya, Bang?”
“Lima ribu aja, Bu. Ini asli dari Palembang, beda dengan kerupuk ikan di sini.”
“Gak bisa sepuluh ribu dapat tiga bungkus?”
Kucoba menawar barangkali dikabulkan.

“Kalau segitu gak bisa, Bu. Tapi bila beli lima bungkus boleh deh dua puluh ribu.”

Aku ingat, uang dalam tas tinggal sepuluh ribu. Rasanya berat juga membeli kerupuk itu karena uang tersebut tinggal satu-satunya.

“Boleh gak nih?”
Niatnya bila gak dikasi mau ditolak aja, gak jadi beli.

“Janganlah, Bu. Saya belum buka dasar. Dari pagi saya udah keliling, belum ada yang beli. Belilah, Bu, barang sebungkus juga gak apa-apa,” pintanya dengan wajah memelas.

Rasanya kasihan juga melihat beliau. Sejak pagi belum ada yang laku. Cuaca yang cukup panas, jarang sekali orang mau makan kerupuk.

“Ya sudah, aku beli dua bungkus.”
“Alhamdulillah. Makasih ya, Bu, semoga jadi pembuka rezeki dagangan saya.”
“Abang asli orang sini?” tanyaku basa basi.
“Gak, Bu. Saya merantau.”
“Merantau hanya jualan kerupuk ini?!” tanyaku setengah kurang yakin.
“Iya, Bu. Mau gimana lagi, dari pada saya ngemis.”

Ah, kalimatnya sungguh menyadarkan. Pertama, aku diajak untuk mensyukuri nikmat pekerjaan yang Allah amanahkan saat ini. Kedua, kalimat terakhirnya menampar supaya menjadi orang yang punya harga diri. Dengan melakukan usaha, setidaknya di mata masyarakat dirinya bisa dihargai karena mau menggunakan tenaga dalam mencari nafkah.

BACA JUGA: Logika Jual Beli Imam Abu Hanifah vs Kita

Setelah mengucapkan terima kasih, beliau pamit melanjutkan ikhtiarnya. Sekelebat, aku melihat binar bahagia di wajahnya. Aku semakin yakin, hanya kebahagiaan yang bila dibagi jumlahnya bertambah. Beliau bahagia, aku turut bahagia karena sudah membuatnya merasa lega. Riya? Bukan. Semoga tujuan tulisan ini sampai, niatnya untuk mengajak. Betapa mudahnya mencari bahagia. Di antaranya ada di sekitar kita. Misal orang kecil dengan usaha sederhananya. Kita bisa menghargai usaha tersebut. Cukup membuat mereka merasa dihormati dan menimbulkan kebahagiaan bersama.

Selain itu, Allah berjanji akan melepaskan kesulitan kita bila menolong orang lain. Selepas kepergian tukang kerupuk itu, job pun datang untukku, rezeki berlipat langsung Allah bayar tunai. Lantas, masih sungkan dalam syukur nikmat? #TanyaHati []

Asahan, 06-09-2016

Tags: Pedagangpenjualtukang kerupuk
ShareSendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Chicken Katsu, Daging Ayam Selimut Terigu, Mau?

Next Post

Benarkah Gelar Haji Warisan Belanda?

Rifki M Firdaus

Rifki M Firdaus

Terkait Posts

Tips agar Menantu Disayang Mertua, Ibu

Setelah Allah dan Rasul-Nya… Ibu

20 Juni 2025
Dosa Suami terhadap Istri, Kuisioner Test Kejujuran,, Utang

Hey, Kenapa Kamu Ga Mau Bayar Utang?

20 Juni 2025
Keutamaan Pembaca Quran, Orang yang Dirindukan Surga, Surat Al-BAqarah, Adab Membaca Al-Quran, Quran

Kenapa Kamu Teh Malas Baca Quran?

16 Juni 2025
tokoh

Jangan Terlalu Memuji Seorang Tokoh, Apalagi Sambil Menjatuhkan Tokoh yang Lainnya

14 Juni 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Penyebab Datangnya Rezeki, Hukum Arisan, Nafkah yang Haram

Orang yang Mudah Didatangi Rezeki

Oleh Haura Nurbani
24 Juni 2025
0

Keutamaan Berbakti kepada Orangtua, Anak

Berapa Usia Anak dari Bapak Ini?

Oleh Haura Nurbani
24 Juni 2025
0

Syirik, Bahaya Vape untuk Kesehatan, Rokok, Kentut

Suami Suka Kentut Depan Istri, Istri Ga Suka, Bagaimana Hukumnya?

Oleh Saad Saefullah
24 Juni 2025
0

JISc

Banyak Diterima di UI, JISc Ungguli SMA Negeri Meski Terapkan 3 Kurikulum

Oleh Saad Saefullah
24 Juni 2025
0

fakta menarik tentang indonesia, fakta kopi indonesia, kopi

Inilah Negara yang Pertama Kali Temukan Kopi Sebelum Menyebar ke Seluruh Dunia

Oleh Yudi
24 Juni 2025
0

Terpopuler

11 Adab Jima yang Harus Diketahui Pasangan Suami Istri

Oleh Saad Saefullah
18 Juni 2023
0
Adab Jima

ISLAM telah mengajarkan kita segala sesuatu, bagaimana kita makan, memakai pakaian. Apakah disana ada sunah yang menjelaskan bagi orang Islam...

Lihat LebihDetails

5 Negara Paling Aman, Jika Terjadi Perang Dunia, Ternyata Ada Indonesia!

Oleh Haura Nurbani
23 Juni 2025
0
Alasan kenapa Hidup di Indonesia Itu Enak Banget

Berikut ini lima  negara yang dianggap paling aman jika terjadi perang dunia — dan ya, Indonesia termasuk di dalamnya!

Lihat LebihDetails

Jangan Dianggap Sepele, Ini 10 Dampak Perang Dunia Ketiga Jika Pecah

Oleh Yudi
23 Juni 2025
0
perang dunia, perang, kiamat

Seperti yang terjadi setelah Perang Dunia I dengan flu Spanyol, perang besar sering diikuti oleh pandemi mematikan.

Lihat LebihDetails

8 Ciri Orang Suka Berbohong dari Fisiknya

Oleh Yudi
20 Juni 2025
0
berbohong

Orang yang berbohong sering butuh waktu lebih lama untuk merespons, karena mereka “menyusun” cerita.

Lihat LebihDetails

Apa Ciri-Ciri Ginjal yang “Kotor” atau Tidak Sehat?

Oleh Saad Saefullah
23 Juni 2025
0
Bahaya Jantung ketika Sudah Kotor Lebaran, Ginjal, ginjal

Dalam istilah medis, ini bisa merujuk pada gangguan fungsi ginjal atau penyakit ginjal kronis.

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.